33. Happily Ever After

3.5K 873 219
                                    

Irene hitung, sudah dua puluh delapan kali pria di hadapannya ini menghela napas. Tidak usah ditanya, Irene tahu bahwa pria itu hanya setengah hati memenuhi permintaannya untuk bertemu.

"Suga, kau marah ya karena berita kemarin?" tanya Irene pelan.

Lagi, Suga menghela napas. "Tidak usah dipikirkan."

"Kita buat jadi betul saja, bagaimana?"

"Apanya?"

"Soal berita kencan itu."

"Bukankah kita sedang berkencan sekarang?"

Irene tersipu malu dengan respon Suga. Pria itu memang cuek dan dingin, tapi dia punya cara tersendiri membuat kekakuannya itu terlihat manis.

"Pria dan wanita pergi bersama menghabiskan waktu seperti makan malam atau apalah seperti ini, bukankah itu namanya kencan?"

"Iya. Kau benar."

"Jadi, kau tidak keberatan kan kalau agensiku mengkonfirmasi soal kencan kita?" Irene menatap Suga penuh harap.

Berita baru-baru ini memang agak mengganggu Suga. Beberapa hari yang lalu, Irene mengajaknya makan siang di sebuah restoran sederhana. Sialnya, sepertinya mereka diikuti oleh pemburu berita. Dan terbuatlah kabar kencan soal dirinya dan Irene.

"Kau ini benar menyukaiku ya?" Suga menatap Irene datar.

"Sepertinya begitu. Dicoba saja tidak ada salahnya kan?"

"Kau tidak takut aku menjadikanmu sebagai pelarian karena gadis yang kusukai sudah dimiliki pria lain?"

Irene menggeleng. "Menjadi pelarian tidak selamanya berakhir buruk. Kau tidak lihat bagaimana kisah Areum dan Sehun?"

"Lagipula, aku tahu kau tidak akan setega itu menjadikanku pelarian selamanya." Irene tertawa pelan. "Aku ini cantik lho."

Ini yang Suga tidak suka dari Irene. Wanita itu memang cantik, tapi dia terlalu sadar akan kecantikannya dan hal itu membuat Suga geli. Percaya diri memang sesuatu yang bagus, tapi kalau berlebihan, itu malah memuakkan.

"Sejak kapan aku suka wanita hanya karena cantik?"

Irene berdecak sebal. "Bilang saja kalau mau menolakku. Tidak usah memperumit percakapan. Kau tahu aku tidak cerdas, bukan?"

Suga memikirkan ulang tentang Areum dan Sehun. Awalnya, Sehun memang berlari pada Areum karena penolakan Irene. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa pelarian menjadi sebuah hal yang menyedihkan.

Bukankah ada yang bilang, obat patah hati terbaik adalah menemukan pengganti?

Move on itu susah. Kalau tidak ada yang bantu, kau hanya akan diam di tempat dan terus merenungi sosok yang tak bisa membalas perasaanmu.

Jadi, tidak ada salahnya kan dia mencoba hubungan dengan orang yang baru? Bukan sebagai pelampiasan. Sampai sekarang, Suga masih menganggap hal itu terlalu jahat apapun alasannya.

Sebagai penolong agar dirinya bisa keluar dari bayang-bayang masa lalu.

"Aku tidak romantis."

Alis Irene bertaut, tak paham dengan kalimat Suga barusan.

"Aku tidak begitu suka berbicara, aku tidak akan melontarkan lelucon-lelucon konyol untuk menghiburmu saat kau sedih ..."

"Aku juga bukan tipe yang akan mengajakmu berdansa dengan alunan lagu romantis, bukan juga yang akan membawakanmu sebuket mawar setiap harinya agar kau bahagia ..."

"Tapi jika aku bilang akan membangun sebuah hubungan dengan seseorang, aku adalah sosok yang memegang teguh kesetiaan dan komitmen." Suga tersenyum samar. "Kalau kau sedih, aku hanya punya bahu sebagai tempatmu bersandar. Dan saat kau senang, tubuhku tidak begitu besar untuk kau peluk melampiaskan kebahagiaanmu."

Love In 163 PoundsWhere stories live. Discover now