7. Sebuah jebakan

144K 5.9K 87
                                    

Cuaca pagi ini benar-benar labil. Sesaat gerimis, sesaat kemudian cuaca berubah terang. Lalu hujan turun dengan derasnya dan berhenti lagi. Begitu terus menerus.

Arletta, akhirnya diizinkan membawa kendaraan sendiri setelah berhasil melalui uji coba yang dipantau oleh Karel. Sebuah mobil sport terbaru, dihadiahkan untuknya dari orang tuanya.

Mobil yang dikemudikan Arletta, berjalan dengan kecepatan sedang. Membelah kemacetan Ibukota Jakarta yang super padat.

Begitu sampai di sekolah, Arletta sudah disambut dengan cengiran khas Kinara yang berdiri di samping mobilnya yang sudah terparkir.

"Gue baik kan? Gue sengaja nungguin lo di sini, jagain space ini buat mobil lo biar kita bisa sebelahan." Kinara begitu bangga dengan apa yang dilakukan.

"Iya dehhh, sahabat gue yang satu ini emang the best." Arletta merangkul lengan Kinara, mengajaknya masuk.

Arletta dan Kinara menjadi sahabat yang sangat dekat. Satu sekolah bahkan menyebut mereka kembar. Kemana-mana berdua, bahkan ke toilet aja harus bareng. Kinara sih yang doyan ngintilin Arletta, alasannya karena dia takut disepikan Zarra and the geng.

"Ra, lo ke kelas duluan deh. Gue mau ke UKS bentar minta obat. Dari tadi kepala gue cenat cenut," kata Arletta sambil menunjuk ke arah UKS yang tidak jauh dari sana.

"Gue ikuuuttt," pinta Kinara dengan mata berkedip-kedip.

"Ih lo tu ya udah kayak anak gue aja ngintilib mulu. Ya udah ayok!"

Begitu sampai di UKS, Arletta masuk sendirian. Sementara Kinara menunggu di depan pintu. Dia tidak suka dengan aroma obat-obatan, suka merasa mual.

Tidak sampai sepuluh menit, Arletta sudah keluar dengan beberapa butir obat di tangan.

"Banyak banget, buat apaan?" tanya Kinara tentang obat-obatan itu.

"Buat cadangan siapa tau nanti di kelas kepala gue mau meledak." Arletta benci Matematika dan itu membuatnya selalu sakit kepala tanpa alasan.

"Hihihi."

"Let, Elang tuh." Kinara menunjuk ke arah tangga menuju ke lantai 2 dengan memajukan bibirnya.

Arletta hanya menoleh sekilas. Elang sedang mengobrol dengan seorang murid perempuan yang entah siapa.

"Emang kenapa?" tanya Arletta.

"Lo nggak cemburu?"

Arletta justru tertawa. "Apa hak gue buat cemburu? Emang gue pacarnya?"

"Belom jadian juga?" tanya Kinara dengan mata melebar.

Arletta memutar bola matanya. Pertanyaan semacam itu terlalu sering didengarnya dan entah harus berapa kali dia menjelaskan kalo dia dan Elang tidak ada hubungan apa-apa.

"Permisi, kita mau lewat bisa?" tanya Arletta pada Elang dan gadis itu yang menghalangi jalan mereka untuk naik ke tangga.

Elang menoleh. Gadis yang bersamanya juga ikut menoleh. Lalu si gadis berlesung pipi itu dengan lantangnya mencium pipi Elang di depan Arletta dan Kinara. Ciuman singkat, seolah sebagai tanda pamitan. Lalu pergi dengan wajah masam ketika menatap Arletta.

"Duhhh, pagi-pagi udah lihat orang pacaran," sindir Arletta dengan nada yang sengaja dikeraskan agar Elang mendengarnya.

Kinara sendiri hanya bisa terpelongo melihat adegan cium pipi barusan. Sepertinya sekolah ini harus segera dirukiyah agar arwah-arwah mesum pergi.

Elang menahan tangan Arletta. Lalu ditariknya dengan keras dan ... cup! Elang berhasil mendaratkan bibirnya ke bibir Arletta.

Sekali lagi, Kinara terpelongo hebat melihat itu.

Tentang Rasa #Seri Ke-1Where stories live. Discover now