Chapter 4

4.1K 291 42
                                    

Pagi ini Draco dan Hermione dikejutkan oleh kedatangan kedua Malfoy senior ke Hogwarts. Mereka ikut sarapan bersama di Aula Besar. Hermione tidak henti-hentinya tersenyum dan nyengir pada Malfoy senior yang menatapnya geli. Dan Draco sangat kesal sekarang. Kehadirannya yang duduk di belakang Hermione bahkan tidak dihiraukan gadis itu.

"Mione! Kau mengabaikanku!" Rajuk Draco pada Hermione yang tengah menatap calon mertuanya.

Dan sekarang Hermione beralih menatap Draco dengan wajah datar. "Kau merusaknya sekarang, Draco. Aku sedang mencoba akrab dengan calon mertuaku dan kau mengacaunya."

Tanpa basa basi lagi Draco mengecup bibir ranum Hermione.

"UHUK!!" Ginny tersedak karena tak sengaja melihat kejadian itu. Untung hanya sebentar. Lalu dengan cekatan Harry memberinya jus labu.

Seolah mengabaikan Ginny, mereka berdua kembali berdebat. "Dengar, sayang. Kalian sudah akrab semenjak 2 tahun yang lalu. Jadi buat apa kau berusaha mengakrabkan diri lagi?" Ucap pria itu.

Hermione mengalah. Lalu dia berbalik menghadap Draco. "Kemana kita sekarang?"

"Aku mau menunjukkan sesuatu padamu." Kata pria itu. Lalu mereka berdua keluar Aula Besar. Orang-orang tidak lagi terkejut atas kejadian apapun yang ada pada mereka. Malah ada kelompok alay yang menamakan diri mereka 'Dramione Shippers' tentu Hermione senang. Itu artinya banyak yang mendukung hubungan mereka.
.
.
.
.

Di depan hutan terlarang, mereka berdiri dengan sebuah sapu terbang di tangan Draco.

"Draco aku membawa ponselku, tidak apa kan?" Tanya Hermione sebelum mereka benar-benar pergi.

Draco mengangguk. Lalu dia menunggangi sapu itu. "Ayo naik, kau tentu tidak takut." Ucap Draco sambil menyeringai.

Hermione menatapnya garang. "Tentu saja aku berani. Ayo!" Katanya setelah dia naik ke sapu itu.

"Peluk aku Mione." Lalu mereka melesat cepat. Hermione akui Draco memang bagus dalam bermain Quidditch tetapi Harry lebih bagus lagi.

"Lihat ke bawah sayang." Kata Draco yang sedang fokus pada sapunya.

Hermione melihat ke bawah dan melotot karena pamandangan yang terpampang jelas di sana. "Draco kenapa kau baru kali ini mengajakku ke sini?" Tanyanya antara senang dan marah.

Draco terkekeh. "Aku mempunyai komitmen pada diriku sendiri. Jika nanti aku memiliki calon istri yang notabenenya akan menjadi seorang Malfoy aku akan mengajaknya ke sini."

Hermione tersenyum di belakang punggung Draco. Tangannya masih memeluk tubuh atletis Draco. "Kau yakin jika aku akan menjadi seorang Malfoy? Bagaimana jika aku pergi? Atau bagaimana jika kau yang mencari gadis lain?"

"Kau masih meragukan vow kita kemarin? Sudah kukatakan jika aku melanggar vow itu maka aku akan mati secara perlahan. Selain itu aku sangat mencintaimu dari saat pertama kita bertemu di stasiun king's cross, aku sudah bilang padamu, bukan? Jadi jangan takut aku pergi. Aku malah takut jika kau yang pergi Hermione." Kata demi kata yang Draco keluarkan bagaikan puisi di telinga Hermione. Sangat indah.

Hermione mencium punggung Draco. "Aku beruntung memilikimu."

"Ish.. aku ingin sekali menciummu, honey." Geram Draco.

Pada akhirnya mereka sampai di padang rumput yang sangat luas. Di tengah-tengahnya ada pohon mangga yang tertata rapi menggantung buah-buah mereka.

 Di tengah-tengahnya ada pohon mangga yang tertata rapi menggantung buah-buah mereka

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Draco dan Hermione turun dari sapu. Hermione menganga. "Draco ini dimana?" Katanya sambil terpekik senang.

Draco merangkul gadis itu. "Ini di belakang hutan terlarang. Tempat ini adalah sejarah bagi keluarga Malfoy. Nanti aku ceritakan. Ayo duduk di bawah pohon."

Mereka berlomba lari ke tengah padang rumput itu.

Draco duduk di bawah pohon dengan napas yang terputus-putus. "Ayo duduk." Katanya pada Hermione yang tengah mengamati tempat itu.

Hermione duduk di dekat kekasihnya. Dia melihat Draco dengan penuh cinta. "Sekarang kau tepati janji. Ayo ceritakan sejarah tempat ini."

