Take me Back - 14

50.8K 3.8K 279
                                    

"Bram, ayo dong!!!" Nadya memegang siku Bram, merengek.

"Enggak, Nad! Sudah jam berapa sekarang, coba kamu lihat jam di dinding sana."

Nadya bukannya tidak tahu pukul berapa sekarang, pukul setengah delapan malam. "Masih pukul setengah delapan, Bram." Dia memberitahu suaminya. "Masih sempat."

"Nggak sempat lagi." Bram masih tidak mengacuhkan Nadya, istrinya itu masih memegangi sikunya sehingga Bram sedikit terganggu dengan aktifitasnya membalas email kantor.

"Ini salah kamu, tau," gumam Nadya kesal, bibirnya dimanyunkan untuk memberitahu seberapa kesal dirinya. "Kan aku udah bilang mau nonton malam ini, tapi kamu pulangnya lama."

"Aku banyak kerjaan, Nadya! Sudah kuusahakan cepat pulang, tapi proyek baru ini tidak bisa kutinggalkan! Ada rapat mendadak tadi."

Nadya menyentakkan tanggannya kemudian melipatnya diatas gundukan perutnya yang buncit. "Aku pengin nonton, Bram." Semalam ia sudah memberitahu Bram dirinya ingin menonton film di bioskop, judulnya effiel i'am in love 2, teman-teman di sosial medianya banyak membicarakan film itu. Ia juga ingin melihat seperti apa filmya. Walau tidak menonton yang perdana, tak apalah asal dia tetap bisa nonton. Tadi pagi pun, sebelum Bram berangkat ke kantor, ia tidak lupa mengingatkan tentang acara menonton mereka. Bram hanya bergumam, menurut Nadya itu pertanda setuju, tapi ternyata pria itu malah pulang terlambat.

"Kamu sudah makan?" Bram memilih membahas hal yang lain. Diletakkannya tabletnya di atas nakas disebelah tempat tidur, ditatapnya Nadya yang kesal. Wanita itu tidak menjawab pertanyaannya. "Nad?" Panggilnya lagi, kali ini sambil menyentuh tangan Nadya.

Nadya menghempaskan sentuhan Bram, bibirnya semakin maju ke depan. "Kamu udah makan atau belum?" Sekali lagi pertanyaan Bram tidak mendapat jawaban. Bram turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu. Dibukanya pintu lalu berteriak, Nadya pun tersentak mendengar suara Bram. "Mbbook!!!"

Si Mbok datang tergopoh-gopoh. "Iya, Tuan?" Dari wajah pelayan itu terlihat takut pada Bram, dia tidak merasa melakukan hal yang salah tapi aura Bram memang sering membuat setiap orang terintimidasi.

"Istriku sudah makan?" Suara Bram berat saat menanyakan hal itu.

Alis si Mbok naik sedikit namun tetap menjawab. ''Sudah, Tuan."

Bram mengangguk. ''Kamu boleh pergi!" Bram menutup pintu dan menatap istrinya. "Sebaiknya kamu tidur," katanya.

Nadya menunjukkan ponselnya berisi daftar waktu penayangan film di bioskop di sebuah mall. "Masih ada diputar pukul setengah sembil, Bram. Kita bisa---"

"Kalau kubilang tidak, ya tidak, Nadya! Dimana dari kata-kata tidak yang tidak kamu mengerti! Ini sudah malam, kamu sedang hamil! Film sialan apa yang membuatmu keras kepala seperti ini?"

Wajah Nadya seketika berubah pias, ponsel yang berada ditangan teremas erat, pipinya merah karena menahan apa pun itu rasa yang menyesakkan dadanya. Bram melipat tangan di dada, tak putus melihat istrinya yang berada di atas tempat tidur. Mengenakan baju, bukan baju tidur, mungkin wanita itu sudah siap-siap mau pergi tadi. Lalu perasaan bersalah menghampiri Bram, wajah Nadya begitu sedih, terlihat begitu kecewa. Tapi dia tidak mungkin mengambil resiko tetap pergi sekarang dengan membahayakan kandungan istrinya itu.

"Kita pergi nontonnya sabtu saja, disitu aku libur," Bram mendekati Nadya, naik kesebelah wanita itu, mencoba membujuknya.

"Tapi sekarang masih kamis, Bram," untuk ukuran orang sudah ingin sekali menonton, rasanya menunggu dua hari pun terasa lama. "Sekarang aja, ya!"

Bram hampir mengiakan ketika melihat mata Nadya yang berkaca, tinggal menunggu jatuhnya saja. Tapi ia tetap menggeleng. ''Sabtu atau tidak sama sekali.'' Putusnya tegas.

Take Me Back (Play Store)Where stories live. Discover now