Chapter 2

7.3K 609 32
                                    

Chapter 2 — bertemu

Hujan yang mengguyur kota sejak tadi sore seperti tidak mau melepas rindunya pada bumi barang se-menit pun. Aku yang merasa khawatir dengan mas Arta akhirnya nekat memberanikan diri menemuinya kerumah sakit. Pasalnya beberapa jam yang lalu, ia memintaku untuk menjemputnya karena mobil yang biasa mas Arta tumpangi di pinjam juniornya untuk kegiatan webinar. Tentu saja, aku antusias mengiyakan.

Bodohnya, aku tidak tahu pukul berapa mas Arta selesai dengan pekerjaanya. Ditelfonpun tidak diangkat, kupikir dia tengah menangani banyak pasien. " Lebih baik menunggu, dari pada aku harus telat " Batinku. 

Jadi ditengah hujan yang kian deras, aku menyetir seorang diri menjelajahi jalanan kota yang tidak begitu banyak kendaraan berlalu lalang. Ini cukup menyenangkan dengan ditemani lagu-lagu mellow dari suara merdunya Tulus, aku ikut bersenandung riang.

Ditengah perjalanan, tak lupa aku sempatkan mampir sebentar ke sebuah restaurant geprek pinggir jalan yang sudah menjadi langgananku dan keluarga jika ada suatu perayaan. Kami sering ketempat ini , karena selain makanannya lezat dan murah, tempat ini juga sangat luas dengan taman outdoor yang sejuk. Cocok untuk menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar.

Beberapa kali aku membawakan menu ini kepada mas Arta, dan sesuai ekspektasiku ia selalu lahap menyantap ayam bumbu tersebut. Terlebih dia sudah bekerja keras seharian, pikirku tidak banyak waktu untuk seorang ahli bedah menyempatkan diri makan siang apalagi ketika ramai jadwal operasi. Jadi kuputuskan untuk membungkus sedikit lebih banyak menu yang kira-kira akan membuatnya senang.

Rumah sakit saat ini tengah ramai, banyak ranjang bangsal pasien yang berlalu lalang keluar masuk ruang perawatan. Akupun bergegas mencari informasi keberadaan mas Arta lewat resepsionis depan. Setelah kuketahui pria itu masih ada jadwal konsultasi dengan beberapa pasien. Aku memutuskan untuk menunggunya saja di lobi depan. Kuraih handphoneku dan mengetikan beberapa pesan singkat kepadanya mengabari bahwa aku sudah sampai.

Saat hendak menscroll timeline media sosial yang kumainkan, sebuah tepukan dipundak cukup membuatku mengalihkan atensi dari layar sejenak. " Maaf mas, punya tisu ngga? " Seorang wanita dengan wajah pucat pasi disampingku bertanya. Aku merasa iba karena dari gesture dan mimiknya sepertinya wanita ini tengah sakit.

" Maaf mbak, aku ngga punya tapi bentar ya. Aku cariin ke lobi siapa tahu mbaknya ada " Aku bergegas menanyakan hal tersebut, dan benar saja perempuan dihadapanku memberikan sekotak tisu kecil.

Aku kembali dengan terburu, menyodorkan tisu tersebut kepada wanita tadi. Sedikit iba melihatnya karena sekarang yang kuliat adalah setitik bercak darah yang mengalir dari hidungnya. Dia mendangakan kepala dengan sedikit menekan-nekan hidungnya sendiri, berharap darah itu tidak merembes keluar lagi.

" Mbaknya nggapapa? " Tanyaku sedikit khawatir. " Kalau sakit, minta perawatan langsung aja mbak " Lanjutku lagi karena tak tega.

" Nggapapa kog mas. Ini udah biasa begini kalau capek. lagipula suamiku dokter disini jadi nanti aku minta bantuan dia aja " Balasnya sambil sedikit tertawa membuatku setidaknya lega kalau benar ada yang menjaga wanita tersebut.

“ ngomong-ngomong, masnya mau jenguk pasien disini ya? “ wanita itu melirik dus makanan yang berada disampingku. Aku menggeleng seramah mungkin. Wanita ini begitu baik dan mempunyai kepribadian yang menyenangkan. Senyumnya juga sungguh menarik karena bibirnya diapit dua lesung pipi yang sempurna. Setelah kuperhatikan lamat-lamat, aku seperti pernah melihatnya tapi entah dimana aku lupa.

“ ngga mbak, ini aku kesini karena mau bawain makanan buat pacarku soalnya dia juga dokter disini "

" Wah, Bisa kebetulan gini ya mas. " Sekali lagi wanita itu tersenyum bungah. " Punya pasangan seorang dokter tuh kitanya harus ngertiin ya. Akhir-akhir ini suamiku sedang sibuk banget mas. Sudah mulai jarang pulang. Mungkin karena dokter kali yaa jadi harus berdedikasi tinggi sama pasien-pasienya. Meskipun ngga ada waktu buat saya dan anak tapi jujur saya bangga banget sama dia. Dia pria yang baik yang pernah kutemui “ lanjutnya. Aku tidak tahu kenapa tapi rasanya sangat aneh mendengarkan cerita dari wanita disampingku ini. Aku tiba-tiba teringat dengan istri dari mas Arta, apakah dia akan baik-baik saja? Wanita cantik dengan rambut hitam panjang sebahu itu tiba-tiba mengulurkan tanganya sembari tersenyum ramah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUST BREATHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang