1

80 5 1
                                    

Jam Menunjukkan

Pukul 02.39 AM

Putih... kosong... apakah aku sendirian? ... dan ... " Lari... Larilah... " suara. Teriakan? Aku tak yakin tapi suara itu begitu jelas, begitu nyata... Aku dapat merasakannya.

" Lari... "

" Lari... Larilah... "

Siapa? Kau siapa? Kau dimana?

" Buka mata mu. "

" Tolong... tolong buka mata mu... Kau harus terus lari... Ayo lari... Larilah!! "

Seorang wanita? Lari? Apakah wanita itu meminta ku untuk lari? Kenapa aku harus lari? Lari dari apa?

" Lari! Kau harus lari!! Kau harus pergi dari sini... Bawa gelang ini... Ingat apa pun yang terjadi kau harus terus lari, Sa ― "

Siapa kau? Kau kenapa? Hai!! Ada apa? Kenapa kau tidak menjawab ku? Hai!! Kau dimana? Apa maksudmu? Gelang? Gelang apa?

Aku merasa ada sesuatu yang mengikat di pergelangan tangan ku, tepatnya pergelangan tangan kananku... Rupanya sesuatu itu ialah rantai-rantai kecil dengan pahatan aneh disetiap rantai dan sebuah lonceng kecil tergantung disalah satu rantainya. Apakah rantai ini yang dimaksud wanita itu? Gelang?

Gelang apa ini? Mengapa gelang ini tak ada pengaitnya? Gelang ini tak dapat dilepas... Bagaimana cara untuk melepas gelang ini?

Perlahan tempat putih itu dipenuhi dengan awan-awan tipis yang entah berasal dari mana. Awan-awan itu semakin menebal penglihatan ku pun semakin terbatas tak lama awan-awan itu berubah menjadi kabut yang tebal. Tempat yang semulanya putih berubah menjadi remang-remang dengan udara yang menusuk paru-paru, hebusan anginnya pun terasa seakan menyayat kulit. Aku mencoba memperjelas penglihatanku.

Dimana aku? Aku melihat ranting-ranting tergeletak tak jauh dari pohonnya, genangan-genangan lumpur dan rumput-rumput yang mulai membusuk. Aku sudah tak berada ditempat yang sebelumnya, melainkan disuatu hutan yang berselimutkan kabut tebal.

Tapi... Aku juga melihat beberapa reruntuhan bangunan yang berada disekitar ku bahkan bukan hanya itu, terdapat beberapa barisan-barisan batu nisan yang mulai rusak dimakan waktu.

Aku terbaring diatas batu besar yang dipahat menyerupai sebuah meja dan juga terdapat sebuah kursi besar yang sedang diduduki seseorang. Orang itu seperti sedang menatap ku.

" Kau sudah bangun. " terdengar serak suara seorang pria. " Lama tak bertemu. Bagaimana kabarmu? Sssttt... Kau tak perlu menjawabnya. " ejek pria itu pada ku.

" Sepertinya luka mu parah. Kupikir tadinya kau anak yang kuat tapi ternyata salah, kau sangat lemah. Ku akui kau cukup berani tapi sayangnya kau tak cukup kuat. Hanya bermodal keberanian tak akan dapat mengalahkan ku. Kau harus tahu itu. " ejek pria itu dengan suara serak yang diiringi tawa menakutkan disetiap kalimatnya.

" Kau sangat mirip dengan dia dan itu membuatku ingin membunuhmu. " ucap pria itu dengan sedikit terpincang-pincang mendekat ke arah ku. Aku tak dapat bergerak sedikit pun.

Pria itu semakin mendekat. Ia mengenakan jubah hitam yang menutupi separuh wajah dan menutupi seluruh bagian tubuhnya. " sayangnya ini bukan waktu yang tepat untuk membunuh mu. Kita akan bertemu kembali. " ucap pria itu pergi menghilang ditelan kabut yang semakin menebal.

Pukul 03.00 AM

" Lagi.." ucap Edlin terbangun dari tidur dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit, dadanya pun terasa sesak.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Mar 10, 2018 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

GUARDIANS OF THE TIMEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora