[Bab 11] Shopping with Husband.

14.4K 1K 23
                                    

"I pray not to fall in love alone."

###

Nada dering ponsel terdengar mengalun, Prilly yang tengah asik mengiris bahan makanan untuk memasak didapur, langsung menerima tanpa melihat dahulu siapa pemanggilnya.

"Halo, Ma, iya Aku nggak masak kok beneran deh sum-"

"Ha-halo?"

Sebelum Pelyn pulang siang tadi, Pelyn berpesan lagi pada Prilly agar tidak mengerjakan sesuatu kecuali istirahat. Sehingga ia pikir yang telepon adalah Mama. Tapi balasan telepon dari ujung sana bukanlah suara lembut milik Pelyn, melainkan suara serak basah dan membuat Prilly terbelalak.

"Suara cowok? Siapa? Ali nggak mungkin." umpannya dalam hati.

"Halo, siapa ya?" tanya Prilly. Tak ada jawaban.

"Halo? Salah sambung ya, mas?"

"Ngg enggak kok."

"Terus siapa? Ali? Jangan bercanda ya?"

Prilly melihat sekilas nomor ponsel yang memanggilnya itu. Nomor asing. Berarti bukan milik Ali.

Tak ada balasan lagi.

"Halo? Maaf ini siapa sih?" tanya Prilly mulai penasaran. Tapi tiba-tiba sambungannya terputus.

"Ihh kok malah dimatiin sih! Nggak jelas!"

Sore ini Prilly ada janji dengan Ali untuk pergi berbelanja kebutuhan mereka yang hampir menipis. Sudah kebiasaannya mengenakan dress ibu hamil berwarna biru langit, ia pun memilih dress yang simple untuk pergi hari ini.

Tin! Tin!

Klakson mobil Ali sudah terdengar menggema, Prilly cepat-cepat menghampirinya.

Dari tirai mobil Ali bisa melihat bagaimana penampilan Prilly, seketika pandangannya terkunci.

Bener kata Mama, dia cantik!

"Li?"

"Ali!"

"Eh i-iya, udah?"

Prilly mengangguk sambil memasang wajah heran, mengapa dengannya? Apa penampilannya terlihat aneh?

Ali tidak berhenti disupermarket yang biasa Prilly kunjungi, Ali lebih memilih membawanya ke mall besar karena berniat ingin mampir mengunjungi sport station.

"Belanja disini aja ya.."

"Oke!" sahut Prilly. Ali melepas jasnya, lalu kancing kemeja atas ia buka dan juga dasi birunya. Kemudian mereka turun dari mobil bersamaan. Demi apapun, jika mereka bisa berdekatan -bergandengan tangan mungkin akan lebih terlihat sangat cocok. Ali yang masih mengenakan kemeja putih terlihat begitu cool, sepatu pantofel yang masih ia kenakan tidak membuatnya risih.

Mereka mulai masuk melalui pintu utama, jalan sejajar dan berdekatan meski tak bergandengan tangan. Tapi tetap saja, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang disana.

"Eh subhanallah, cocok banget." kata seseorang, entah siapa.

"Mau kemana dulu? Nanti gua mau mampir ke sport station." ucap Ali.

"Yaudah lo kesana, gue mau ke supermarket." ujar Prilly memberi saran.

"Jangan, kata Mama gua harus jagain lo!" kata Ali. Sejak kapan ia khawatir pada Prilly? Dulu untuk berdekatan saja tidak mau.

Belatedly Love You 1 & 2Where stories live. Discover now