Tulang Wara

52 3 0
                                    


IDUL Adha atau Hari Raya Qurban memang merupakan hari istimewa tersendiri bagi masyarakat, terlebih mereka yang tergolong jarang bisa makan daging sapi atau kambing untuk menu sehari-hari karena keterbatasan penghasilan. Boro-boro berlauk daging, bisa makan dengan nasi dan kecap saja syukur.

Jadi, jangan heran bila Idul Adha ini merupakan kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Ada sebuah keluarga, sebut saja keluarga Acil Halimah. Kaluarga ini memang tergolong tidak mampu sehingga boleh dibilang jarang makan daging kecuali Idul Adha. Makanya setiap Idul Adha Acil Halimah yang punya anak tujuh orang ini melihat situasi dan kondisi di masyarakat, di mana saja ada orang yang menyelenggarakan qurban.

Supaya mendapat daging lumayan banyak, disusun rencana. Setiap anaknya yang kebetulan sebagian besar laki-laki, membawa pisau ke tempat penyembelihan qurban, membantu panitia membagi-bagi daging. Nah, bila Bantu-bantu seperti itu, pasti pulangnya dikasih sangu daging. Bahkan terkadang lebih banyak dari mereka yang hanya diberi satu kupon.

Sementara anak-anaknya 'bergerilya' ke tempat penyembelihan qurban lainnya, Acil Halimah sendiri tetap di rumah, menunggu pembagian daging qurban di mesjid kampungnya. Nah, kebetulan pas mengambil bersamaan denganku.

Kami sama-sama menunggu giliran. Acil Halimah kuperhatikan tidak bisa diam dan menununggu dengan tenang. Matanya selalu memperhatikan kantong-kantong plastic yang dibagikan. Kemudian dia beberapa kali kudengar menggumam.

"Kok, timbangannya tidak sama? Wah, panitia pilih kasih," ujarnya berkali-kali.

Saat seorang panitia menimbang, Acil Halimah mengatakan timbangannya lebih berat dari yang lain. Ketika panitia tersebut memberikannya kepada warga yang memegang bon, dia langsung menuduh mereka berkeluarga.

"Itu pasti keluarganya. Makanya, diberi bagian yang lebih banyak,' tuduhnya.

Setelah beberapa puluh menit menunggu, kami pun mendapat bagian.

Tapi saat kuajak pulang bareng, Acil Halimah menolak. Aku heran, lalu diam-diam kuperhatikan tingkahnya.

Astaga, ternyata Acil Halimah menukar kantong plastiknya dengan milik warga yang dikatakannya bagiannya lebih banyak. Kebetulan, orang itu sedang bercakap-cakap dengan kenalannya, dan kantong plastiknya diletakkan di tanah dekat kakinya. Saat dia lengah, kantong plastik ditukar.

Melihat kejadian itu aku hanya menggeleng-geleng kepala. Apabila Acil halimah tampak kesenangan dan langsung mengajak aku pulang. Dalam perjalanan pulang, dia langsung membuka kantong plastiknya. Saat itulah wajahnya berubah pucat.

"Astaga, pantas saja lebih banyak. Isinya tulang wara!" ujarnya menggerutu.

Usut punya usut, ternyata kantong plastic warga yang ditukar dengan milik Acil Halimah tersebut memang sengaja diperbanyak karena dia ingin tulangnya saja untuk disop.

Sementara dagingnya, dipersilakan diberikannya kepada orang lain yang lebih memerlukan.

Acil Halimah yang mengincar daging lebih banyak tentu saja kecele. Gara-gara tamak ingin bagian lebih banyak, akhirnya malah dapat tulang wara. ***

Ket :

Tulang wara : tulang semua

===================================================

Yang berminat memiliki kumpulan tulisanku dalam versi buku cetak, silakan ke www.nulisbuku.com

Yang lebih suka versi e-book di sini ...

https://play.google.com/store/books/details/Lis_Maulina_Malam_malam_Panjang_Cerpen_Horor?id=iHw0DwAAQBAJ

https://play.google.com/store/books/details/Lis_Maulina_Mendung_tak_berarti_hujan_Cerpen?id=Vnw0DwAAQBAJ

https://play.google.com/store/books/details/Lis_Maulina_Hatiku_Bukan_Salju_Cerpen?id=g_g0DwAAQBAJ

Selamat membaca, Indonesia....

Alangkah Lucunya...Where stories live. Discover now