∗ ゚。✦。°✼ ゚BUKAN ANAK MILENIUM kalau akhir pekannya sendirian. bukan pula kalau akhir pekannya nggak keluyuran. bukan juga kalau gawai mereka lepas dari genggaman.
tiga kemutlakan itu seakan lengket ke anak-anak zaman sekarang. apalagi fakta mereka yang lebih memilih habisin hari bareng temen dibanding quality time sama keluarga.
karena realitanya, itu udah lebih dari sebuah kebahagiaan.
tapi, nggak semua remaja berpresepsi demikian. dan nggak selamanya kumpul bareng temen itu menyenangkan.
yah, kalau jauh-jauh reunian ke rumah hyunjin cuma berakhir disuruh beli jajan di minimarket— apanya yang kabahagiaan?
"tau gini, mending tidur di rumah daripada kelayapan habis kalah main game gituan," caci cowok bernametag changbin ini. langkahnya lesu menyusuri trotoar menuju alfamart.
sedangkan cowok yang masih setia cengengesan dan merangkul changbin ini terkekeh. "lagian cuma five nights at freddy's, santai aja, lah?"
"kurang santai apa lagi, lix?" dengus changbin, "udah dua tahun gue ngebabu buat anak-anak, lo pikir enak?"
cowok super clingy yang diketahui bernama felix ini terdiam. sejenak; cuma buat menatap jahil netra gebetannya itu. "bukannya udah kodrat, ya?"
bugh. satu pukulan kuat mendarat di pundak felix. "enyah, lo."
felix spontan menggenggam bahunya dramatis—pura-pura kesakitan supaya dapet perhatian changbin. padahal tinjuan changbin nggak sealay itu.
changbin juga cuma mengerling malas. bikin felix menyudahi aksi hiperbolisnya dan mengacak surai yang lebih tua. "bercanda, sayang."
"sayangi ususmu, minum yakult tiap hari. iya, iya," balas changbin. sama sekali nggak peduli bule yang sejak mpls rajin menggandrunginya itu.
felix nyengir. "sayangi aku juga, dong?"
— maka selayang kepalan mengarah ke felix lagi.
"oke, oke, imma stop," tutur felix buru-buru, tepat setelah tangan changbin ia tahan. yang lebih pendek cuma mendecak dan berlalu. "tapi, kak."
felix berlari mendekati changbin; menelisik catatan belanjaan. "ini titipan mereka banyak bener. seratus ribu, cukup?"