4

7.6K 1K 40
                                    

"Makasih, kak," Tama turun dari motor Taeyong dan memberikan helm yang Tama pakai.

Taeyong menerimanya dan tersenyum ganteng. Tama jadi deg-degan ngeliatnya. Habis, ganteng banget. Pengen di karungin ya Taeyong kan bukan kucing.

"Mau mampir dulu, kak?" Tama berbasa-basi. Padahal sih, enggak. Pengennya beneran tawarin biar bisa lama-lama sama Taeyong.

"Udah mau maghrib. Saya pamit dulu, ya? Assalamualaikum..."

Mengangguk, Tama menghela napas pelan. "Waalaikumsalam. Hati-hati, ya, kak,"

Taeyong mengangguk lalu menjalankan motornya dan menghilang saat cowok itu berbelok kanan. Tama masih berdiri di depan gerbang rumahnya. Matanya menatap lurus arah jalan Taeyong tadi.

Degupan jantungnya masih berpacu dengan cepat. Tama menepuk berkali-kali dada kirinya berharap degupannya tidak sekencang sekarang ini.

Tetapi bukannya pelan, malah semakin berpacu cepat. Pipi Tama lagi-lagi memanas. Berapa kali ya Tama merona karena Taeyong?

Cewek itu akhirnya masuk kedalam rumahnya. Ia melepas sepatu sekolahnya dan ditaruh diatas rak sepatu. Tama mengucap salam sambil membuka pintu, yang langsung dijawab salam oleh sang Mama.

"Aduh, pulang-pulang pipinya udah merah aja," goda Tara -Mama Tama- saat Tama cium tangannya. Ia tersenyum lebar dan terkekeh melihat putrinya semakin merona. "Jatuh cinta, ya?"

"Nggak, Ma," balas Tama pelan dan akan beranjak dari sana.

Tapi tangan Tara menahan Tama untuk pergi. Beliau merangkul anak gadisnya dan menoel dagu Tama. "Cerita dong sama Mama,"

Tama tertawa sebentar dan mendengus pelan. "Siapa yang jatuh cinta sih? Jatuh dari tangga iya kali,"

"Bohong. Pipi kamu gak bisa bohongin Mama, lho, Tam,"

Menghela napas, Tama menyugingkan senyum. "Nanti deh aku cerita. Aku mau ke kamar dulu, Ma. Capek pengen tidur."

"Gak makan dulu?" Tara masih menahan tangan Tama.

Tama menggeleng sambil tersenyum. "Udah tadi sama kak Taeyong-" matanya seketika melotot karena sudah menyebutkan nama cowok yang berhasil membuatnya merona beberapa kali.

Sementara Tara, wanita itu sudah tersenyum menggoda. "Tuh, kan,"

"Udah, deh. Aku mau ke kamar dulu!"

"Oh, ya, Tama!" Panggil Tara membuat langkah anaknya terhenti.

"Kenapa, Ma?"

"Minggu depan, kakak kamu mau kesini. Kamu jemput ya ke bandara?"

Sebelah alis cewek itu terangkat. Lalu mengangguk, mencium pipi sang Mama dan segera beranjak dari sana dan menuju lantai dua. Di mana kamarnya berada. Ia membuka pintu bercat putih dan suasana dingin kamarnya langsung menyerpa permukaan kulitnya.

Kamar Tama terlihat berbeda dari kamar perempuan sebelumnya. Nuansa gelap dari cat hitam dan abu-abu. Warna kesukaannya. Tama menyukai warna gelap seperti itu.

Ia meletakkan tasnya di bangku belajar. Melucuti seluruh seragamnya dan menyisakan dirinya dengan tanktop hitam dan celana pendek navy. Lalu meletakan seragam kemeja putih dan rok biru lautnya ke keranjang untuk pakaian kotor.

Tama masuk ke kamar mandi di dalam kamar tidurnya dan membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, cewek itu sudah berbaring diatas kasur dengan sprei navy dan putih.

Ia menguap lebar dan menutupnya dengan bedcovernya. Lalu memejamkan matanya karena dirinya sangat terasa lelah. Seharunya ia pergi ke meja belajar dan mengerjakan pr dari Bu Tari -Guru UUK- dan harus dikumpulkan besok selama ia ulangan harian.

Kitten | Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang