Departure

36 2 0
                                    

Berpaling dari benua
Menghadap samudra
Sudah ia coba
Mengatasi segala
Bukan untuk melupa
Atau mencari apa
Hanya hendak dicoba
Menyatukan segala

"Panggilan untuk penerbangan bernomer xxx-xxxx, segera bersiap karena boarding akan segera dibuka."

Aku membuka mataku, untuk kesekian kalinya, berpindah ke tempat baru, yang bahkan aku tidak tau itu dimana. Berpindah, untuk beberapa orang, memang menyenangkan. Memulai segalanya dari awal lagi, rasanya seperti bermain sebuah online-game yang dimana tingkat perjalananmu sudah hampir 100%, tapi, mati di tengah perjalanan. GAME OVER. TRY AGAIN.

"Ailee, sudah cepat naik,"

Ibu. Sosok yang paling dicintai oleh setiap orang di dunia ini. Ibukku tidak ikut pindah kali ini, dia memutuskan untuk tetap tinggal disini, sementara aku, harus pindah dan tinggal bersama anak temannya. Dan kalian harus tau, anak itu, orang yang paling menyebalkan di dunia ini. Seorang bocah laki-laki teman masa kecilku yang selalu berbuat onar dan keributan.

"Aileeeee...."
"Iya Bundaaa, Ailee dengar kok."
"Jangan lupa ya, setelah kamu sampai disana, kamu segera mencarinya, ingatkan? Dylan Waters, rambutnya hitam, tingginya sekitar 170 cm-an, teman masa kecilmu itu."
"Tentu saja Bunda, siapa yang bisa lupa si hama pengganggu yang paling kubenci di dunia ini."
"Sudahlah, kan itu masa lalu Ailee, Dylan tambah ganteng lohh, hayolooo, awas aja kalo Ailee sampe suka sama Dylan."
"Tidak akan, aku bisa jamin kok Bun, nanti aku bakal cari bule bule ganteng yang berkotak 6, sesuai rencana kita Bun,"
"Dengan tampang kayak kamu gitu, Bunda gak jamin deh kamu dapet yang bening-bening disana."
"Ah yasudah aku berangkat sajalah, daripada kita malah beradu pendapat begini. Baiklah, sampai jumpa Bunda, jangan lupa kunjungi aku ya. Titip salam buat Rheana"
"Iya, jaga diri baik-baik ya, jangan sampai sakit, yang penting jaga diri, nanti ibu sampaikan ke Rhea."

Setelah mengucap salam dan berpelukan dengan Bunda, aku pun segera naik ke pesawat. Di tengah perjalananku menuju tempat boarding, aku mendapati seorang laki-laki yang sedari tadi melihat ke arahku. Sedikit ngeri sih sebenarnya, tapi aku berusaha masa bodoh. Dan di tengah perjalanan, laki-laki itu tiba-tiba menghampiriku. Ketakutanku semakin menjadi-jadi. Aku berusaha memalingkan wajah dan berjalan biasa tapi sedikit lebih cepat, tapi laki-laki tadi malah semakin cepat ke arahku,

BRAK

Aku menabrak seseorang, dan ternyata, yang kutabrak adalah laki-laki yang tadi. Dia tiba-tiba menyodorkan sebuah pamflet dan kartu nama ke arahku, lalu pergi begitu saja. Wajahnya, tidak terlihat, dia memakai masker hitam, topi hitam, dan sebuh coat hitam yang menutupi seluruh tubuhnya yang tinggi dan besar.
Pamflet yang kini berada di tangan kananku segera kumasukkan ke dalam tas, aku akan membacanya apabila sudah sampai disana nanti.

*skip*

Di pesawat, aku duduk di sebelah seorang laki-laki, yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan lelaki yang tadi. Tapi, dia melepas masker dan topinya, sehingga aku bisa melihat jelas wajahnya, dia bukan laki-laki yang tadi.

"Uh, Halo? Kamu sendirian saja?"
Sapa seorang lelaki yang tadi, tampaknya dia seumuran denganku, sekitar, 17 tahunan mungkin?
"Hai, iya aku sendirian, hehe,"
"Namaku Daniel, kamu siapa?"
"Aku Ailee, kamu juga sendirian?"
"Tentu saja, faktanya aku duduk di sebelahmu =)"
"Mungkin saja kamu bertukar dengan seseorang,"
"Tentu saja tidak,"
Laki-laki tadi tersenyum padaku dan mengalihkan pandangannya ke buku yang dia pegang. Karena dia sedang membaca bukunya, aku akan membaca pamflet yang tadi.
Ternyata, pamflet tersebut berisi tentang tempat liburan yang ada di negara tujuanku, yang ternyata di kota yang sama.

"Kamu juga dapat pamflet itu ya?"
"Whaaa—?"
"Aku juga dapat, dia sempat berbincang kepadaku. Katanya, tempat ini adalah resor terbaik yang ada di kota itu"
"Seorang laki-laki berbadan besar dengan baju serba hitam?"
"Iya, kamu juga?"
"Iya"
"Yasudah, nanti kita pergi bersama ya!"
"Aku tidak tertarik."
"Ayolah, memang kamu tinggal dimana?"
"Tidak tahu,"
"Kok bisa tidak tahu?"

Kami pun melanjutkan obrolan sampai cukup lama, dan tertidur.

*Daniel☝🏻☝🏻*Mungkin aku tertidur cukup lama, karena aku sangat mengantuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Daniel☝🏻☝🏻*
Mungkin aku tertidur cukup lama, karena aku sangat mengantuk. Perjalanannya sekitar 3 jam, jadi ya lumayan singkat.

"Ail, Ailee,"

Suara Daniel membangunkanku, ternyata kami sudah hampir landing.
Dan ternyata, yang lebih mengagetkan, aku tidur di pundak Daniel, yang membuatku sangat malu sekali.

"WHAAAAA— maaf aku tidak bermaksud—"
"Tidak apa-apa, kamu terlihat kelelahan, aku tidak tega melihatnya."
"...."
"Yasudah pakai sabukmu sebentar lagi landing"

Akhirnya pesawatnya landing, dan aku segera keluar dari pesawat itu. Tak lupa kusempatkan mengucap selamat tinggal ke Daniel, teman baruku barusan itu. Dan saat di pintu kedatangan, aku sempat kesulitan mencari Dylan , sampai akhirnya—

 Dan saat di pintu kedatangan, aku sempat kesulitan mencari Dylan , sampai akhirnya—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei! Kamu Ailee kan. Masih ingat aku tidak?"

*sorry ya gengs pake foto pacar acu*Seseorang menapuk pundakku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*sorry ya gengs pake foto pacar acu*
Seseorang menapuk pundakku.
Siapa dia?
Kenapa dia sangat tampan—

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ini anak pules banget tidurnya gilak."
-Daniel
"Kok ganteng sih"
-Ailee
"Kayaknya ni cewe tolol nih"
-Dylan

WASTELANDWhere stories live. Discover now