◻️ 12. Tidak Peduli

3.3K 382 27
                                    

-Assalamualaikum wr.wb
'Selamat membaca readers'


--


Sekarang sudah jam delapan malam. Dan tak ada yang datang untuk membujuknya lagi. Kemana semua orang? Apa mereka semua lupa, disini Aldo sedang kelaparan. Apa mereka tak peduli padanya?

"Arrgh. Kenapa perut gue sakit banget!" ujarnya dengan tangan yang memegang perut.

Benar. Semuanya tak ada yang perduli dengan Aldo, Fana juga tak membalas pesannya. Apa mereka semua bahagia tanpa hadirnya Aldo ditengah-tengah mereka. Aldo tak tahu harus melakukan apa untuk menahan rasa laparnya, apalagi kini perutnya menjadi sakit.

Aldo salah jika berfikir tak ada yang peduli padanya. Diluar sana Felly dan bunda tengah mengkhawatirkan Aldo. Mereka bingung harus makukan apalagi untuk membujuk agar Aldo mau keluar. Sudah semua cara yang mereka lakukan, nanun sayabgnya mereka membujuk Aldo ketika Aldo sedang tidur. Jadi Aldo tak merasa diperdulikan disini.

"Kak, gimana ini Aldo belum mau keluar dari kamar, dia juga belum makan lagi." ucap bunda khawatir.

"Bunda tenang aja. Aku juga lagi pikirin gimana caranya agar adek mau keluar kamar." kata Felly mencoba untuk menenangkan sang bunda.

"Iya kak, tapi bunda khawatir Aldo belum makan."

"Iya bunda, kakak juga khawatir. Lebih baik sekarang kita bujuk Aldo lagi." sarannya.

Bunda mengangguk, kemudian berjalan mendahului Felly menuju kamar Aldo. Sesampainya didepan kanar Aldo mereka-bunda dan Felly sama-sama terdiam cukup lama.

"Tapi gimana kalau Aldo tetep nggak mau keluar sampai besok? Dia belum makan sama sekali." ucapnya khawatir.

"Coba aja dulu bun." bunda mengangguk lalu mengetuk pintu kamar Aldo.

Didalam kamar. Aldo sedang menuliskan sesuatu pada buku tebal seperti diary? Aldo memng setiap waktu menuliskan sesuatu pada buku diarynya, ia sama sekali tak merasa malu jika biasanya hanya seorang perempuan yang identik dengan buku diary. Tapi Aldo tidak.

Rasanya gue pengen balik lagi ketujuh tahun yang lalu. Dimana saat gue sama ayah dekat banget, saat ayah masih belum sibuk sama pekerjaan nya. Saat semuanya masih bersikap layaknya keluarga bahagia-

Baru saja Aldo menulis diarynya, namun harus terhenti karena tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. Aldo nampak berfikir sejenak, ia tahu meteka pasti mau membujuknya lagi. Sudah bersusah payah Aldo menahan lapar dari tadi siang masa sekarang ia harus menyerah.

Aldo tak akan menyia-nyiakan perjuangannya menagan lapar selama itu, ia tak akan keluar sampai sang Ayah yang membujuknya baru aldo akan mau keluar. Lagi pula ia ingin tahu apakah Ayahnya peduli padanya atau tidak. Kalau Ayahnya peduli padanya pasti sang Ayah akan membujuknya dan jika sang Ayah tak peduli padanya ia akan membiarkan Anaknya kelaparan.

Memang terkesan manja, namun percayalah Aldo melakukan itu hanya ingin kembali bersama Ayahnya. Ia hanya ingin bermain bersama sang Ayah. Mungkin jika dengan cara ini ia bisa kembali bersama Ayahnya, kenapa tidak?

"Do, keluar dong Bunda mohon." meskipun aldo tak pernah membantah perintah dari bundanya tapi kali ini ia akan membantahnya.

Aldo memilih diam. Ia tak mau menjawab biarkan saja mereka membujuknya seperti itu Aldo tak kan peduli. Mungkin mereka semua berfikir kalau sikap Aldo itu kekanak-kanakan tapi percayalah aldo melakukan ini karena ia hanya ingin tahu apakah Ayahnya menyayanginya atau tidak menyayanginya lagi.

Dan dengan berat hati Aldo menutup buku diarynya itu, lalu beranjak menuju balkon kamarnya. Dipikir-pikir sudah lama Aldo tak menatap langit bertaburkan bintang-bintang indah itu.

Aldo kecil sekarang sedang berada dikamarnya, sekarang sudah waktunya tidur tapi Aldo tidak bisa memejamkan matanya. Disaat aldo tengah melihat langit-langit kamarnya yang didekor dengan tempelan bintang.

Tiba-tiba seseorang masuk begitu saja kedalam kamar Aldo. "Belum tidur nak."

Aldo menoleh, "nggak bisa tidur ayah." adunya pada Setya.

Lalu kemudian Setya menghampiri anaknya dan duduk disisi ranjang. Ia melihat mata Anaknya tertuju pada langit-langit kamar.

"Kamu mau lihat bintang yang alsi?" tanya setya dan Aldo mengangguk lalu beranjak turun dan mengikuti Ayahnya yang berjalan menuju balkon.

"Kamu bisa lihat kan disana, ada banyak yang terang dilangit sana, dan itu namanya bintang." kata Setya dengan tangan menunjuk kelangit.

Saat melihat bintang itu Aldo tak berhenti berdecak kagum. Matanya masih tertuju pada lagit malam yabg bertaburkan bintang. Tak lama setelah ia berdecak kagum ia tersenyum dan kearah Ayahnya.

"Makasih Ayah, itu hadiah buat Aldo 'kan?" ucap Aldo.

Sedangkan Setya hanya tersenyum, anaknya terlalu polos. Setya mengulurkan tangannya yang kemudian mengusap kepala Aldo dengan lembut.

"Itu bukan hadiah buat Aldo, tapi memang bintang selalu ada setiap malamnya dilangit. Jadi, Aldo bisaihat bintang tiap malam nya," jelas Setya.

Tangan Aldo terulur memegang kepalanya. Ia ingat bagaimana sang Ayah mengelus kepalanya dengan penuh sayang. Setelahnya Aldo langsung tersenyum miris mengingat kapan terakhir kali Ayah nya mengelus kepala Aldo.

Kepalanya tiba-tiba terasa berputar, refleks Aldo labgsung berpegangan pada pembatas balkon. Kemudian Aldo berjalan menuju sofa yang memang sengaja di sediakan oleh Ayahnya untuk mereka duduk bersama melihat bintang-bintang indah di langit.

Keningnya nampak berkerut dan alisnya bertautan untuk menghalau rasa pening di kepalanya. Tanpa di sadarinya matanya menutup seiringan debgan dengkuran halus. Ya, Aldo tertidur disofa balkon nya.

--

Hallo? apa kabar kalian, semoga kalian nggak pada kabur ya setelah lama nggak update. Maaf banget aku baru bisa update sekarang:")

Semoga suka ya sama part ini, mohon maaf bila banyak typonya. Soalnya ini ngebut aku nulisnya supaya bisa update:))

*Selamat Berpuasa*

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang