Chapter 9

5.3K 227 19
                                    

Wedding Day

Senyum manis tak sedetikpun luntur dari wajah tampannya. Draco teramat senang melihat pantulan dirinya yang mengenakan tuxedo putih yang sangat kontras dengan kulit pucatnya di kaca besar. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Draco. Beberapa jam lagi, dia akan mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan dan keluarga serta tamu undangan.

Oh life...

Dia tak bisa menghentikan debaran jantungnya. Draco dan Hermione memutuskan untuk mengadakan resepsi di dunia sihir dan dunia muggle. Biar bagaimanapun, mereka berdua banyak memiliki kolega di luar dunia sihir mengingat status Hermione adalah seorang supermodel dan Draco sang kekasih supermodel.

Astaga! Draco tak sabar ingin melihat kabar pernikahannya di surat kabar, majalah, dan sosial media. Dan yang paling Draco tidak sabar adalah malam pertama mereka sebagai suami istri, menyerahkan keperjakaannya pada wanita hebat itu.

Draco tersenyum lagi dan lagi sembari menyempurnakan tampilannya di depan cermin.

Pintu ruangan terbukadengan keras memperlihatkan para pria yang menjadi bestmaid-nya. Mereka adalah Blaise Zabini, Harry Potter, Ronald Weasley, dan Theodore Nott. Mengenai Harry dan Ron, mereka sudah mulai terbuka dengan Draco.

"Wah, kau seperti mayat hidup, Malfoy. Serba putih." Ucap Ron heboh.

Draco mendecih. "Halah, katakan saja kalau kau iri karenaaku lebih tampan darimu."

Keempat pria itu tebahak dan mencaci maki Draco dengan berbagai penghuni kebun binatang.

Draco merasa bodo amat dan duduk di sofa putih yang ada di ruangan itu.

"Mate, kami tadi ke ruangan Hermione." Blaise berkata.

Draco menegakkan tubuhnya. "Benarkah? Dia.. Cantik??" tanyanya dengan lamat.

Harry dan Ron memukul kepala pria pirang itu. "Brengsek! Kau tahu dia super cantik dan kau masih bertanya?"

Draco mengerang. "Astaga aku gugup dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku takut hal buruk akan terjadi." Ucapnya sambil mengusap wajahnya.

Harry menepuk bahu Draco. "Tenang, Malfoy. Saat berada di posisimu dulu aku juga merasa sangat gugup luar biasa seakan bumi tak lagi kupijak. Aku takut Ginny kabur mencari pria lain. Tapi, pada saat di altar, melihatnya berjalan ke arahku sambil memasang senyum manisnya, aku merasa kalau kegelisahanku adalah omong kosong. Santai saja. Kau beruntung mendapatkan Hermione." Ucap pria berkacamata tersebut, mencoba memberi semangat pada Draco.

Draco mengangguk pelan. "Thanks."

"Bisakah kita berpelukan sekarang?" Celentuk Theo dengan wajah sok polosnya

"HELL NO!!!"

"Eww, homo species!!"

"ANYINK!!!"
.
.
.
.

Draco berdiri dengan gugup di altar. Dia menunggu sang pujaan hatinya yang akan datang beberapa saat lagi. Theo berulang kali menyeka keringat Draco dengan tissue yang membuat tamu tertawa geli.

Alunan piano menyadarkan Draco dan segera dia terfokus ke depan.

Matanya memanas...

Pada saat Hermione berada tepat di hadapannya, Dravo menahan keinginannya untuk tidak melahap bibir wanita itu karena kecantikannya ratusan kali lipat bertambah walaupun Hermione hanya menggunakan make up yang natural. Apalagi dalam balutan gaun putih yang sederhana memanjang ke belakang. Membuatnya tampak lebih dewasa dan.... er... Sexy.

BETWEEN JEALOUSY & PRESTIGE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang