Dialog 1

2.2K 136 19
                                    

Pertanyaan 1:
Aku-kah si tokoh antagonis?

*

Tita menutup portal berita online dari salah satu lembaga pers di kampusnya. Sudah 30 menit berlalu sejak ia mencari, membaca dan menelaah berbagai berita online di laman pers kampusnya, yang semuanya memuat informasi yang sama: Adam mengundurkan diri dari jabatan Gubernur FMIPA.

Tita menghela napasnya. Dalam hati, sekali lagi harus mengakui kekalahannya dari Laila. Ia berdiri, menuju kasir untuk membayar minuman yang bahkan tidak disentuhnya.

“Gimana rasanya kalah?”

Tita berhenti, menoleh pada sebuah bangku yang diduduki oleh Mila dan beberapa temannya di kelas. Tita tersenyum, “Aku nggak berkompetisi apapun, kenapa harus merasa kalah?” Ia menghedikkan bahu, membayar minumannya lalu segera berlalu dari kantin itu.

Kakinya berjalan menyusuri jalan-jalan di kampusnya, menuju gedung RKB F milik fakultas Teknik. Ia terus berjalan menyusuri tangga, menuju lantai 4, lantai terakhir yang biasanya selalu sepi di sore hari. Ia duduk di tangga paling ujung, sebelah kanan.

Sunyi.

Tetapi Tita tidak peduli, sejak kecil ia sudah berteman dengan berbagai padanan kata sunyi, sepi, senyap dan sendiri. Dan jika sekali lagi ia harus merasakan hal-hal tersebut, baginya bukanlah sebuah masalah.

Tita memandang senja di kejauhan, semburatnya memancarkan warna jingga yang elok dan menenangkan. Sayangnya, rasa tenang itu tidak pernah menyusup dalam dadanya.

Pikiran Tita berputar, mengulang setiap peristiwa yang pernah dilaluinya. Sebagian besar hal itu terjadi karena dirinya. Terutama yang berhubungan dengan Laila.

Sejujurnya, ia tidak pernah benar-benar membenci Laila. Tetapi juga tidak pernah benar-benar menyukainya. Dirinya dan Laila adalah dua hal yang sangat bertolak belakang. Laila adalah pribadi yang menyenangkan meskipun agak kaku. Tetapi ketika seseorang sudah mengobrol dengannya, mereka pasti akan langsung akrab, membuatnya mudah dipercaya dan dijadikan teman. Ya, Laila memiliki kekuatan itu, entah ia sadar atau tidak.

Bahkan, ketika Laila kembali bertemu dengan teman-teman SMP-nya saat ulang tahun Fani, teman-temannya kembali mengobrol dengannya, seolah tak pernah terjadi masalah apapun. Hal itu juga berlaku pada Fani dan Fahmi, dua orang yang pernah Tita coba rebut dari Laila tetapi justru juga meninggalkannya. Fahmi bahkan kembali berusaha mendekati Laila setelah mereka bertemu kembali di kampus. Juga, Adam—cowok yang pernah Tita manfaatkan untuk mendapatkan keinginannya.

Sedangkan dirinya, ia adalah pribadi yang penuh dengan kamuflase. Licik dan egois. Tetapi, menurutnya tak ada yang salah dengan semua sifat yang dimilikinya. Bagi Tita, meraih segala mimpinya tidak harus berkorban, jika jeli, kita bisa melihat kesempatan meskipun itu harus memanfaatkan kondisi orang lain.

Tita lelah berkorban, karena itu ia memilih untuk memanfaatkan orang lain. Dengan cara yang anggun, cerdas dan rapi, sehingga tak seorangpun akan sadar bahwa dirinya sudah diperalat. Meskipun sebagian besar dari mereka juga memanfaatkan dirinya, impas.

Well, semua orang punya mimpi, yang berbeda hanyalah cara mewujudkannya.

Dan Tita mewujudkan mimpinya hanya dengan cara yang ia ketahui, cara yang ia pelajari dari mama dan papanya.

Tita terkekeh, dasar licik! Umpatnya pada dirinya sendiri. Jika ini adalah sebuah dongeng kerajaan, maka dirinya berusaha menjadi ratu dengan merebut mahkota putri lain. Dan semua pembaca akan membencinya, menganggapnya sebagai tokoh antagonis yang patut untuk dikutuk.

Tetapi ia tidak peduli. Dalam setiap kisah dongeng, memang dibutuhkan tokoh antagonis, kan? Tita hanya mengambil peran yang tidak ingin dimainkan oleh orang lain.

*

Tokoh Ratita terinspirasi dari tokoh Kurumizawa Ume (Kurumi-chan) dalam anime Kimi Ni Todoke.

Tokoh Kurumi cantik, pintar, aktif di berbagai organisasi dan pandai bersosialisasi. Ia punya banyak teman, tetapi mereka semua memanfaatkannya diam-diam, makanya ia pun juga memanfaatkan mereka.

Nah, meskipun licik, keberadaan tokoh  Kurumi ini benar-benar membangun karakter tokoh utama, Kuronuma Sawako (Sadako). Seiring cerita berjalan, kelicikan dan berbagai manuver yang dilakukan Kurumi justru menjadi sebuah role model bagi tokoh Sadako, membuatnya menemukan jalan hidup dan mempererat persahabatannya.

Ada, kan ya? Beberapa tokoh yang kita kira antagonis, tetapi keberadaanya justru membuat cerita tampak menarik. Nah, itulah peran tokoh Kurumi.

Itu juga peran tokoh Ratita dalam cerita 'Selepas Hujan'. Tita membuat Laila tahu, apa seharusnya yang ia lakukan.

Dan, saya akan mengulas kisah tokoh antagonis yang sering kali dilupakan dalam berbagai cerita.

Btw, Tita nggak jahat loh ya 😂✌
Dia cuma memanfaatkan situasi aja aja. .

Dialog HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang