II.
CINTA
Cinta hilang dari diri kita,
karena kita mengusirnya
1.
HATI-HATI HATI
Kembali ke rumah menemukan cinta
bercermin pada wajah anak-anakku
termangu di persimpangan penuh plastik
diobral di halaman warna majalah online
Kutersadar telunjuk hitam tangan
sulit berbalik ke tubuhku
berkelok di setiap ruangan
sendiri sepi di halaman rumah
Hati-hati kubuka hati
tanpa matahari yang kutanam kemarin
pekat topeng melekat merah
kusembunyikan kotor di bawah sepatu
hati-hati istriku bertanya,
"Apakah betul ini rumahmu?"
*) Serang, 15/7/2014
2.
IBUKU
Pagi tadi kujenguk kau
dengan sebungkus kupat tahu
kegemaran kita sejak dulu
lalu kita duduk di halaman rumah
kau bercerita tentang lelakimu
yang telah menyemaiku jadi perkasa
Kulihat buku-buku menumpuk di meja
halaman-halamannya menunggu kau buka
bukankah kau pernah berkata
"Membaca buku menunda lupa"?
Kau melihat waktu
memintaku untuk duduk bersama
menunggu anak-anak kampung
datang menikmati dongeng
yang kau bacakan di setiap sore
tawa anak-anak hidupmu
tawamu adalah hidupku
*) Rumah Dunia, 5/1/2015
3.
MENCAPAI PUNCAK
Aku menjadi lelaki. Itu yang kau harapkan dariku. Dengan cinta kau pahat aku. Sementara kau pergi ke puncak. Tak menyerah pada angin, karena kau percaya cinta terbang di sana. Kau pergi ke dasar sungai, bahkan percaya di dalam hati penghuni laut ada cinta.
Aku mencari cinta. Apakah kita semua memilikinya? Atau bahkan membiarkan cinta pergi dari hatimu? Hidup tanpa cinta, kau melayang seperti daun kering. Lihatlah burung. Sepanjang hari menyanyikan cinta. Tapi kau menembakkan peluru kepadanya.
Maka, pergilah mencapai puncak. Dari atasnya kau akan melihat, cinta datang dan pergi. Aku ingin memiliki semua cinta. Aku ingin cinta tidak pergi. Dan kuberikan kepadamu.
*) Serang, Kamis 25/2/2015
4.
YOU ARE READING
KUTANAM MATAHARI DI HALAMAN RUMAH KITA
詩歌Kumpulan puisi Gol A Gong. Dia produktif menulis, baik essay, prosa (cerpen dan novel) dan puisi. Itu semacam pendokumentasian kegelisahannya tentang fenomena sosial-budaya-politik Indonesia, khususnya Banten. Dia tahu puisi-puisinya tidak akan men...