1. Ellaine Saunders

8K 159 7
                                    

Pertemuan kita bukanlah kebetulan, melainkan sebuah takdir yang tidak bisa kita tolak. Bahkan sekeras apapun mematahkannya, takdir akan tetap menyatukan kita.

-- o --

Ruangan kelas TK kecil di dominasi warna biru dan pink. Di dinding dihiasi karya tangan anak-anak di kelas tersebut. Suara riuh terdengar dari dalam kelas. Hal itu disebabkan karena Ellaine meminta anak-anak mengikuti doa pulang yang diucapkannya. Bukannya mengucapkan dengan nada biasa, tapi beberapa anak mengucapkannya dengan berteriak sehingga anak-anak lainnya pun mengikuti cara itu.

Seorang wanita berdiri di depan kelas sembari melipat tangan di dada dan memejamkan matanya. Surainya berwarna coklat gelap digelung di belakang kepala dengan rapi sehingga menegaskan tulang pipinya. Blouse cream dengan flare skirt hitam melekat pas di tubuh ramping Ellaine Saunders.

"Amin." Ellaine menyelesaikan doanya.

"Amin." Serentak anak-anak yang menggemaskan itu menirukan ucapan Ellaine.

"Pintar sekali anak-anak. Sekarang apa yang harus kalian ucapkan?"

"Thank you Miss Saunders." Anak-anak mengucapkan kata-kata itu perlahan dan jelas.

"Your welcome. Sampai jumpa besok semuanya." Ellaine melambaikan tangan sebelum akhirnya berjalan menuju pintu dan membukanya.

Anak-anak meraih tas dan bergegas berbaris menghampiri Ellaine. Mereka memberikan tos yang keras kepada Ellaine. Lalu wanita itu akan menyebut nama mereka satu persatu untuk membuat anak-anak tahu jika Ellaine begitu memperhatikan mereka.

"Miss Saunders."

Seorang bocah perempuan yang berbaris paling akhir berlari ke arah Ellaine. Kuciran rambut yang berada di atas telinganya bergoyang seiring gerakannya. Gadis kecil bernama Chloe Leicester itu melompat dengan kedua tangan terbentang lebar memeluk leher Ellaine. Beruntung Ellaine berhasil menahan kakinya sehingga mereka tidak terjatuh.

"Kau hampir membuat kita terjatuh Chloe." Ellaine tertawa dengan sikap Chloe yang penuh semangat.

Tangan Ellaine berusaha melepaskan tangan mungil Chloe tapi gadis kecil itu justru semakin memeluknya erat. Tak ingin melepaskan guru kesayangannya.

"Aku tidak ingin pulang Miss Saunders. Aku ingin tetap bersamamu." Chloe menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Ellaine.

"Besok kita akan bertemu lagi Chloe. Aku yakin saat ini grandma sedang menunggumu. Apa kau akan membiarkan grandma menunggu?"

Chloe melepaskan pelukannya dan menampilkan bibir yang cemberut. Tangan Ellaine terulur untuk mengelum lembut salah satu kuciran Chloe dan hendak memberikan kata-kata yang mampu menyingkirkan kekecewaan di wajah gadis kecil itu. Namun niatnya terurung karena mendengar suara berat di belakangnya.

"Jadi my little fairy tidak mau ketemu daddy?"

Chloe mendongak dan seketika wajahnya berubah menjadi cerah layaknya sinar matahari. Gadis kecil itu berlari melewati Ellaine dengan penuh semangat.

"Daddy!!!"

Ellaine bisa mendengar seruan Chloe. Wanita itu menegakkan tubuhnya dan berbalik. Manik mata berwarna biru laut itu tertuju lurus pada sosok pria yang meraih Chloe dalam gendongannya. Pria itu memiliki tinggi sekitar 190 cm dengan surai berwarna coklat gelap. Memiliki wajah tampan disertai kumis dan jenggot tipis yang tumbuh mengitari mulutnya. Yang lebih menarik perhatian Ellaine adalah sepasang bulatan cinnamon terlihat berbinar saat tersenyum ke arah Chloe.

ENMESHED (COMPLETE) [Terbit di CABACA]Where stories live. Discover now