Akhir cerita

5.2K 235 15
                                    

Akhirnya kini ku sadari
Dia telah pergi
Tinggalkan diriku.
Akankah semua kan terulang kisah cintaku, yang seperti dulu.
Hanya dirimu yang kucinta dan kukenang.
Didalam hatiku takkan pernah hilang.
Bayangan dirimu untuk selamanya.
Mengapa terjadi kepada dirimu,
Aku tak percaya kau telah tiada.
Haruskah ku pergi tinggalkan dunia.
Agar aku dapat berjumpa denganmu.

-peterpan ~ kisah cintaku-

Aku berada dikamar abang. Menyentuh setiap benda yang menyimpan semua ceritaku saat bersama Bhakti. Disaat itu juga, setiap saat, aku meneteskan air mata yang tanpa bisaku cegah, jatuh mengalir membawa semua kenangan itu pergi dari ruang di hati. Hanya meninggalkan tangis isak kepergian.

Ku pergi ke ruang depan. Disana terbaring tubuh Bhakti yang ditutup kain putih. Ayah dan Ibunya berada didekatnya. Aku tak kuat menghadapi ini semua sayang! Aku tak kan kuat!.

Ku putuskan untuk mendekat pada ayah ibu Bhakti. Namun tubuhku lemas, rasanya aku tidak kuat menahan beban tubuhku sendiri. Pandangan ku berkunang kunang. Dalam hitungan sekejap saja aku jatuh pingsan.

..............

Aku tersadar, dibangunkan oleh Ibu.

"Dita, mau antar Bhakti ketempat peristirahatannya yang terakhirkan? Harus kuat ya? Ikhlasin Bhakti. Dia tetap ksatria kamu, dia tetap taruna kamu. Tapi untuk saat ini Allah lebih sayang sama Bhakti. Kamu harus ikhlasin Bhakti ya? Kasian Bhakti liat kamu kayak gini"

Aku menangis. Menangis dibahu ibu. Ku peluk erat seragam khas taruna akademi angkatan udara milik Bhakti seolah olah Bhakti sedang memeluku.

Didepan, sudah banyak orang yang siap menghantar Bhakti pulang. Aku orang pertama yang tepat dibelakang keranda yang membawa tubuh Bhakti. Disampingku ada Ibu. Dibelakang ku ada teman teman Bhakti di akademi dan semasa sekolah.

......

Wangi kembang menyerbak ke segala arah. Disana jenasah Bhakti terlihat sedang dikebumikan. Aku mendekat. Ingin rasanya aku ikut masuk keliang lahat. Namun aku harus iklhas. Mengikhlaskan kepergian calon imanku. Saat tanah sudah menimbun hampir seluruh tubuh Bhakti, Ibu pingsan. Ayah memopohnya kebelakang. Tanah kubur terus menimbun tubuh Bhakti. Sampai akhirnya proses pemakaman telah selesai.

Satu persatu, tetangga, kerabat dan teman teman Bhakti pergi meninggalkan areal pemakaman. Tinggal aku dan Ayah Ibu Bhakti.

Ayah dan Ibu pamit kepadaku. Aku tersenyum. Hanya sedikit. Lalu kuteruskan menatap batu nisan Bhakti.

"tuhan, tolong kuatkan aku untuk menghadapi semua ini, menerima keputusan yang telah engkau tentukan dengan nama lain menerima sebuah takdir dari-Mu. mengikhlaskan dia yang pergi untuk selama-lamanya dariku.
     tuhan, tolong sampaikan rasa rinduku padanya. aku hanya ingin bertemu dia dalam mimpiku dan menyatakan padanya, bahwa aku sangat rindu padanya."
     dan untuk kamu yang telah pergi dariku, aku hanya ingin mengatakan ini padamu sebelum kamu dikebumikan pada siang itu,
'aku bangga padamu sayang, yang rela berkorban nyawa demi tugas negara. selamat jalan sayang, taruna karbolku'

Akupun mencium batu nisan Bhakti. Sehelai bunga kamboja jatuh diatas kepalaku. Maaf, aku harus pulang sayang. Selamat beristirahat dan semoga mimpi indah. Aku akan selalu merindukanmu. Akan kusebut namamu disetiap doaku. Aku pamit. Selamat tinggal sayang.

Mobilku melaju perlahan meninggalkan areal pemakaman dan melanjutkan hidup yang terus berjalan dan selalu mengingat bahwa Bhakti akan terus menyayangiku setiap waktu.

Mencintai Abdi NegaraWhere stories live. Discover now