Night Party

788 53 9
                                    

Night Party

Satu per satu kendaraan mewah memasuki halaman parkir sebuah Café. Diantara jajaran kendaraan itu, Mercedes hitam yang membawa Nichole turut berhenti tepat dijalur depan pintu masuk café. Dengan canggung Nichole akhirnya turun dan sedikit tergelak menyaksikan pengunjung café yang hampir didominasi anak muda seusianya. Dalam hati dia bertanya-tanya, apa dia tidak salah alamat ataukah Missy memang kenal banyak orang.

Sesuai dengan perjanjiannya bersama Fortunio, mereka akan tetap menghadiri pesta ulangtahun Missy karena Bram juga mengharapkan kehadiran mereka. Hanya saja kecanggungan tak dapat terlepas dari Nichole yang tidak terlalu dekat dengan sosok Missy sendiri.

Apalagi ditambah fakta kalau cewek itu adalah sahabat dekat sepupunya Vero, yang tak pernah suka padanya. Sudah pasti situasi yang dihadapinya akan lebih buruk lagi. Nichole sendiri sudah mati-matian mencari alasan untuk tidak datang namun Bram mengancam tidak akan mengenalnya lagi sebagai sahabat, makanya Nichole menyerah. Suka tidak suka, toh dia harus berbaur.

"Nona akan pulang jam berapa, supaya saya bisa menjemput Nona lagi disini?"

Nichole berbalik sebentar dan menundukkan kepala hingga sejajar jendela mobil. "Lo ngga perlu sok baik buat jemput gue segala! Gue bisa pulang sendiri."

"Tapi Nona,. . ."

"Kalo ada yang nanyain, bilang gue pulang bareng Vero." Tegas Nichole sebelum beranjak kembali memasuki café. Saat tiba didalam, ruangan yang biasanya dipenuhi meja-meja itu sudah disulap seperti sebuah hall kosong dibagian tengah dimana semua meja dan kursi ditata mengelilingi ruangan. Disalah satu pojok dekat panggung kecil tempat band, terdapat cake berukuran besar diatas meja. Sementara para undangan masih bercengkrama dibeberapa sudut ruangan.

"Nichole!"

Cewek berpenampilan casual itu menoleh dan melihat Bram menyambutnya dengan antusias. Tidak seorang diri karena Fortunio ikut-ikutan mengiring langkahnya yang sedikit terseok-seok. Dandanan Nichole satu-satunya yang terlihat sangat berbeda dari semua orang diruangan itu. Jelas karena dia hanya hadir memakai kaus dengan disisipi vest denim dan jeans serta boots andalannya.

"Mana Missy?"

"Ada didalam, masih ngecek sound soalnya sepupu lo bakalan ikut tampil malam ini."

"Milo?"

Bram dan Fortunio mengangguk kompak. Nichole larut dalam perbincangan dengan keduanya beberapa saat hingga seorang cewek mendadak hadir diantara mereka. Cewek yang mengenakan dress warna pink pucat dengan hiasan permata kecil mengkilau pada area pinggang dan bagian rok mengembang seperti ada udara dibaliknya, sedikit mengusik perhatian Nichole.

Dia yakin itu adalah Missy, dan mengenai pakaian Nichole sama sekali tak menampik cewek itu terlihat cantik apalagi dengan sepasang open toe berwarna putih dikakinya. Belum lagi make-up yang melapisi wajah mulusnya dan penataan rambutnya yang dibuat braid melingkar diantara bahu. Benar-benar seperti puteri dalam dongeng. Sayangnya Nichole tidak menganut paham demikian.

"Thanks for coming Nick." Sapanya pada Nichole sambil memeluk tubuh Nichole singkat. Awalnya tubuh Nichole cangung harus bersikap seperti apa, namun sebisa mungkin dia memasang senyumnya. Nichole pun tak lupa menyerahkan sesuatu yang diselipkan digenggamannya. Dia tidak yakin Missy akan suka dengan hadiah itu tetapi dia paham kode etik menghadiri pesta ulangtahun. Jadi dia tidak mau mengecewakan para sahabatnya.

"Well, thank you. Gue kira lu nggak mau hadir karena tau siapa gue,"

Nichole terkekeh. "Awalnya juga iya tapi sorry pacar lo ngancam gue, jadi. . ."

Princess Attack [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora