BSC>32

10.1K 1.8K 69
                                    

Langit-langit kamar yang putih adalah pemandangan yang pertama kali Prilly lihat ketika membuka matanya pagi ini.  Tak terlihat siapapun didekatnya. Menoleh kursi disisi ranjang rawatnya tak terlihat siapa-siapa. Tak ada Ali. Begitupun di Sofa yang ada disekitar ranjangnya, kalau-kalau Ali tidur disana, tapi juga tak ada. Kemana dia? Setelah semalaman membuatnya tenang dan merasa aman, kini tak terlihat. Prilly tak tenang seketika.

"Aliiii...?"

Hanya suaranya yang terdengar diruangan yang sepi. Prilly mendadak resah. Seketika takut Ali meninggalkannya dan tak kembali. Memang agak berlebihan, tapi juga ia tak bisa menepis rasa khawatir. Tadi malam setelah kepergian Doni mereka dikejutkan oleh kedatangan dua orang tak dikenal. Ketakutan. Tentu saja. Prilly merasa nyawanya terancam akibat perbuatan Samuel dan dalang di balik drama yang diciptakannya.

"Kami dari kepolisian yang ditugaskan menyelidiki kasus ini!"

Ternyata mereka adalah polisi berpakaian preman yang mencari keterangan.

Menurut mereka, mereka sedang menyelidiki kasus sebelum Samuel tersadar. Merekapun kesana ditugaskan untuk memantau keadaan Prilly. Ternyata mereka mendapati Prilly sudah sadar dan akhirnya sekaligus meminta keterangan sebagai saksi.

"Terima kasih keterangannya, malam ini akan ditempatkan polisi yang berjaga didepan, jika ada apa-apa hubungi saja kami!"

"Saya belum minta untuk diberi semacam perlindungan pada pihak kepolisian, kenapa polisi sampai berinisiatif menjaga kami?" Ali bertanya heran.

"Ada percobaan pembunuhan terhadap saudara Samuel tetapi dapat digagalkan!" Ucapan salah satu dari polisi itu membuat mereka berdua terkejut.

"Apa?"

Dan polisipun menjelaskan kronologisnya ketika seorang perawat berniat memeriksa keadaan Samuel ternyata ada perawat lain yang tak dikenali sedang melakukan sesuatu pada tali infus dan melarikan diri setelah aksinya dipergoki.

"Sam!" Mata Prilly berkaca seketika mengingat Samuel sepeninggal kedua polisi itu.

Alangkah tragisnya sekarang. Dunia bagai terbalik bagi Prilly. Kawan menjadi lawan. Teringat bagaimana ia dulu dibantu Samuel untuk semakin berhasil meraih keinginannya menjadi bagian dari perusahaan besar dimana didalamnya ada target yang harus ia capai.

Prilly tak memungkiri jasa-jasa Sam. Tapi Prilly juga tak menyangka ada niat terselubung dari apa yang sudah dilakukan Sam untuknya. Selain jatuh cinta padanya, Samuel juga ternyata menaruh dendam pada Ali karna Mika.
Dan apa yang terjadi lagi sungguh diluar dugaannya, lawan mereka, Ali,  sekarang menjadi orang yang sangat berarti baginya.

"Kenapa?" Ali bertanya dengan kening berkerut. Ia berpikir keras melihat Prilly nampak begitu sedih karna menyebut nama itu.

"Kasian Sam, pasti orang yang telah memperdayainya menginginkan dia tidak hidup lagi karna takut kejahatannya terbongkar!" Jelas Prilly dengan nada lirih.

"Resiko penjahat!" Sahut Ali dingin.

"Aku bagian dari mereka berarti aku jahat?" Prilly bertanya membuat Ali memandangnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kamu menyesali apa? Menyesali tak bisa bersamanya karna dia telah mengkhianati kerjasama kalian?" Ali berusaha menekan kalimatnya. Entahlah, seketika hatinya dilanda gundah mengingat kalau selama ini Samuel dan Prilly sudah dekat sejak sebelum Prilly berhasil memasuki perusahaannya. Bahkan ia tak tahu perasaan Prilly sebenarnya pada Sam sebelum mengenalnya.

Prilly balas menatap Ali dengan kening yang berkerut. Apa maksud Ali? Matanya berkilat. Kenapa? Marahkah? Kenapa marah? Karna teringat kalau awalnya Prilly ingin menghancurkan dirinya? Bukan. Tatapan Ali selalu sama ketika sudah bicara soal Samuel. Dingin. Seperti sedang meredam sebuah rasa yang ia coba amankan.

Bukan Salah CintaWhere stories live. Discover now