💘 Part 2 💘

5.9K 434 1
                                    

Pria yang membayar semua belanjaan pada hari itu, bernama Tylor. Entah bagaimana, dia menginginkanku untuk menjadi Istrinya. Dia berdiskusi dengan Simon dan Alex secara langsung, meminta restu. Entah memang dia sangat niat, dia berkendara dari kota tempat tinggalku, ke jakarta, lalu kembali lagi ke sini untuk meminta restu kedua kakakku.

Dengan berbagai syarat, akhirnya mereka setuju, dan mengijinkanku menikah dengan Tylor.

Hmm? Kenapa tiba-tiba begini?

Malam itu, aku menemukan sebuah kartu nama dan notes di plastik berisi snack rasa melon itu. Dia memintaku untuk datang ke kantornya sepulang sekolah.

"Mulai sekarang, kamu itu istriku. Aku akan memenuhi segala kebutuhanmu dan keluargamu, tentunya, pengobatan ibumu juga", itulah katanya. Dalam pikirku, uang, uang, uang, rejeki nomplok, kenapa harus ku buang? Tanpa pikir panjang, ku iyakan.

Dan, ya, sekarang, semua berkas-berkas sudah beres. Kami tidak mengadakan pesta, karena kami merahasiakan hubungan ini. Salah satu syarat yang diberikan Alex dan Simon, aku harus lulus dari sekolah. Jika sekolah tahu, muridnya ada yang sudah menikah, bisa langsung di keluarkan. Maka dari itu, pernikahan ini hanya Tuhan, Aku, Tylor, dan keluargaku yang tahu.

Tylor sebenarnya adalah kepala manager di sebuah perusahaan kosmetik terbesar di USA. Dia ternyata seumuran dengan Simon dan Alex.

Sedihnya, hanya itu yang ku tahu tentang Tylor. Mungkin ini yang namanya membeli kucing di dalam karung 😒. Tapi sayang, kucing dalam karung ini yang malah membeliku.

"Kau kenapa? Gugup gitu", Tylor berdiri dekat jendela sambil melepas dasi dan jasnya. Aku hanya diam. Ini pertama kalinya aku hanya berduaan dengan seorang pria di dalam sebuah apartemen mewah. Jelas aku gugup, "Dih, Come here!!", Tylor menarik tanganku, lalu mendudukanku di sofa, "Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu, kok. Toh, udah jadi syarat dari kakak-kakakmu, g boleh sebelum kamu lulus"

Astaga, antara ini manusia tidak peka atau apa, dengan santai dia ngomongin hal seperti itu, "Iya", jawabku singkat.

Tylor menoleh kearahku, "apa kamu malah mengharapkannya?", dia tersenyum jahil.

Oh, Ya, Tuhanku. Kenapa orang ini minta di tampar, seenaknya ngomongin hal seperti itu ke anak dibawah umur. Ah, umurku 17, sudah bukan dibawah umur 😖.

Wajahku semakin terasa hangat, aku semakin terdiam. Bingung dan canggung. Ini pertama kalinya bagiku, aku tidak tahu harus bagaimana. Gak lucu, tiba-tiba jadi lemah gemulai dan sayang-sayangan seperti pasutri pada umumnya.

"Hah... kamu kenapa jadi pendiam gini, sih? Padahal dulu kamu slebor sana-sini", Tylor duduk lalu membentangkan tangannya di sandaran sofa, menjangkau ku.

Hah? Dulu?

"Memangnya, dulu kita pernah bertemu?"

Tylor yang asik bersandar, hanya melirik kearahku, dia terdiam, membuatku semakin bingung. Tylor menghela napas, "lupakan saja"

"Eh? Ya, gak bisa gitu. Aku gak kenal kamu siapa, tau-tau kita nikah gini. Aku juga gak tau kenapa kamu malah milih aku. Setidaknya, jelasin sedikit biar aku ngerti"

"Berisik", Tylor meraih daguku, memaksaku menatap matanya. Semua begitu cepat. Sebelum aku sadar, dia menciumku. Aku terlalu shock, aku tidak bisa melawan. Dia pun melepaskan bibirnya dari bibirku, menatapku dengan tatapan mata yang tajam, "Kau kan sudah dapat uangku, jadi diam saja, jangan terlalu banyak tanya"

Ciuman pertamaku diambil begitu saja. Ya, Tuhan, aku ini menikah dengan makhluk apa?

Cinta Yang Aneh 💘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang