Bagian 22

1.2K 163 13
                                    

"Maafkan aku."

Dua kata yang membuat seluruh hati seorang pemuda hancur. Dua kata yang menjelaskan semuanya. Tentang sebuah perasaan seorang gadis. Perasaan seorang gadis yang masih sama. Tidak dapat di ubah meski kau mencoba mengubahnya sampai membuat seluruh darah ditubuhmu mengering.

Jihyo menunduk lesu. Sungguh dia tak bisa melihat raut wajah Chanyeol saat ini. Ini memang kesalahannya. Yang terlalu egois hanya memikirkan perasaan diri sendiri tanpa pernah sedikitpun memposisikan dirinya sebagai Chanyeol. Jemari gadis itu bertaut erat dengan mantel yang menyelimuti tubuhnya. Udara dingin bahkan sudah tidak terasa. Tergantikan oleh hawa panas yang mengepul dari tubuh gadis ini.

"Tidak apa."

Jihyo mendongakkan wajahnya. Menatap pria yang tengah duduk didepannya. Dia sedikit terkejut mendengar kata yang keluar dari mulut Chanyeol. Hatinya berdenyut nyeri. Sungguh bukan ini yang dia harapkan. Dia akan lebih lega jika Chanyeol memilih untuk memaki, atau menyumpahinya sekalipun. Itu jauh terasa lebih baik. Tapi mendengar kata yang terucap dari pria bernetra hitam itu sungguh membuat Jihyo merasa menjadi gadis yang paling jahat didunia ini.

"Kak Chanyeol." Jihyo berkata lirih. Dia bahkan sudah tidak bisa berucap apapun lagi.

"Aku tahu. Kau tak usah minta maaf. Aku mengerti." Chanyeol menarik nafasnya perlahan. Mencoba menetralkan rasa sesak yang kini tengah bergemuruh di dadanya.

"Aku mengerti kau belum bisa menerimaku. Aku juga mengerti kenapa kebersamaan kita yang telah terlewatkan tidak bisa sedikitpun mengubahmu untuk melihat kearahku. Aku sudah mendengar semuanya. Dari balik pintu."

Jihyo mendongak tak percaya. Apa maksudnya? Apakah Chanyeol berada disana waktu itu?

"Kau benar Jihyo. Aku ada disana waktu itu. Aku mendegar semua pembicaraan kalian. Sungguh egois jika aku terus memaksamu berada disisiku, sementara hatimu selalu tertuju pada Taehyung. Betapa jahatnya aku jika aku harus memisahkan dua orang yang saling mencintai. Aku memang menyukaimu Jihyo. Tapi jika aku disuruh memilih antara mempertahankan mu atau melepasmu. Aku lebih memilih untuk melepasmu." Suara Chanyeol terdengar sedikit bergetar. Hatinya hancur? Tentu saja. Mendengar kenyataan pahit bahwa kekasihnya mencintai pria lain. Matanya memancarkan kristal bening yang sudah mendesak ingin segera ditumpahkan. Tapi berusaha dijaga dengan baik oleh pria itu.

"Maaf kak, aku sungguh tidak bermaksud menyakitimu. Jujur saat ini aku sungguh malu bertemu denganmu. Aku bagai tokoh antagonis dalam drama yang membuat semua orang terluka. Aku, aku sungguh benci diriku sendiri. Tapi aku juga tidak ingin membohongi perasaanku sendiri. Aku juga tak ingin membohongimu." Jihyo terisak. Saat ini bukan hanya Chanyeol yang terluka tapi Jihyo juga. Terluka oleh rasa bersalah yang menghujami seluruh memori ingatannya.

"Aku tahu, aku senang kau bisa jujur dengan perasaanmu Jihyo. Lebih baik begini." Chanyeol tersenyum. Tangannya menggenggam erat jemari mungil Jihyo. Seolah menyalurkan seluruh energi positif dalam dirinya untuk gadis itu.

"Berjanjilah untuk bahagia Jihyo. Berjanjilah untuk kali ini kau harus memperjuangkan cinta yang ada dihatimu. Berjanjilah kali ini kau tak akan lari seperti yang pernah kau lakukan dulu. Berjanjilah untuk selalu tersenyum. Maukah kau melakukannya untukku Jihyo? Ini adalah permintaan seorang teman."

Air mata Jihyo menetes untuk yang kesekian kalinya. Ini menyakitkan. Melihat Chanyeol tersenyum diatas perih hatinya membuat Jihyo makin diliputi rasa bersalah. Gadis itu bahkan tak bisa menjawab pertanyaan Chanyeol. Jihyo terus terisak. Tak peduli dengan beberapa tatapan heran dari pengunjung kedai kopi ini.

Chanyeol merapatkan kursinya. Merengkuh tubuh mungil gadis itu. Mencoba menenangkan. Air matanya juga telah luruh. Dia sudah tidak bisa bersikap seolah-olah ini baik-baik saja.

"Sstt... Sudah jangan menangis. Kau membuat orang-orang melihatku dengan tatapan aneh karena telah membuat seorang gadis menangis. Mereka pasti mengira aku telah menghamilimu dan tak mau bertanggung jawab"

Jihyo memukul pelan dada Chanyeol. Gadis itu terkekeh. Sungguh itu lelucon paling aneh yang Jihyo pernah dengar. Terlebih lagi Chanyeol ucapkan dengan suasana yang seperti ini. Jihyo mendongakkan kepalanya mencoba memandang wajah Chanyeol.

