on the snow

999 189 69
                                    

Renjun dan Lucy berjalan bersama menuju taman yang terdapat di belakang rumah sakit, dengan tangan yang saling bertautan. Sesekali mereka bercerita kejadian lucu, seperti biasa mereka melakukannya sebelum, sedang, dan bahkan sesudah pacaran.

"Duduk di situ yuk!" Ajak Lucy menunjuk bangku pinggir taman, tepat di bawah pohon yang sudah tak berdaun akibat musim gugur yang telah berkunjung.

Renjun tersenyum, mengikuti Lucy yang menggandeng tangannya dari kamar rawatnya tadi.

Gadis itu kembali membuka mulutnya setelah mengambil posisi nyaman duduk di samping Renjun.

"Dan ternyata bener itu kamu! Untung aja aku ngejar kamu. Kalau enggak mungkin kamu jatuh di tangan orang lain!" Cerita Lucy tentang bagaimana ia bertemu dengan Renjun sebelumnya. Dari tadi gadis tersebut tampak antusias bercerita kejadian yang sebelumnya terjadi.

Untuk kesekian kalinya Renjun menanggapinya dengan senyuman seperti biasanya.

"Hei, kenapa hanya tersenyum?" Tanya Lucy yang sedikit jengkel dengan Renjun karena menanggapi cerita panjangnya hanya dengan senyuman.

"Kamu cantik," ujar Renjun dan berhasil membuat Lucy merona.

"Eum." Lucy menundukkan kepalanya. "Renjun, bisakah kita kembali seperti dulu?" Tanya Lucy, menatap tepat dimanik mata Renjun.

Renjun diam. Ia bingung harus menanggapinya bagaimana. Entah dia harus bahagia atau sedih karena menurutnya ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan bahkan menjawabnya.

"Kenapa diem aja?" Tanya Lucy.

"Kamu udah kesel ya sama aku?" Tanya lagi Lucy yang membuat Renjun tidak bisa berkata - kata.

"B─bukan begitu, aku hanya me─"

"Hanya apa?" Potong Lucy, penasaran.

Renjun tersenyum lagi. "Bukannya aku ingin menolak, tapi aku takut kamu gak bakal sesayang sama aku kayak dulu nantinya," ujar Renjun.

Lucy mengernyitkan alisnya. "Mengapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

Renjun menghela nafas membuat kepulan uap terlihat di udara. "Aku takut kau akan menyesalinya setelah ini. Jadi kita temenan aja. Tapi kita bisa deket kayak biasanya. Gimana?"

Lucy tersenyum getir. "Kalau itu pilihan yang tersisa biar bisa sama kamu, aku gak apa," kata Lucy penuh keyakinan.

Renjun mengacak puncak kepala Lucy yang membuat Lucy sendiri bingung dengan keadaan yang ada. Tetapi kebingungannya teralihkan oleh salju yang baru saja turun.

"Salju pertama turun!" Pekik Lucy senang. Ia hendak bangkit dari duduknya, tetapi ditahan oleh Renjun.

"Lucy," gumam Renjun begitu pelan, nyaris tidak terdengar oleh Lucy sendiri.

"Ya Renjun?" Lucy mendekatkan dirinya pada Renjun.

Tangan Renjun terulur untuk menggenggam erat tangan Lucy. Lelaki tersebut memposisikan gadis di sampingnya untuk bersandar di bahunya.

"Akhirnya salju tahun ini turun juga," gumam Renjun dengam senyum mengembang.

Lucy juga tersenyum melihat butiran - butiran es yang jatuh di hadapannya. "Kau menunggunya?" Renjun mengangguk.

Lucy merasakan Renjun meluruskan posisi badannya menghadap dirinya. Perlahan Renjun mendekat dan tak lama kemudian Lucy merasakan bibir Renjun yang mendarat di sisi pipinya.

"Kalau kita masih pacaran aku mau bilang If I really love you until now," ujar Renjun menatap dalam mata Lucy yang tengah menatap balik.

"Me too," gumam Lucy, tetapi masih bisa didengar oleh Renjun sehingga membuatnya tersenyum.

Lucy mendorong kepala Renjun untuk bergantian bersandar di bahunya lalu mengelus puncak kepala lelaki cinta pertamanya tersebut.

Lucy membuka mulutnya, "Kamu tau sebenarnya ada hal yang lebih besar yang kuinginkan dari sebelumnya," ujar Lucy.

Renjun mendongak, tetapi kepalanya kembali didorong ke posisi semula oleh Lucy.

"Sebenarnya banyak hal yang ingin kulakukan denganmu saat salju turun. Tetapi itu berakhir di gambaranku saja," lanjut Lucy lalu terkekeh.

"Suhu tambah dingin. Apa kembali aja?" Tawar Lucy.

Renjun menggeleng. "Aku ingin seperti ini sebentar saja," gumamnya lalu memejamkan mata.

Lucy mengangguk mengerti. Pandangannya terus menerawang pada salju yang turun.

"Renjun?" Panggil Lucy setelah cukup sekian lama dalam keadaan hening.

"Renjun?" Panggil Lucy lagi sambil menoleh ke arah Renjun yang terlelap di bahunya.

Lucy tersenyum tipis, tetapi perlahan matanya menitikan tangisan. "Renjun?" Panggil Lucy sekali lagi. Tetapi lelaki itu tidak menyahutnya.

Lucy tidak merasakan deru nafas yang menghangatinya selama ia mendekat ke arah lelaki tersebut. Tangisan Lucy makin menjadi - jadi.

Renjun telah tiada.

PAINT × RenjunWhere stories live. Discover now