9th Shoot

1.2K 26 6
                                    

Tokyo , Jepang, 2 hari kemudian.

Angin berhembus kencangmembawa hawa dingin di penghujung tahun di jalan utama Shinjuku. Membuat semua orang langsung merapatkan jaket tebal mereka. Tidak terkecuali Zaxia. Walaupun dia tidak menggigil seperti orang kebanyakan, dia tetap merapatkan jaket kulitnya untuk memastikan agar otak dan tubuhnya tetap berfungsi pada batas maksimal.

Dia tidak boleh lengah untuk misi kali ini. Selain karena misi ini berhubungan dengan pamannya, yang juga salah satu dari Godfather, misi ini bagian dari tes agar dia bisa memenuhi kriteria untuk tes level S yang diadakan pada pertengahan tahun depan.

Seorang pria paruh baya jalan dengan langkah goyah menerobos kumpulan para pejalan kaki di jalan utama Shinjuku. Pria itu berambut hitam seperti orang jepang pada umumnya dengan beberapa uban yang menyelip di antara rambutnya. Dia menggunakan kemeja lengan panjang yang ditutup dengan jaket kulit yang kelewat tipis di udara sedingin ini.

Dilihat dari mana pun, pria itu tidak mengeluarkan aura bahaya seperti target Zaxia lainnya. Hal itu membuat Zaxia bertanya – tanya kenapa dia sampai harus membunuh orang ini. Pria yang menjadi targetnya kali ini tidak terlihat cukup berotot untuk melawannya. Mungkin karena otaknya? Entahlah, terkadang kemampuan otak tidak begitu membantu saat kita dihadapkan dengan pilihan hidup atau mati.

Sudah lebih dari 2 jam Zaxia mengikuti pria itu dan dia hanya berjalan tanpa arah. Masuk ke dalam satu toko, melihat – lihat, lalu keluar lagi. Apapun yang sedang dicari pria itu, akhirnya dia menemukannya di toko yang berada di ujung jalan utama Shinjuku. Saat keluar dari toko itu, dia membawa sebuah boneka TeddyBear berwarna seputih salju yang besarnya hampir setengah tubuh rampingnya.

Hati Zaxia serasa diremas saat memikirkan kalau anak pria itu tidak akan menerima Teddy bearnya. Batinnya dari dulu berteriak saat dia memilih jalan penuh darah ini. Namun, pilihan apa yang dia punya? Ini tentang hidupnya atau hidup orang lain. Hidupnya akan selalu jadi prioritas pertamanya. Egois memang.

Pria itu akhirnya keluar dari jalan utama Shinjuku. Memasuki jalan – jalan sempit perumahan, laju pria itu melambat. Memaksa Zaxia untuk berhenti di beberapa tempat untuk tetap menjaga jarak amannya. Zaxia curiga targetnya ini sudah curiga kalau dia sedang diikuti.

Kecurigaannya terbukti ketika pria itu memasuki sebuah taman kecil di dekat kanal kecil yang cukup jauh dari pemukimam terdekat. Tentu saja Zaxia tidak ikut masuk ke dalam taman itu. Dia tetap menjaga jaraknya sekitar 1KM dari targetnya.

Di saat yang sama, Sanada Takeguchi,target Zaxia tersenyum kecut saat menyadari orang yang mengikutinya tidak ikut masuk ke taman. Hanya Hitman di bawah naungan Costello Famiglia yang akan menjaga jarak sejauh itu. Dan, kalau Costello Famiglia sudah turun tangan, berarti hidupnya akan berakhir disini.

Dalam sejarah dunia hitam, tidak ada yang bisa selamat kalau Costello Famiglia sudah turun tangan. Mereka sendiri hanya bergerak di balik layar dunia hitam. Mereka tidak akan turun tangan kalau masalahnya tidak membahayakan keluarga mereka atau dunia hitam sendiri. Tentunya semua yang tidak sejalan dengan mereka akan dihapuskan dari dunia ini.

Satu hal yang membuat bingung Takeguchi adalah Hitman yang ditugaskan untuk membunuhnya tidak langsung membunuhnya mengingat begitu banyak kesempatan yang ada. Hitman kali ini lebih seperti Observer dan itu hal aneh mengingat dia bawahan Costello Famiglia.

Menurut Takeguchi, Hitman kali ini lebih bisa diajak berbicara daripada Hitman – hitman kasar yang selama ini mengejarnya. Walaupun pada kenyataannya dia tidak tahu apa yang ingin dia bicarakan. Lagipula dia akan segera mati bukan? Takeguchi memilih untuk duduk di salah satu bangku taman.

“ Kau tahu, kau sangat berbeda dengan para Hitman dari Costello Famiglia.” Gumam Takeguchi cukup keras untuk didengar Zaxia dengan bahasa inggris beraksen jepangnya.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang