Part 9 : Anger

136K 4.4K 66
                                    

"Kau tau apa yang terjadi kemarin kak? Pak Darren melempar ponselnya tepat di samping Mikaela hingga Ponsel itu hancur." seru Tiwi ketika ia dan Mikaela baru saja duduk di Dream cafe bersama Rendy.

"Benarkah?"

"Ya, Beruntung, ponsel itu tidak mengenai Mikaela, dia terlihat sangat marah."

Wajah Rendy tampak mengeras.

"Aku sudah menduganya dia akan melakukan sesuatu padamu." Rendy beralih memandang Mikaela tajam setelah mendengar cerita Tiwi.

"Dia marah karena aku dan Tiwi bergosip sambil memakan coklat, itu wajar karena kami memang bersalah kak." aku Mikaela.

"Tapi kau akan terluka jika ponsel itu mengenaimu?" terlihat jelas kekhawatiran di wajah tampan Rendy.

"Buktinya tidak terjadi apapun padaku kak, sudahlah kau hanya terlalu khawatir padaku, aku tidak ingin membahas hal ini."

Mikaela segera memanggil salah satu pelayan cafe agar tidak terjadi perdebatan yang panjang antara dirinya dan Rendy. Sebisa mungkin Mikaela harus menutupi apa yang terjadi kepadanya, agar Rendy tidak melakukan sesuatu pada Darren, begitupun sebaliknya. Darren menjadi sangat mengerikan sekarang, ia tidak tahu apa yang akan terjadi di antara keduanya jika mereka sama-sama saling emosi.

Dan, ia juga harus membungkam Tiwi, sahabatnya itu selalu mengatakan apapun pada Rendy, Mikaela curiga Tiwi lah yang memberitahu Rendy dan Daffa jika ia bekerja di perusahaan Darren, sehingga mereka tiba-tiba mendatangi Darren. Mulai sekarang, ia juga akan menutupi semuanya dari Tiwi.

Sebenarnya Mikaela sangat berterima kasih kepada Rendy, Daffa dan Tiwi yang selalu menjaga dan mengkhawatirkan Mikaela, tetapi ia tidak ingin persahabatan mereka menjadi renggang karena dirinya, Mikaela ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, membuat Darren menjadi dekat lagi dengannya walau hanya sebagai teman.

Tiwi dan Mikaela menyebutkan pesanan mereka pada pelayan yang selalu saja berfokus pada Rendy, sedangkan Rendy seperti biasa hanya memesan kopi pahit dengan beberapa cake.

"Kak, apa kabar kak Daffa?" tanya Mikaela mencairkan suasana yang menjadi hening karena ucapannya tadi.

"Dia baik, Minggu depan dia akan datang. Kau tidak menghubunginya?"

"Bagaimana aku bisa menghubunginya kak? Aku tidak enak jika harus menghubunginya, bagaimanapun dia sudah beristri sekarang."

"Mikaela benar, aku jadi penasaran bagaimana istri kak Daffa, aku hanya melihatnya di internet dan di televisi sewaktu mereka menikah, Bukankah dia putri konglomerat? Pernikahan yang membuat iri kaum wanita, sangat mewah dan elegan, dia juga terlihat sangat cantik." celoteh Tiwi sambil membayangkan pernikahan yang serupa.

"Benar, aku harap kak Daffa membawanya kesini, aku sangat ingin berkenalan dengan istrinya."

"Shine? Hmm.. dia gadis yang sangat cantik dan manis." komentar Rendy tentang istri Daffa.

"Benarkah? Kak Daffa beruntung sekali mendapatkannya."

Rendy hanya tersenyum datar membayangkan pernikahan Daffa dan Shine, dan bagaimana tingkah laku Shine, hingga satu suara menginterupsi mereka semua.

"Apa aku mengganggu makan siang kalian?"

Darren sudah berdiri disamping mereka dengan setelan jas mahal serta kebiasaannya memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan senyuman manisnya yang terasa aneh bagi Mikaela.

Mereka terdiam. Suasana menjadi kaku. Tapi Rendy mencoba untuk tetap santai.

"Maaf pak, saya akan kembali bekerja." Mikaela berdiri dari tempat duduknya diikuti pandangan Tiwi yang terheran melihatnya.

Driving Me Crazy √ [COMPLETED]Where stories live. Discover now