luka

915 17 1
                                    

Hari itu aku bertemu dengan kekasihmu di sebuah mall.Dia bergandengan tangan dengan pria lain, mereka begitu mesra.
Aku kesal melihat itu, bisa-bisanya dia menghianatimu disaat aku bahkan sedang memperjuangkanmu. Akhirnya aku menghampirinya, kemudiam menamparnya, ini adalah hal yang ingin aku lakukan dari dulu.
Dia tetlihat terkejut, pria di sampingnya pun sama terkejutnya. Mereka menatapku tajam seakan bertanya apa yang aku lakukan.
Aku pun menarik napas, dengan emosi yang meluap-luap aku memakinya. Wanita tak tahu diri, tak berperasaan, tak tahu di untung. Beruntungnya Kau dengan mudah mendapatkannya, namun kau malah menghianatinya, sungguh kau tak tahu malu, kau tak tahu diri.
Itulah makian-makian yang aku sampaikan kepadanya. Aku hendak menjambaknya kala itu, namun tanpa aku duga kau datang dengan tatapan tajammu seakan hendak membunuh. Aku pikir kau akan ikut memakinya, namun ternyata aku salah, kau malah menamparku dan dengan tak berperasaan kau balas memakiku.
Kau bilang, singkirkan tangan kotormu dari kekasihku. Seharusnya kau sadar siapa yang tak tahu malu di sini, kau yang tak tahu malu, kau parasit, enyahlah dari sini!
Aku terkulai lemas, dadaku terasa sakit, hingga tanpa sadar air mataku pun jatuh.
Aku menatapmu pilu saat itu, menatapmu dengan perasaan yang tak menyangka dan penuh luka. Aku pun kemudian memilih untuk pergi dengan linang air mata. Ini Sungguh Keterlaluan.

Sebuah PerasaanWhere stories live. Discover now