dua.

13.1K 2.5K 275
                                    

"hoit! bengong aja lu," sapa hwang hyunjin, pemuda itu duduk di samping seorang gadis yang kini sedang menatap kosong kedepan, memandang papan tulis.

"ngagetin!" protes gadis itu, lalu membenarkan posisi duduknya, "ngapain lo? jauh-jauh sono," suruhnya.

hwang hyunjin lalu terkekeh, "ampun mak lampir! gue mau minta tolong nih," ujar pemuda itu, lalu mengeluarkan beberapa lembar koran ke depan 'mak lampir.'

"apaan? minta tolong apa? apaan nih?" tanya mak lampir, sambil membuka-buka kertas koran yang disodorkan hwang hyunjin.

"buset, sabar kim! sabar," ujar hwang hyunjin, memanggil nama si gadis mak lampir.

gadis ituㅡkim hyunjin, biasa dipanggil kim hanya mendecak sebal tak menjawab hwang hyunjin, menunggu pemuda itu menjelaskan dengan sendirinya.

"kemarin ada orang, nyamperin gue. namanya nancy, lo tau?" tanya hwan hyunjin.

kim mengangguk, "ya taulah hwang! anak kelas sebelah kan? yang blasteran itu?" balas kim, memanggil hwang hyunjin dengan nama panggilannya, 'hwang.'

tujuannya cuma satu, supaya bisa membedakan keduanya. yang cowok; 'hwang' dan yang cewek; 'kim.'

hwang mengangguk-ngangguk, "kemarin dia minta tolong buat nyelidikin kasus di sma akkinda. kejadiannya tahun lalu," mulainya, memberikan kim artikel mengenai kasus itu.

"coba baca. intinya, polisi nutup kasus karena nggak ada barang bukti yang kuat buat nyatain itu sebagai pembunuhan atau apalah," lanjutnya.

"kalau cuma ini, gue yakin elo bisa nyelesain sendiri. kenapa harus minta bantuan gue sih? ngerepotin anak orang," protes kim, ngoceh tapi matanya tetap membaca artikel.

hwang tak membalas, pemuda itu malah menyodorkan artikel lainnya pada kim, "kejadian serupa ada di panti asuhan deket sini. panti asuhan ulgosipjianha tapi belom gue cari lebih lanjut."

"disini, mereka semua juga meninggal dan polisi nggak bisa nemuin bukti buat nyatain kasus ini sebagai kasus pembunuhan tapi bedanya, di kasus pertama, nggak ada saksi mata dan di kasus kedua, ada saksi mata."

"di kasus sma akkinda, satpam yang harusnya jaga malem itu disuruh pergi. sengaja disuruh pergi tapi nggak ada yang tau motif 'satpamnya disuruh pergi' itu apa."

"di panti asuhan ulgosipjianha, ada saksi matanya. salah satu bapak yang jaga ronda, ngaku kalau ngga lihat siapa-siapa. maksudnya, nggak ada yang masuk atau keluar karena emang panti asuhannya kelihatan dari pos ronda."

"terus? kenapa elo minta tolong gue? apa yang bisa gue bantu?" tanya kim lagi.

"bentar," potong hwang, "ada kasus terakhir," ujar pemuda itu.

"hmm, mana artikelnya?" tanya kim tapi pemuda itu tak menyodorkan apa-apa, "kasus terakhir ada di sekolah kita."

kim langsung diam, gadis itu menatap hwang tak percaya, "maksud elo? kasusnya yang yeri itu? yang hampir satu kelas dia bantai semua?" ujar gadis itu dan hwang mengangguk.

"kejadian itu emang sengaja nggak disebar luaskan. apalagi sampe masuk koran karena sekolah sengaja bayar pihak jurnalis dalam jumlah besar buat nggak memuat ini di koran atau artikel apapun."

"sebenernya, ini semua dilakuin karena reputasi sekolah ini sendiri udah jelek. sma manse dari awal kalah hawa sama sma akkinda. adanya kasus kayak gitu, bakal bikin reputasi sekolah ini makin anjlok."

"bentar-bentar, hubungannya kasus sekolah kita sama dua kasus sebelumnya apa?" balas kim.

"coba lo liat ini," suruh hwang, menyodorkan artikel pertama pada kim, "coba liat tanggalnya."

[v] anthology.✔️Where stories live. Discover now