BAB 02

6.5K 466 48
                                    

♢

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia ngirim surat lagi, Al. Sekarang ada dua." Shenaya mengambil salah satu amplop putih yang tergeletak di dalam lokernya. Alana yang sedang merapikan lokernya, lantas mengalihkan perhatian, dan meminta Shenaya membacakannya.

Dengan hati-hati, Shenaya membuka amplop polos tersebut dan membuka kertas yang terlipat di dalamnya. Tulisan tangannya masih sama, dan isinya masih super puitis dan manis seperti dua hari yang lalu.

Kepada Yth.
Sang penerima surat.

Selalu ada satu sampai tak terhingga alasan mengapa
orang tidak memilih untuk menyatakan perasaannya.

Ada yang terlalu takut untuk ditolak.

Ada yang mengalami trauma karena masa lalu akan cintanya yang buruk.

Ada yang memang lebih menikmati perasaannya sendirian.

Ada yang menghindar dari tatapan-tatapan negatif di lingkungannya.

Ada banyak yang belum kusebutkan, sebab setiap
orang memiliki alasannya masing-masing, yang tentu tidak
kuketahui semuanya.

Kepada Yth.
Sang penerima surat.

Selain mereka yang enggan mengungkapkan rasa,
ada orang lain yang selalu memilih untuk menyatakan.

Alasannya tak kalah beragam.

Salah satu dari mereka, ingin berbagi rasa dengan orang
yang disayanginya.

Satu yang lainnya, sudah muak memendam perasaan.

Satu di antara sisanya, meskipun sekadar menyatakan
lewat prosa, ia tetap jujur bersama penanya.

Aku punya alasan kenapa harus menulis seperti ini.

Bukan karena menyukai sang penerima,
hanya saja, aku mencintainya.

"Gila, ini cewek pede banget, asli. Udah salah kirim, enggak berhenti-berhenti!" Shenaya menggerutu pelan sambil mengembalikan kedua suratnya ke dalam loker.

Alana menutup pintu lokernya sambil terkekeh. Ia menyikut Shenaya dan menggodanya, "Tapi lucu ya Nay, nyatain perasaan pakai puisi. Lo enggak mau coba itu ke Dipo, Nay?"

boys do write love lettersWhere stories live. Discover now