"Aku tak apa. Sungguh. Kau tak usah mengkhawatirkanku." Chanyeol mengelus pelan puncak kepala sang gadis. Mencoba meyakinkan Jihyo bahwa semuanya Baik-baik saja.

"Sungguh kau tak apa kak?" Chanyeol menganggukkan kepalanya mantap. Menjawab dengan tegas pertanyaan jihyo.

"Berbahagialah Jihyo."

"Terima kasih Kak Chanyeol."

Mereka berdua tersenyum. Entah itu senyum palsu. Yang jelas untuk saat ini senyuman itu sudah menjelaskan semuanya. Bahwa hubungan keduanya sudah berakhir. Tidak ada lagi Chanyeol untuk Jihyo atau Jihyo milik Chanyeol. Yang ada hanya Chanyeol teman Jihyo.

******

Taehyung menghentikan langkahnya saat mengetahui dimana sekarang mereka berada.

Rumah abu....

Ya, Jihyo mengajak Taehyung datang kembali kerumah abu itu. Taehyung melangkah ragu. Kakinya terasa berat. Jika ini dulu, mungkin tidak masalah baginya. Tapi sekarang dia ingat semuanya. Ingat tentang perkataan ibunya waktu dulu. Nyalinya tiba-tiba saja menciut. Bayangan akan Jihyo yang pergi meninggalkan nya secara nyata terbayang dalam otaknya.

"Kenapa?" Tanya Jihyo yang melihat perubahan emosi dari wajah kekasihnya.

"Ti.. Tidak. Tapi bolehkah aku bertanya kenapa kita kesini? Maksud aku kita sudah pernah kesini sebelumnya bukan. Jadi untuk apa sekarang kita...."

"Bukankah kau mengatakan ingin berjuang bersamaku? Maka mulailah sekarang. Mulai dari sini. Aku ingin kau menebus semua kesalahanmu." Jihyo menarik lengan Taehyung masuk kedalam rumah abu itu. Langkah mereka terhenti pada sebuah kotak penyimpanan abu dengan satu bingkai photo didalamnya.

"Sekarang minta maaflah. Minta maaf atas kesalahan yang orang tuamu perbuat. Aku yakin kau sudah mengetahuinya bukan?" Jihyo menoleh pada Taehyung yang kini tengah terdiam membisu.

"Kau tahu? Ba..bagaimana bisa?"

"Aku mengetahuinya saat pertama kali aku mengajakmu kesini. Aku mengetahui semuanya dari Pak Kim, pengawalmu itu. Aku sengaja tidak memberi tahumu berharap agar kau mau menceritakannya sendiri. Tapi bahkan saat ingatanmu sudah kembali kau lebih memilih bungkam dan membiarkan ini menjadi rahasia. Apa ini yang kau sebut berjuang bersama Taehyung!" Jihyo memandang nanar Taehyung. Bisa di bilang sedikit kecewa mungkin.

"Aku.. Aku terlalu takut Jihyo. Aku taku jika kau mengetahui ini kau akan...."

"Akan pergi dan menjauhimu untuk kedua kalinya? Begitu maksudmu Taehyung?" Jihyo sengaja menyela ucapan Taehyung dan mengucapkan apa yang ada dipikiran pemuda itu.

Taehyung mengangguk lemah. Memang benar. Seperti itulah pemikirannya saat ini. Dia sungguh takut. Dia sudah pernah kehilangan Jihyo. Dia tidak ingin ini terjadi untuk kedua kalinya.

"Aku tidak sebodoh itu Taehyung. Aku marah? Tentu saja aku marah saat mengetahui kenyataan ini. Tapi aku juga tak pernah menyalahkan dirimu atas semua ini. Kesalahan yang ayahmu perbuat bukanlah kesalahanmu. Tapi sebagai seorang anak, kau harus meminta maaf atas nama orang tuamu."

Taehyung tersenyum. Hatinya sungguh lega. Beban yang ada dipikirannya belakangan ini sedikit berkurang mengetahui gadis didepannya dapat bersikap sangat bijaksana.

Taehyung mengalihkan tatapannya pada photo didepannya. Dia mengucapkan kalimat maaf yang sangat terdengar tulus. Mengucapkan kata maaf atas kesalahan yang dia bahkan tidak tahu seperti apa. Dia terus mengucapkan maaf.

"Aku sangat mencintai putri kalian? Bisakah kalian memberi kami restu? Aku akan sungguh bahagia jika kalian dapat menjawab dari surga sekarang." Taehyung merangkul pundak gadis yang berdiri disampingnya.

Jihyo tersenyum tulus. Sedikit lega, satu persatu masalah bisa dia selesaikan. Tapi masih ada satu lagi yang mungkin menjadi yang tersulit. Yaitu keluarga Taehyung dan Nayeon. Mereka pasti tidak akan membiarkan ini berjalan dengan mudah. Semoga saja ada jalan untuk melewatinya tanpa harus membuat salah satu dari mereka yang akan terluka.

*****

No edit....
Typo bertebaran..
Mohon dimaklumi.
Vomentnya yoi😣 😣

FORGOTTEN (Kim Taehyung) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang