BAB 01

12.5K 618 40
                                    

◊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepada Yth.
Sang penerima surat.

Seperti bunga yang mekar pada pohon, ada masanya
ia masih ragu untuk menunjukkan dirinya.

Ada masanya ia mulai terbuka pada dunia, sampai ada
masanya ia mekar dan tampak begitu indah. Menjadi satu
pemandangan yang sangat memikat perhatian.

Namun satu hal yang pasti setelah itu: bunga yang
paling indah akan berakhir dipetik, dinikmati sesaat,
kemudian layu, dan ditinggal selepasnya.

Sama halnya dengan cinta. Rasa. Siklusnya tak pernah berubah.

Shenaya membaca perlahan tiap-tiap kata yang tertulis di atas kertas putih di tangannya. Sambil geleng-geleng dan tertawa pelan, gadis itu menaruh kembali kertas beserta amplop putih yang ditemukannya di dalam loker.

“Salah kirim nih cewek,” gumamnya tak acuh. “Darwin hari ini futsal, Al?” perhatiannya beralih kepada teman sekelasnya yang masih sibuk merapikan beberapa barang-barangnya di loker, termasuk mengambil kaus yang disimpannya di sana.

Alana, yang sudah mengunci kembali lokernya, menoleh kepada Shenaya. “Hari ini mereka sparing lawan SMA Dharma Bakti,” ujar Alana. Melihat Shenaya diam dan hanya memandangi sahabatnya tersebut, Alana tersenyum semringah, “Lo pasti mau ikut.”

Tanpa menyetujui atau menyangkal tebakan Alana, Shenaya langsung mengekori gadis itu berjalan keluar dari gedung sekolah. Lagi pula, jangankan menyaksikan tim futsal sekolahnya sparing. Ketika latihan pun, Shenaya dan Alana rela duduk berjam-jam di pinggir lapangan hanya untuk menyaksikan latihan futsal.

Seperti sore-sore lainnya ketika hendak menyaksikan sparing, Alana akan pergi dengan pacarnya, Darwin. Sementara Shenaya, biasanya akan ikut dengan siapapun yang motornya kosong, dan ia kenal orangnya. Seperti sore ini, Shenaya pergi bersama salah satu kawan sekelasnya yang juga tergabung dalam tim futsal, Radhi.

Niatnya hanya untuk menyaksikan Dipo secara diam-diam. Laki-laki dengan nomor punggung lima belas yang selalu jadi perhatiannya sejak hari pertama menginjakkan kaki di sekolah ini. Seorang senior kelas dua belas yang kelewat populer karena predikatnya sebagai kapten tim futsal sekolah.

Tiga bulan berlalu, tapi Shenaya tetap hanya bisa memandanginya dari tribune. Tidak seperti Alana yang sudah berlangkah-langkah lebih maju dengan laki-laki yang disukainya entah sejak kapan. Jika setiap kali sparing Alana bisa membawakan Darwin—pacarnya—minum dan makan ke dalam lapangan, Shenaya tetap hanya bisa duduk di tribune dan melihat Dipo tanpa ada pergerakan.

boys do write love lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang