8

116K 12.8K 973
                                    

Satu bulan kemudian, pikiran Khanza sudah lebih tenang dan santai karena aura positif yang datang dari sekelilingnya. Orang pertama yang terus memberinya semangat tentunya adalah Arkan, dan yang kedua adalah teman-teman barunya di kantor. Kegilaan mereka, keseruan obrolan mereka membawa dampak positif bagi Khanza.

Hingga tidak terasa satu bulan berlalu setelah kejadian di rumah mertuanya. Arkan tidak lagi mengajak Khanza menginap setiap minggu di rumah orang tuanya, dia tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi. Dua kali weekend mereka habiskan di rumah orang tua Khanza. Selebihnya, mereka tetap stay di rumah.

Seperti biasa, tempat yang sering kali disambangi saat istirahat itu adalah warung sup buntut Mang Emon yang letaknya tak jauh dari kantor. Empat karyawan divisi keuangan--kecuali Dewi, hampir setiap hari makan siang dengan sop buntut. Maka tidak salah jika Mitha bilang, mereka maniak sop buntut.

"Kok auranya Khanza hari ini beda ya?" tanya Jeff sambil memperhatikan Khanza. Pertanyaan itu kontan membuat kedua rekannya yang lain turut memperhatikan Khanza, sedang yang menjadi pusat perhatian malah menangkat kedua alisnya tinggi-tinggi.

"Iya, beda. Kayak berseri gitu," jawab Mitha setuju dengan Jeff.

"Padahal ini tanggal tua, Za. Suami lo belum transfer uang bulanan 'kan?" selidik Riko.

"Kenapa sih kalian? Emang apa yang beda dari gue? Perasaan biasa aja," balas Khanza, dia merasa sedikit terganggu dengan tatapan ketiga rekan kerjanya.

"Serius beda, Khanza. Lo gak lagi isi?" tebak Jeff yang membuat kerutan di dahi Khanza semakin bertambah.

"Isi apaan sih, Bang?" tanya Khanza bingung.

"Isi bayi, dodol." Jeff merasa gemas sendiri karena merasa Khanza terlalu polos.

"Nggak, Bang. Gak lagi isi. Udah ah, jangan singgung-singgung soal bayi. Gue suka sensitif soalnya. Mending makan, perut pun kenyang." Khanza menyunggingkan senyum tiga jari. Meskipun sebenarnya hatinya tercuil mendengar penuturan Jeff.

"Iya deh sorry, soalnya bini gue dulu pas awal-awal hamil kecantikannya kayak bertambah gitu," kelakar Jeff diiringi tawa.

"Halah, itu mah elo nya aja yang ngeres otaknya, Bang." Mitha mencibir. "Makan deh makan, nikmatin sop buntut yang wenak tenan ini," imbuhnya.

Khanza menghela napasnya kasar, benar kata Mitha mending makan daripada galau. Toh, dia sudah berjanji pada Arkan untuk tidak bersedih lagi jika ada yang menyinggung soal itu.

Di saat mereka sedang menikmati santap makan siang, ponsel Khanza berbunyi bip satu kali, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Sebuah hal rutin yang setiap siang hari dia terima, siapa lagi kalau bukan Arkan pelakunya.

MasQ : udah makan?

Khanza : ini lagi makan. Mas udah?

MasQ : Belum, sebentar lagi

Me : jangan lupa makan, kalau kurus gak enak buat dipeluk

MasQ : siap! Masih mau liburan gak?

Me : mau... Korsel ya Mas hehe

Semestaku Bersamamu (Sedang PO 1-10 September)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora