5

3.2K 513 56
                                    

.

.

.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Sehun padaku.

Dahiku mengerut. Memangnya aku menatapnya seperti apa?

"Tatapanmu itu seolah berkata, datang kesini dan tiduri aku."

Aku tersedak ludahku. Lalu mendelik kearahnya. Sialan mengapa ia bisa berkata seperti itu?

"Apa kau ingin aku tiduri?" tanyanya geli.

Aku lantas menggeleng. Tidak akan. Aku tidak akan menyerahkan keperawananku padanya. Titik!

"Kau masih perawan ya?" ia bertanya mengejekku.

Wedaan.

Lain kali aku akan memasukan seribu cabe ke mulutnya. Biar ia merasakan bagaimana pedasnya ucapannya itu.

Kasur di sisiku berderak. Aku spontan bergerak ke ujung dan menarik selimut untuk menutupiku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku pelan.

Ia telah berbaring di ranjangku. Kemudian memiringkan tubuhnya hingga menatapku.

"Apalagi? Aku ingin tidur bersama ratuku. Kemarilah." ia memberikkan gerakan tangan agar aku menghampirinya. Aku menggeleng.

"Hei! Kemarilah."

Tangannya menarik pergelangan tangaku. Membuat tubuhku menubruk ke arahnya. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk memelukku.

"Kubilang jangan menyentuhku!" pekikku tertahan oleh dadanya. Aku menggigit dadanya membuatnya menjerit.

"Kau. Aish. Memangnya kau ini kanibal seenaknya mengiggit dagingku? Ini dada sungguhan bukan roti sobek!" sungutnya membuatku terkekeh.

"Sudah kubilang bukan? Jangan menyentuhku!"

*

Untung saja ranjang ini luas.

Aku mendesah lega. Menarik tubuhku ke pinggir ranjang lalu menutup tubuhku dengan selimut.

Eh.

Tapi tunggu dulu.

Bukankan ini aneh? Ini sudah pagi? Lalu mengapa ia memilih bergelung dengan selimut?

Bruk.

Astaga. Ia menubruk tubuhku. Memelukku dengan erat.

"Kau tidur terlalu jauh, Yoona." bisiknya. Aku kaku.

"Ini sudah pagi." sahutku pelan.

"Aku belum tidur sejak semalam. Aku sibuk mencari tempat pembuangan mayat."

Glek.

Aku menelan salivaku perlahan. Kenapa disaat seperti ini tubuhku menjadi kaku?

Ah sialan. Aku bisa mati jika tidak segera pergi dari sini.

"Diamlah."

Aku bergerak pelan. Berusaha melepaskan pelukannya yang begitu sialan malah semakin mengerat.

"Yoona aku tidak bisa tidur jika kau bergerak seperti itu terus menerus."

"Kalau begitu lepaskan aku." rengekku pelan.

Terdengar helaan napasnya. Mungkin ia menyerah. Jadi saat perlahan lahan pelukannya melonggar dadaku bergemuruh senang.

Tapi..

Tanpa di duga ia malah berpindah posisi menjadi di atasku.

What the..

Kenapa jika dari jarak seperti ini dia terlihat sangat tampan?

"Apa kau tidak merasakannya?" bisiknya parau. Matanya setengah terpejam. Aku tahu ia mungkin sangat mengantuk.

"K-kau boleh kembali tidur memelukku." cicitku pelan.

Reaksinya?

Ia hanya terkekeh. Dengan senyum smirknya. Kemudian mendekatkan wajahnya padaku.

"Kau membuatku terangsang karna begitu terang - terangan menolakku, Yoona."

Sialan.

Kenapa ia selalu blak blakan seperti ini?

"Apa Ayahmu yang mengajarkan mu jual mahal seperti ini padaku?"

Glek.

Aku akan jadi daging cincang jika Sehun melaporkan ini pada Kerajaan Selatan.

"M-maafkan aku."

Hembusan napasnya membuat permukaan wajahku memanas. Aku.. Aku seperti akan meledak.

"Tapi aku menyukainya. Akan lebih baik jika kau bersikap jual mahal pada laki - laki lain dan bersikap lembut padaku. Biar bagaimanapun kau milikku." ucapnya panjang di akhiri dengan menciumku dengan lembut

Lidahnya berusaha menerobos masuk ke dalam mulutku. Dan betapa sialannya aku menerimanya begitu saja.

"Aku ingin berada di dalammu." geramnya. Namun ia melepaskan ciuman panas kami. "Tapi aku sangat lelah. Kurasa membuat pewaris tahta bisa menunggu."

Ia kembali merebahkan dirinya dan membelakangiku. Membuatku mendadak kosong.

*

"Kakak ipar!"

Aku menoleh seraya mendengus pada Eun Woo yang berlari menghampiriku. Setelah memutuskan untuk membiarkan Sehun beristirahat aku memilih pergi mandi dan berkeliling istana lagi.

Kenapa harus ada dia disaat ini?

Aku belum selesai menenangkan degup jantungku karna kejadian pagi tadi. Kenapa aku harus bertemu dengannya.

"Kau ingin kemana kakak ipar?"

"Bukan urusanmu." sahutku jutek.

Terdengar kekehannya riang. Ia berjalan beriringan denganku.

"Kalau begitu aku akan menjadi guide mu hari ini. Aku akan menunjukkan setiap tempat di sini."

"Ya.ya.ya terserahmu saja."

*

"Kamar siapa ini?" tanyaku pada Eun Woo. Eun Woo terlihat terkejut dengan pertanyaanku sebelum akhirnya ia terkekeh pelan.

"Kamar itu milik ratu pertama."

Ratu pertama?

Istri Sehun dulu kah?

Tunggu. Mengapa dadaku nyeri memikirkan ini?

"Milik mendiang Ratu Bae Suzy. Istri pertama kakakku. Sejujurnya aku tidak boleh memberitahumu soal ini.." ia menatapku lamat - lamat. "..tapi kupikir kau berhak tahu. Maksudku. Akan lebih baik kau mengetahuinya dari keluarga kerajaan dari pada dari gonjang - ganjing antar pelayan."

Seseorang tolong beri aku napas buatan.

"Apa yang terjadi pada.." aku menghentikkan ucapanku saat pintu kamarnya terbuka. Nuansa serba merah muda tertangkap oleh penglihatanku. "..Mendiang Ratu?"

Eun Woo mendesah pelan.

"Ratu di bunuh pada hari jadi pernikahan mereka yang ke satu tahun."

Sudah.

Aku tidak ingin tahu lebih banyak.

"Aku melihat bagaimana kakakku menata kehidupannya setelah mendiang ratu pergi. Namun sekarang aku lega sudah ada dirimu."

Aku spontan melangkah mundur. Aku tidak ingin tahu apapun lagi. Itu tidak bagus. Karna sekarang jantungku berdebar semakin tidak karuan.

Mungkin aku harus memanggil dokter kerajaan.

Punggungku menubruk sesuatu. Tidak bukan sesuatu. Aku tahu dengan jelas siapa pemilik tubuh ini.

"Aku hanya meninggalkanmu beberapa jam untuk tertidur, dan kau memilih menghianatiku dengan Eun Woo?"

Crap.

--------------------------

NO ESCAPEWhere stories live. Discover now