∗ ゚。✦。°✼ ゚JAM DINDING udah menjarumkan angka sebelas. hujan udah lebih dari deras. rumah udah senyap. acara tv udah nggak ada yang seru. dan demi tuhan mata changbin udah tinggal satu watt.
cowok berpiyama pororo yang lagi membatu nonton pertandingan bulutangkis itu mendengus. kalau bukan karena kedatangan si buluk kesayangannya, mungkin dia udah larut di alam mimpi bareng raisa.
changbin ngecek ponselnya. "kapan datengnya, sih?" dan meletakkannya lagi setelah baca pesan felix bilang otw sayang setengah jam lalu.
tapi belum genap dua detik tangannya melepas ponsel, benda balok hitam itu berderit. changbin menggeram.
KAKAOTALK gyu's little bro turun dong udah nyampe nih
maka dengan satu dengusan lagi, senior futsal itu bangun dari kasurnya; membalut badan kecilnya pakai selimut; lalu turun sambil terseok-seok.
barulah setengah menit kemudian changbin membukakan pintu. tampak figur felix berdiri tepat di hadapannya, dengan setenteng plastik indomaret di tangannya.
.. dan tolong jangan lupa sama cengiran minta ditabok yang ikonik itu.
felix cuma senyum. "iya, kehujanan. makanya buruan kasih aku masuk."
"tidur di teras aja lo," begitu respon changbin. tapi nyatanya dia ngebuka pintu lebih lebar; mempersilakan felix memijaki lantai kediamannya.
cuma, emang dasarnya felix suka bercanda. jadi, dia malah— "dih, peluk dulu, kek? aku kedinginan."
changbin langsung tersenyum paksa. "lihat gue pake piyama apa? pororo, kan, pinguin. yang ada lo tambah dingin."
lalu tanpa was-wes-wos lagi, felix berlari masuk dan mendekap changbin erat-erat sambil memekik, "nggak logis tapi you're so cute, i could dieeeeee."
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ ▃▃▃▃▃▃▃▃
∗゚。✦。°✼ ゚❝NGGAK ADA YANG BAGUS,❞ gumam felix tanpa menarik atensi dari televisi.
kini mereka udah damai di kamar changbin. dengan felix yang duduk di depan televisi, changbin yang di kasur, dan cemilan-cemilan micin yang ada di kasur juga.
changbin yang rebahan digulung selimut sambil nyemilin cheetos ketawa ngeledek. "dibilangin timing lo nggak pas. malem-malem ada apa? paling iklan rokok."
felix menghela napas capek. jarinya menekan tombol turn off pada remot, sebelum beranjak dan melompat ke kasur changbin,
—ngebuat kasur goyang dan numpahin bayi-bayi cheetos ke atas seprai.
"woi!" sahut changbin refleks; megangin bungkus cheetos yang isinya tinggal empat biji. "pelan-pelan, dong. ini tumpah semua."
"hehe," kekeh felix sambil ngebenerin posisi tidur di samping changbin, "ya, maaf, hun." lalu mengecup cepat pipi sang tuan rumah yang sibuk mungutin jajannya.
"lagian lo ngapain ke sini malem-malem?" tanya changbin, masih bersihin cheetos. "padahal juga hujan."
felix mendongak dari prosesi bantuin-changbin dengan memakan jajanan itu. "suntuk sendirian di rumah. kak mark juga lagi kemah."
changbin berhenti ngambilin cheetos. senyumnya terulum bersama netranya yang ngeliatin felix gemas. "gue kira lo diusir."
felix merespon dengan tawa, tambah setampar bungkus pillows pada lengan changbin.
"belum," jawab felix. sekarang matanya nggak lepas dari ponsel pintar di tangannya.
sementara mata changbin nggak lepas dari rupa pemuda ngeselin yang selalu dia omelin di depannya itu. dia diam; menyamakan derap hujan di luar dengan keheningan di kamar.
dan rupanya changbin jadi terfokus pada bintik-bintik cokelat yang bertaburan di wajah kekasihnya itu.
"lix," panggilnya.
"hm?" gumam felix.
changbin mengukir senyum. "how many freckles do you have?"
jemari felix spontan berhenti mengetik. dia menunduk. berpikir. mencoba menghitung bintiknya dan bertanya kenapa changbin agak random. tapi, lalu ketawa. "kenapa, emang?"
senyuman changbin merekah. "well, i bet that's uncountable because that's how much i love you."
. . .
"halo, 911. saya arginanda felix, ingin melapor kalau saudara changbin soedioetomo telah bertindak kriminal; yaitu membunuh hati saya."
∗ ゚。▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ ▃▃▃▃▃▃▃▃▃✦。°✼
answer LEE FELIX
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.