Boarding Room

1.3K 189 51
                                    

╔═════════════════╗
 N  A  B  I  L  A
╚═════════════════╝

Dalam setahun, setidaknya gue melakukan empat kali penerbangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam setahun, setidaknya gue melakukan empat kali penerbangan. Ke kota di mana berkuliah, liburan semester, dan datang lagi di semester berikutnya.

Selebihnya jika menang PKM atau LKTI tingkat nasional. Atau libur berhari-hari seperti idul fitri, natal, dan tahun baru.

Kali ini karena Siska, kakak sepupu gue yang melangsungkan pernikahan. Sangat menyebalkan karena dia menikah dua hari setelah ujian semester akhir selesai. Kenapa dia tidak menikah sebelum ujian berakhir agar gue bisa beralasan gak hadir!

Akhirnya, dari Medan, tempat berkuliah, bukannya pulang ke rumah, gue terpaksa langsung terbang ke Bandung. Karena keluarga sudah lebih dulu di sana dan gue menolak tegas mengisi dua setengah bulan libur panjang dengan ocehan Mama hanya karena gue memilih membangkang kabur dari pesta kawinan.

Cuma dua jam setengah kata Mama saat gue mengeluh.

Dua jam setengah my ass!

Dari Medan ke Bandara Kualanamu saja sudah menghabiskan satu setengah jam! Itu juga kalau hari biasa, kalau mahasiswa/i tidak sedang libur, dan mungkin kalau yang libur hanya kampus gue. Sayangnya, Medan tidak hanya punya satu Universitas yang memiliki jadwal libur tumpang tindih. Dan bukan gue satu-satunya anak perantauan, beribu-ribu mahasiswa pergi meninggalkan kota, membuat jalanan semrawut.

Karena jaraknya yang sangat jauh, juga kemacetan yang tidak dapat dihindarkan, gue pasti akan lebih waspada dengan datang lebih cepat, dan jatah tunggu boarding room akan lebih lama.

Kalau dihitung, dari Medan sampai pesawat benar-benar lepas landas gue harus menunggu tiga jam. Hampir dua jam di taksi, dan sisanya boarding room.

My head has been such a shitty place to live in lately, dan meski gue benci bandara, gue bahagia dengan memikirkan setelahnya akan berada di rumah, tidur di kamar, menikmati masakan Mama, berleha-leha depan teve, dan tidak memikirkan apapun termasuk pengeluaran. Tapi pergi ke kawinan sepupu? Kepala gue berdenyut nyeri hanya dengan memikirkannya. Mengantre mandi, menjawab semua pertanyaan yang diulang-ulang, tidur berjejer seperti ikan asin yang dijemur, mencuci piring, mengelap lantai, menyapu atap. Okay, berlebihan. Intinya, tidak ada sedikitpun rasa senang memikirkan kemungkinan yang akan gue hadapi nanti.

Dan tidak ada yang bisa menenangkan pikiran gue sekarang karena gue benci bandara. Terutama boarding room.

Satu, gue sendirian. gue bukan orang yang senang bersosialisasi hingga satu-satunya harapan agar tidak terlihat seperti orang bodoh dan linglung adalah ponsel. And you know what? Airport always, always! purposely put in the worst possible free Wi-Fi, dan membuat gue pecinta gratisan memilih membuka permainan ketimbang upgrade ke premium.

2 Jam 30 MenitWhere stories live. Discover now