1 - Blue Umbrella

25K 2.4K 595
                                    

Jaehyun menatap rintik hujan di luar dengan pandangan tanpa ekspresi.

Kepalan tangannya menumpu dagu, kakinya bergerak seirama lagu yang terputar dari earphone yang tengah menyandungkan lagu hits minggu ini.

Jam sekolah telah usai sejak sepuluh menit yang lalu, namun rata-rata murid memilih untuk menunggu hujan reda.

Sebagian besar lupa membawa payung, sementara yang lain memang malas untuk pulang.

"Ya! Jung Jaehyun!" Doyoung menggebrak mejanya, berteriak dengan semburan liur yang nyaris mengenai wajahnya. Ia mengernyit tidak suka.

Jarinya melepaskan earphone di telinga kirinya dan Doyoung langsung mencercanya dengan kalimat panjang, "Kau menunggu hujannya reda kan? Jadi, pinjami aku payung itu. Aku benar-benar ingin pulang sekarang. Cacingku mengamuk karena butuh asupan dari ibu ratu di rumah!"

Mata peri si pemuda tinggi melirik payung biru di lacinya, dan tanpa menjawab, ia kembali memasang earphonenya.

"YAAAAAA!" Wajah Doyoung memerah marah.

"Kau bisa menumpang Yuta." Masa bodoh dengan ekspresi kesal si kelinci itu, ia menjawab dengan nada acuh.

"Dasar pelit!"

"Sudahlah, Doyoung." Yuta menarik lengannya. Menatap jengah pada sikap bar-bar Doyoung.

"Kau pulang bersamaku saja. Payungku cukup untuk berdua." Si pemilik wajah bak perempuan itu menggeram kesal.

Dengan kaki terhentak, ia berganti menarik lengan Yuta menjauh.

"Kencan saja dengan payungmu, sialan!" teriaknya dari arah pintu sembari mengacungkan jari tengah pada Jaehyun.

Yang diteriaki hanya tersenyum kecil dan kembali menikmati pemandangan di luar sana tanpa menggubris temannya. Memilih untuk memanjakan mata dengan melihat dedaunan yang basah dan menghirup aroma tanah begitu menenangkan.

"Ternyata hujan memang indah." bisiknya lirih.








👑










Di jam yang sama, namun di tempat berbeda, Doyoung masih saja meruntuk kesal pada kelakukan masa bodoh Jaehyun yang semakin menjadi-jadi.

Yuta pun terpaksa menjadi penenang si cantik pemilik manik rusa itu.

"Sudah satu tahun berlalu, dia masih saja seperti itu. Padahal sebentar lagi ujian masuk universitas." rutuk Doyoung kesal.

"Seharusnya keparat itu hidup dengan baik, bukan menjadi pecundang seperti itu."

Tiba-tiba bulir air mata jatuh tanpa disadari pemuda itu. Lengannya mengusap kasar lelehan liquid itu kemudian menatap Yuta sendu.

"Apa Taeyong pernah menghubungimu?" Hidungnya memerah lucu.

Kalau saja Doyoung itu tidak main pukul, Yuta pasti sudah memencet hidung bangir itu keras-keras saking gemasnya.

Sayang, ia tak mau mengambil resiko babar belur di tangan kawannya.

"Kau saja tidak, apalagi aku." jawabnya sekenanya. Terlalu fokus pada ekspresi Doyoung.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Taeyong?"

"Coba cek e-mailmu, mungkin dia ganti nomor dan hanya bisa menghubungimu lewat e-mail."

"Sialan!" Doyoung memukul kepala teman seperjuangannya dengan senyuman selebar daun kelor. Seolah lupa akan kesedihannya beberapa waktu yang lalu.

CRUSHER (JAEYONG)✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora