[7] LIVING TOGETHER

2.6K 484 96
                                    

Guanlin segera menelepon Minhyun selaku pemilik kedai untuk meminta izin mengantar Jihoon ke apartemennya. Dengan menggunakan motor sportnya, Guanlin menembus jalanan yang mulai sedikit ramai oleh kendaraan.

"Berpeganganlah, nanti kau jatuh" ujar Guanlin di balik helmnya.

Jihoon terkejut. Ia bingung harus berpegangan kemana. Ia hanya memasang tampang linglung sembari meremas pinggiran jok motor Guanlin.

Guanlin yang melihat raut wajah bingung Jihoon dari pantulan spion hanya terkekeh pelan sembari meraih tangan mungil itu dan melingkarkannya di pinggangnya. Menarik tangan itu hingga tubuh Jihoon melekat pada punggungnya.

"Kau bisa berpegangan padaku, lagipula aku juga butuh dihangatkan," guraunya.

Jihoon tersenyum canggung. Ia jadi merasa tak enak pada Guanlin karena mantelnya ia gunakan sekarang dan membiarkan lelaki jangkung itu kedinginan. Jihoon menyandarkan tubuhnya pada punggung pemuda tampan tersebut dan tak sadar matanya terpejam akibat terlalu lelah berlari.

.






.






.






"Jihoon, ayo bangun? Kita sudah sampai, aku tak punya waktu banyak karena harus kembali bekerja," ucap Guanlin lembut sembari mengelus tangan Jihoon yang melingkar di pinggangnya.

Jihoon tersadar, ia menegakkan tubuhnya dan mengerjap beberapa kali. Berusaha memulihkan kesadarannya.

"I-ini dimana?" pandangannya masih buram, membuat Jihoon kembali mengerjap-ngerjap matanya.

Setelah Jihoon melepas pelukannya pada Guanlin, pemuda berlesung pipi itu membantu Jihoon untuk turun lalu menuntunnya memasuki apartemen minimalis yang telah jadi tempat tinggalnya entah sejak kapan. Guanlin dengan ramah tersenyum pada security yang berjaga di pintu utama.

Sesampainya di depan sebuah pintu berwarna putih, Guanlin membuka kunci pintu tersebut dan membukanya lebar-lebar.

"Selamat datang di apartemenku, Park Jihoon." senyumnya kembali mengembang.

Jihoon tersipu. Ia pipinya selalu merona setiap kali ia melihat senyum guanlin, entah kenapa. Guanlin mempersilahkan Jihoon untuk masuk.

"Anggap saja seperti rumahmu sendiri ya. Oh- kau bisa gunakan bajuku yang ada di lemari. Dan ada beberapa makanan di kulkas yang bisa kau hangatkan. Tak perlu sungkan," ujar Guanlin menunjukkan apa-apa saja yang sekiranya bisa digunakan oleh Jihoon.

"Kalau kau ingin beristirahat, kau bisa gunakan tempat tidurku. Maaf ya, hanya ada satu kamar di sini," lanjut Guanlin yang kemudian terlihat repot menyiapkan pakaian ganti untuk Jihoon.

"Guanlin-" potong Jihoon.

"Ya?" Guanlin menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Jihoon.

"Terima kasih, kau tak perlu repot-repot. Aku- jadi tak enak."

"Tak apa-apa, buatlah dirimu senyaman mungkin di sini. Maaf aku tak bisa menemanimu lebih lama sekarang. Malam nanti aku akan kubawakan samgyetang."

Jihoon menggigit bibirnya. Ia merasa keputusannya untuk menumpang tinggal bersama Guanlin malah jadi merepotkan untuk Guanlin. Ia tak berpikir hingga sejauh itu karena yang ia pikirkan hanya lepas dari tempat rehabilitasi. Itu saja.

"T-tidak perlu, Guan. Jangan membuat dirimu repot karena aku. Sungguh. Aku dibiarkan menumpang di sini saja sudah membuatku merasa tak enak," Jihoon menunduk.

Power  [ PANWINK ]✓Место, где живут истории. Откройте их для себя