Strange Noise 05

3.5K 585 151
                                    

👻 Strange Noise 05 👻

Sasya menarik baju Kak Avian dari belakang. "Kak, jangan buru-buru dong jalannya!"

"Buruan kenapa sih, kakak uda khawatir banget sama Vio."

"Iya kak, tapi ternyata hawa di dalamnya nggak enak banget. Mana berisik banget." Keluh Sasya menatap sekeliling isi rumah.

"Kalau berisik seperti ini pasti ulah Vio, kamu kan tau sendiri dia bakalan ngapain kalau udah ketemu banyak hal begituan," jawab Kak Avian.

Glup menelan ludahnya gugup, "tau banget sih kak, tapi kalau bayangin di sini ada banyak 'ihi...ihi...' jatuhnya serem. akunya nggak mau." Menggelengkan kepalanya mengusir hal-hal buruk yang akan terjadi.

"Bukan kamu aja yang nggak mau, kakak juga sudah kapok rasanya." Membayangkan hari pertama ia bertemu Vio saja sudah membuatnya meremang.

"Duh, ini sudah anak tangga ketiga kak. Sebentar lagi kita sampai di pertengahan tangga, lalu apa yang akan kita lakukan setelah sampai di atas nanti?" tanya Sasya lagi.

"Apa lagi selain berusaha untuk tetap hidup," jawab Kak Avian ragu.

"Tapi Kak Avian, dengar suara pintu terbuka nggak kak?" tanya Sasya tiba-tiba.

Menghentikan langkahnya, ia berusaha mendengar dengan jelas suara yang ada di bawah, "kakak rasa memang suara pintu terbuka," ucap Kak Avian memandang Sasya.

Hening, yang tersisa hanya saling menguatkan. Untuk tetap berani, menghadapi sosok yang tak terlihat itu susah.

👻Strange Noise 05👻

Kriet... Blam... Tertutup sudah jalan keluar pertama dari makhluk tak kasat mata satu ini.

Darah kering di pelipisnya menciptakan bau anyir, lilitan tali yang mengikat lehernya menunjukkan cara ia mengakhiri kehidupannya dan tak perlu ditanyakan pandangan sinis yang terarah pada mereka yang mengusik kedamaian sementara milik makhluk tak kasat mata memang pantas menerimanya.

Bukan hanya itu yang membuat rumah ini masuk nominasi rumah tak nyaman. Bau anyir darah yang menyengat bercampur bau kain yang lusuh, jika kamu merasa tak mampu menahannya jangan mencoba untuk masuk. Karena oksigen di sini terasa seperti karbon dioksida yang pelan-pelan bisa membuatmu sesak napas.

Memandang Sabrina dan Illy yang terlihat seperti sedang tertidur biasa. Padahal mereka berada dalam kesadaran yang nyata, ini terjadi karena mereka berada dalam kendali sesosok hantu.

Tubuh mereka sedang tertindih, berteriak sekeras apapun itu percuma saja karena suara mereka tidak akan ada yang mendengar. Tali tak kasat mata sudah mengekang mereka, apalagi yang bisa diharapkan untuk membuatmu bergeming.

Aku tahu maksudku untuk bersembunyi tidak akan pernah tersampaikan, jadi biar kumendekat tanpa membuatnya semakin marah. Meski aku tahu bahwa temanku tidak pantas untuk kuselamatkan setelah hal itu mereka perbuat ini hadiah yang pantas untuk mereka terima.

Tapi mengingat semua orang pasti punya kesalahan pada kehidupannya, maka kuberjalan semakin dekat memberanikan diriku untuh menyentuh mereka. Menggoyangkan kedua tubuhnya agar mereka berhenti tercekat dan segera menggapai kembali kesadaran mereka dari ilusi sementara ini.

Di saat yang kubangunkan meraih kesadarannya, aku justru merasakan kilas balik kehidupan makhluk tak kasat mata ini. Lelah aku butuh istirahat, aku butuh pertolongan rasanya tubuhku remuk. Tapi saat mendengar yang diucapkan temanku, mendadak rasanya aku sangat marah...

"DASAR SETAN SIAL! LO NGAPAIN SIH GANGGU HIDUP GUE," teriak Sabrina marah.

Dalam pikiranku saat itu hanya 'kenapa aku jauh-jauh ke sini dan menolongnya? Akan lebih baik jika ia menjadi korban atas kesalahannya sendiri'. Lebih baik kubiarkan saja ia menerima hukumannya sekarang. Itukah kalimat pertama yang pantas kau ucapkan saat tersadar. Tapi...

Strange NoiseWhere stories live. Discover now