4. Wabah Musim Dingin

46 3 0
                                    

Fuutarou POV

2013/11/26
Hari ini aku sedang bersiap-siap mengikuti ujian semester. Aku membawa tas kecil untuk membawa alat tulis dan beberapa buku catatan.

Aku cukup memahami isi buku catatan saja supaya mantap dalam mengerjakan soal. Setelah sarapan aku pamit kepada ibu dan ayah. Aku berangkat menaiki sepeda.

Di sepanjang koridor aku menjumpai murid-murid masih berkumpul di luar. Pintu ruang kelas ditutup dan tertera tulisan 'yang tidak berkepentingan dilarang masuk'.

Aku juga menjumpai hal yang sama di kelasku. Sepertinya suasana di sana dibuat seperti saat ujian akhir sekolah. Aku menemui Yoshinaka sibuk membaca buku pelajaran yang tebal itu.

"Yoshinaka, mana yang lain?" tanyaku sambil ikut duduk di sebelah Yoshinaka.

"Ehm, tidak lihat. Mungkin belum sampai sekolah," jawab Yoshinaka sambil menggerakkan pundaknya ke atas.

Melihat Yoshinaka sedang fokus belajar, aku jadi teringat bahwa aku juga membawa buku yang bisa dipelajari. Kukeluarkanlah buku catatan dan isinya kupahami kembali.

Meski bukan tergolong bintang kelas, aku punya potensi yang menonjol dalam akademik. Orang tuaku tak pernah kecewa setiap menerima raporku karena nilai yang kuraih selalu melebihi nilai rata-rata.

Yuugo dan Minami datang bersama-sama.

"Hei, Fuutarou. Sedang belajar?" sapa Minami.

"Ayo belajar sama-sama!" seru Yuugo.

Beberapa menit sebelum jam delapan, seorang pegawai sekolah datang membukakan pintu ruang kelas.

"Silakan masuk," ujar pegawai itu. Semua murid langsung masuk ruang kelas dan duduk di tempat duduknya masing-masing.

Setelah semua murid masuk, Yuino-sensei, wali kelas kami masuk ruang kelas. Ia membawa lembaran soal. Lembaran soal itu langsung dibagikannya pada setiap murid, lembaran soal itu diletakkan terbalik di atas meja.

"Sampai perintah untuk mengerjakan saya katakan, jangan dibuka dulu soalnya," perintah Yuino-sensei.

Begitu jam delapan tepat telah tiba, Yuino-sensei mulai mengomando murid-murid untuk mengerjakan soal.

***

Ujian semester ini hanya dilaksanakan dalam satu hari dan langsung menguji empat mata pelajaran utama, Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa. Tepat jam 15.00 semua murid diperbolehkan pulang karena ujian semester selesai jam 14.45. Aku berjalan menuntun sepeda bersama tiga sahabatku.

"Leganya ujian semesternya tidak begitu sulit," ujar Yuugo.

"Hmm, malah menurutku soalnya hampir sama seperti yang kita kerjakan saat UTS dan ulangan harian," sambung Minami.

"Pasti kita akan dapat nilai yang bagus nanti," aku ikut berceloteh.

Kulihat Yoshinaka nampak berjalan merunduk, seperti merasa terbebani.

"Yoshinaka, gimana menurut kamu ujian semesternya? Kamu sih pasti semuanya dapat 100," ujarku menghiburnya.

Yoshinaka diam saja, tidak menanggapi.

"Yoshinaka. Kok kamu dari tadi diam saja?" tanya Yuugo.

"Mungkin dia kelelahan habis mengerjakan ujian, aku saja sudah merasa pusing. Ah, aku harus minum obat," sambung Minami sambil memegangi kepalanya.

Di persimpangan kami berpisah. Kami berempat mengambil jalan yang berbeda sesuai arah rumah masing-masing.

Aku langsung menaiki sepeda dan belok kanan di persimpangan. Sepanjang jalan aku memikirkan apa yang terjadi pada Yoshinaka. Tidak biasanya Yoshinaka nampak murung setelah ujian.

Typhoon's Temptation Volume 1 | #Wattys2019Where stories live. Discover now