9

110K 12.3K 320
                                    

Sepanjang perjalanan pulang—bahkan sampai selesai makan malam, wajah Khanza terus ditekuk dan irit bicara. Dia sedih karena rencananya untuk berkekeling Seoul berakhir dengan kandas.


Duduk bersila di atas tempat tidur, dia menyalakan laptop untuk menonton drama Korea yang baru dia download beberapa hari yang lalu. Di sebelahnya ada Arkan yang sedang duduk, sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Khanza. Namun Khanza tidak mengacuhkannya.

"Za?" Arkan coba memanggil.

"Hmm."

"Khanza?"

"Hmm."

"Sayang?"

"Apa sih?" sungut Khanza kesal. "Diam deh, Mas. Mau nonton ini," imbuhnya sedikit nyolot.

Arkan menggeser duduknya hingga rapat dengan Khanza. Dia memperhatikan wajah masam istrinya dari samping. "Udah dong ngambeknya, 'kan biarpun gak jadi minggu sekarang masih ada minggu depan."

"Tapi, udah terlanjur bilang sama teman-teman kantor kalau mau liburan. Udah pamer-pamer nanti mau selfie bareng aktor Korea, Mas." Khanza mendumel itu sebuah hal yang biasa. Arkan terbiasa dengan hal itu.

"Salah sendiri kenapa langsung pamer? Kan itu baru rencana. Kita belum izin ke Ayah, kamu juga belum izin 'kan?"

"Pengin ke Korea," rajuknya, menyandarkan kepala di bahu Arkan. Mulai keluar manjanya. "Mau liburan, Mas."

"Iya nanti liburan, tapi nggak minggu sekarang."

"Gak mau Mas pergi ke Bogor. Maunya kita ke Korea," rengeknya.

"Sayang, ini tugas dari kampus lho. Gak bisa Mas tolak. Ayolah jangan gini, cuma dua hari kok Mas di sana. Setelah itu kita liburan, Oke?"

"Nanti minggu depannya gak jadi lagi."

"Jadi dong," jawab Arkan yakin. "Jangan ngambek-ngambek lagi ya?"

Khanza tidak menjawab.

"Mending sekarang kita tidur, jangan nonton drama Korea nanti kamu lupa waktu sampai tengah malam. Besok kerja, kamu harus istirahat biar gak pusing."

"Tapi, janji ya, nanti ke Korea?" todong Khanza.

"Iya, janji."

"Nggak bohong?"

"Nggak, Sayang." Arkan merangkul Khanza dan mengacak-acak rambutnya. "Shut down laptopnya!"

"Iya."

Khanza men-shut down laptopnya. Setelah benar-benar mati, dia menutup laptop miliknya sejak jaman kuliah itu di nakas samping tempat tidur.

"Mas, tapi mau liburan." Kembali terdengar rengekan ala anak kecilnya.

"Iya, minggu depan. Nanti Mas bilang ke Ayah," jawab Arkan sesabar mungkin, meskipun dia sudah sedikit geram karena rengekan Khanza.

"Gak bohong?"

Arkan menggeram pelan, dia menangkup wajah Khanza dan mencuri ciuman di bibir sang istri untuk menghentikan ocehannya.

"Ih, Mas kok malah cium-cium?" protes Khanza sambil memukul lengan Arkan.

"Biar kamu diam," jawab Arkan cuek.

"Bau anyir ikan bibirnya, Mas. Jadi mual nih perutnya," gerutu Khanza dengan membulatkan bibirnya.

"Bibir kamu juga bau ayam," balas Arkan. Dia berbaring dan menarik Khanza untuk ikut berbaring di sampingnya. Khanza mencebik, tapi tidak bisa menolak.

Semestaku Bersamamu (Sedang PO 1-10 September)Where stories live. Discover now