4 - Campus

17.7K 1.8K 182
                                    

Malam semakin larut. Ketika Jaehyun melirik jam di pergelangan tangannya, jam telah menunjukkan angka 12.

Sudah sangat larut baginya.

Ia terbiasa begadang untuk belajar, bukan untuk berpesta. Dan karena kebiasaan itu, ia merasa sangat tidak nyaman sekarang.

Meskipun demikian, ia mencoba sekeras mungkin untuk tetap disini. Kapan lagi ia bisa berada sedekat ini dengan crush-nya?

Matanya menatap kearah panggung dan melihat sosok mungil yang barusan ia pikirkan, tengah berada disana, melakukan talk show amatiran bersama MC malam itu.

Mereka bertanya tentang penyakitnya. Tentu saja.

Taeyong mungkin satu diantara orang yang beruntung telah selamat dari penyakit mematikan itu. Semua orang pasti penasaran.

Begitu pun ia.

"Taeyong-ssi, bagaimana rasanya dikemo selama berbulan-bulan?" Taeyong tertawa menanggapi pertanyaan konyol itu. Sementara semua mata menatapnya tanpa berkedip.

Tentu, Taeyong terlihat lebih mempesona sekarang.

Wajahnya semakin memikat dengan surai berwarna lembut dan pipi gempil yang kemerahan.

Ia begitu tampan, juga cantik.

Ia adalah definisi dari keindahan.

Jika dulu sosok itu selalu terlihat konyol, sekarang Jaehyun berani bersumpah jika beberapa pemuda dan gadis single mungkin telah terkena serangan love at the first sight pada taksirannya.

"Percayalah kalau itu adalah bulan-bulan paling sulit bagiku. Rambutku banyak yang rontok dan aku nyaris botak." Bibir tipis itu tertawa geli pada kalimatnya sendiri.

Disisi lain, Jaehyun tersenyum kecut di kursinya. Mengabaikan bisikan-bisikan penuh kekhawatiran dari seluruh teman-temannya dan isakan dramatis dari Doyoung disampingnya.

Taeyong, bagaimana ia bisa melewati semua rasa sakit itu dan kembali dengan senyuman tulus seperti itu?

Ia bahkan tidak terlihat seperti orang yang pernah sakit. Akting yang bagus. Ia merasa begitu kecil seketika.

"Menurutmu, apa yang membuatmu beruntung bisa lepas dari penyakit itu?"

"Hng," Kursi putar Taeyong bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan badannya.

"Mungkin karena orang tuaku sudah mengantipasinya sejak dulu."

Bibirnya kembali mengulum senyuman, namun kali ini hanyalah senyuman sedih tanpa ditutup-tutupi.

Jaehyun bahkan bisa merasakan rasa sakit yang sama dengan pemuda mungil itu.

"Kakekku meninggal karena penyakit itu dan tentu keluarga kami rentan mendapatkan penyakit yang sama. Sejak kecil aku sakit-sakitan dan sejak aku sering mengeluh pusing, orang tuaku bergegas untuk memeriksanya tanpa ragu lagi. Dan yah... ternyata memang itulah yang menimpaku. Ah, juga, mungkin karena itu masih stadium satu, sehingga lebih mudah diatasi."

"Kau benar-benar beruntung, Taeyong-ssi."

"Mungkin iya. Tapi, dibandingkan mengharapkan sebuah keberuntungan yang belum pasti, lebih baik kita berusaha dengan keras. Karena usaha yang keras tidak akan menghianati hasilnya."

"Kau benar-benar luar biasa, Taeyong-ssi. Selamat atas kesembuhanmu dan semoga kau selalu diberi kesehatan."

"Terima kasih. Aku takkan bisa melewati semuanya kalau bukan karena dukungan orang-orang terdekatku." Kemudian beberapa obrolan singkat sampai Taeyong kembali pada tempat duduknya. Disamping Jaehyun, di meja yang sama dengan Doyoung, Winwin, dan Yuta.

CRUSHER (JAEYONG)✔Where stories live. Discover now