Draco meraih tangan Hermione. "Dulu, mother suka sekali kemari. Dia bilang kalau ini adalah tempat dimana dia bisa menghilangkan rasa stress. Kau tahu, dulu dia menyukai father pada saat dia baru pindah ke Hogwarts karena father seorang cassanova. Tapi pada saat itu juga dia sakit hati karena melihat father mencium wanita lain. Di sini dia menumpahkan segala emosinya. Namun pada akhirnya father bilang ke mother kalau itu semua dia lakukan hanya untuk membuat mother memperhatikannya. Dia dulunya adalah seorang pengecut yang tidak tahu cara bertindak kepada orang yang dia sukai. Dan mother membawa father ke tempat ini. Kau tahu, mereka sering bercumbu di sini. Tapi untungnya mother tidak hamil duluan." Jelas Draco.

Hermione terkekeh. "Ternyata sikap pengecutmu turun dari father. Aku tak heran." Ucapnya.

"Ayolah honey aku sudah melakukan semua yang mau agar kau memaafkanku dulu. Aku bahkan rela patah tulang demi kamu." Bujuk Draco.

Hermione berdecak. "Kau patah tulang juga karena kebodohanmu."

"Dan pada akhirnya kau yang mengurusku sampai aku sembuh. Itu juga yang membuatmu menjadi anak kesayangan orang tuaku." Puji Draco.

Hermione memutar bolamatanya. "Tadi kau bilang kalau mother siswi pindahan? Bukannya dia bersekolah di Hogwarts?"

Draco menengadah ke langit biru. "Tidak banyak yang tahu, Hermione. Mother adalah siswi pindahan dari sekolah sihir di Swedia. Memang dia dari keluarga Black, tetapi grandma tidak mengijinkannya sekolah di Hogwarts. Begitupula yang lainnya, sebenarnya paman dan bibiku grandma tidak mengijinkan mereka sekokah di Hogwarts. Namun mereka bersikeras. Grandma bisa apa?"

Hermione memejamkan matanya. "Mother seharusnya juga bersikeras." Kata Hermione.

Draco mengecup pipi gadis itu. "Mother terlalu penurut, Mione."

Pipi Hermione memerah. Draco terkekeh. "Kenapa kau selalu merona? Padahal kita sudah berciuman ribuan kali." Ucapnya sambil mencubit pipi Hermione.

Hermione tergugu. "Ti..tidak!" Elaknya.

Draco berbaring. "Kau menggemaskan, Mione. Ayo berbaring di dadaku."

Hermione hendak berbaring. Namun sebelumnya terdengar bunyi 'PLOP' yang keras.

Draco bangun dengan cepat. Dan mereka berdua melihat Lucius dan Narcissa.

"Hai lovebirds. Kalian membicarakanku?" Tanya Narcissa.

Hermione tersenyum lebar. Lalu dia berlari memeluk kedua Malfoy senior itu. "Aku merindukan kalian."

Lucius balas memeluk Hermione. Itu membuat Draco geram. "Father, sudahlah. Lepaskan dia." Protesnya.

Narcissa tertawa melihat putranya yang tengah cemburu. Dia menarik kerah baju suaminya ke bawah pohon.

Hermione tertawa senang. Melihat srmua ini bagaikan mimpi saja. Para Malfoy menerima muggleborn dengan tangan terbuka. Narcissa pernah bilang bahwa ia sangat mengidolakan Hermione dari cerita-cerita yang Draco katakan padanya untuk menghina Hermione. Tapi nyatanya Draco tergila-gila pada Hermione.

Narcissa mencabut sekitar 5 bilah rambut Lucius yang membuat pria paruh baya itu meringis. Lalu Narcissa mentransformasikannya menjadi peralatan piknik. Ada alas piknik, ada mangkuk besar berisi air, ada piring dan pisau, serta garam. Kalian tahulah mereka mau apa.

"Ayo kita piknik! Draco petikkan 3 buah mangga itu." Titah Narcissa.

Dengan wajah cemberut Draco melakukan apa yang diperintahkan ibunya. Gagal sudah rencananya untuk mengapeli Hermione.

Lucius terbahak karena Draco kesal. Dia tahu bahwa Draco ingin bermesraan dengan gadisnya. "Draco, father benar-benar ingin melihat saat dirimu berubah menjadi seekor ferret. Hermione, bisa kau ceritakan kembali peristiwa itu?" Ucap Lucius dengan jahatnya.

"Father!" Bentak Draco. Dan itu semakin membuat Lucius terbahak. Bahkan Narcissa dan Hermione juga ikut tertawa. Kesal adalah cover Draco saja, namun dalam hatinya dia sangat bahagia karena melihat keluarganya dan calon menantu mereka akrab seperti kawan lama.

'Hah.. baiknya Tuhan padaku. Keluarganya sudah kembali seperti semula dengan sedikit perubahan yang menyenangkan. Dan Dia juga memberikanku seorang gadis yang layak kucintai. Terima Kasih Tuhan.'
.
.
.
.

BETWEEN JEALOUSY & PRESTIGE (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora