Rapuh

52 14 0
                                    

Sesuatu yang mudah rusak disebut rapuh, seperti kayu yang dimakan rayap.

Tubuh yang lemah atau sakit-sakitan disebut rapuh. Contohnya pengidap anemia.

Pendirian yang tidak teguh juga disebut rapuh.

Di dunia ini, mungkin saja kita adalah bagian dari kerapuhan, entah karena mudah lelah, mudah sakit, atau sikap yang plinplan (tidak berpendirian atau mudah dipengaruhi). Bersyukurlah apabila kita bukan bagian darinya.

Rapuh Badan

Serapuh apa pun tubuh kita, jangan sampai menjadi penghalang dalam beribadah karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah memberikan solusinya agar ibadah menjadi lebih ringan. Contohnya kita bisa shalat sambil duduk, sambil berbaring, atau hanya dengan isyarat mata.

Rapuh badan insya Allah masih bisa diobati. Tentunya dengan berdoa dan berikhtiar. Kalaupun gagal sembuh, bisa kita anggap sebagai sebuah ujian, sebagai penggugur dosa-dosa apabila menghadapinya dengan sabar.

Rapuh Pendirian

Menurut kamus Indonesia, pendirian adalah pendapat (keyakinan) yang dipakai tumpuan untuk memandang atau mempertimbangkan sesuatu. Rapuh pendirian hanya akan membuat kita lelah dan mudah terombang-ambing. Bahayanya, kita bisa menjadi budak dari keinginan orang lain. Disuruh membenci, kita jadi pembenci. Disuruh mencuri, kita jadi pencuri. Disuruh mengonsumsi narkoba, kita jadi pecandu. Meskipun kita tahu bahwa hal tersebut salah, tetap saja perbuatan buruk tersebut dilakukan karena ingin dianggap, misalnya. Hal ini karena kita tidak berpegang teguh pada nilai yang kita ketahui.

Rapuh Iman

Secara bahasa, iman berarti percaya. Adapun menurut istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan secara lisan, dan mengamalkan dengan tindakan (perbuatan). Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh Malaikat Jibril mengenai iman, beliau menjawab,

"Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman terhadap qadha' dan qodar; yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim)

Apabila iman kita kuat, tentu mudah bagi kita untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika iman kita kuat, tentu pendirian kita juga kuat. Kita tidak akan mudah terombang-ambing oleh segala rayuan yang menyesatkan. Namun, apabila kita mengalami rapuh iman, kerapuhan ini adalah kerapuhan yang sangat berbahaya bagi jiwa kita.

Ciri-ciri seseorang mengidap rapuh iman/lemah iman (dirangkum dari tulisan Mochamad Bugi), antara lain:

1. Berbuat dosa.

2. Hati keras dan kaku.

3. Tidak tekun (khusyuk) dalam beribadah, seperti saat shalat dan membaca Al-Qur'an.

4. Malas beribadah dengan cara menunda-nunda waktu pelaksanaannya.

5. Hati tidak merasa lapang, dada terasa sesak, perangai berubah.

6. Tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur'an.

7. Lalai dalam berzikir dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

8. Cuek (tidak marah) ketika menyaksikan pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah.

9. Gila hormat dan suka publikasi.

10. Bakhil dan kikir. Bakhil atau kikir artinya menahan sesuatu (harta) yang wajib dikeluarkan, baik untuk dirinya, orang lain, dan kepentingan agamanya.

11. Mengatakan sesuatu yang tidak diperbuat.

12. Merasa gembira ketika ada saudara sesama muslim mengalami kesulitan.

13. Ketika melihat sesuatu dari dosa apa tidak dan tidak mau melihat dari sisi makruh atau tidak (merasa enteng melakukan hal yang syubhat dan dimakruhkan agama).

14. Mencela hal yang makruf dan punya perhatian pada kebaikan-kebaikan kecil. Contoh kebaikan kecil adalah menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim.

15. Tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan mereka.

16. Memutuskan tali persaudaraan dengan saudara sendiri.

17. Tidak tergugah untuk beramal demi kepentingan Islam.

18. Merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat.

19. Senang berbantah-bantahan (berdebat).

20. Bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia.

21. Senang mengucapkan dan menggunakan bahasa orang-orang yang tidak mencirikan bahwa keimanan ada dalam hatinya.

22. Berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan.

Menurut Imam al-Ghazali, iman harus diperkokoh. Jalan untuk menguatkan iman bukanlah dengan mempelajari kemahiran berdebat dan teologi (ilmu kalam), melainkan dengan:

(1) menyibukkan diri membaca Al-Qur'an berikut tafsirnya,

(2) membaca hadis beserta maknanya,

(3) menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas ibadah,

(4) menyaksikan kehidupan orang-orang saleh, bergaul dengan mereka, memperhatikan tindak-tanduk mereka, mendengar petuah-petuah mereka, juga melihat perilaku mereka dalam ketundukannya kepada Allah, rasa takut mereka kepada-Nya, serta kemantapan mereka kepada-Nya.

Kita juga dapat berdoa agar iman dan hidayah senantiasa di dalam hati.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau menjadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali 'Imran: 8).

"Kekuatan iman mendorong seseorang mampu membaca situasi dengan benar. Kekuatan iman membuat pemiliknya mampu membaca tipu daya musuh-musuh Allah terhadap umat Islam. Kekuatan iman pula yang menjadikan seseorang tidak takut kepada siapa pun dan apa pun selain Allah SWT."

—Ustaz Muhammad Arifin Ilham

* * Wallahu a'lam * *

Sumber referensi:

http://wwwcytherean.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-kikir-dan-khianat-menurut.html

https://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/

https://muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html

https://www.dakwatuna.com/2008/03/05/422/22-tanda-iman-anda-sedang-lemah/#axzz5933NgxPs

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2012/04/04/2045/enam-cara-cegah-lunturnya-iman.html

BarmoqlarWhere stories live. Discover now