Bab 01 - Shooting Film

579 24 8
                                    

1.

Penda mendesah lelah. Hampir satu minggu dirinya bergadang demi menyelesaikan project film yang tengah ia bintangi.

Mengingat namanya yang semakin terkenal ditelinga masyarakat membuat jadwal syutingnya semakin padat saja. Bukan tanpa alasan, wajah yang terpahat sempurna itu mempunyai daya tarik tersendiri bagi siapa pun saat pertama kali melihatnya.
Para gadis diluar sana bahkan secara terang-terangan sangat menyukai pria berumur 30 tahun tersebut. Umur boleh tua tapi wajah layaknya anak SMA. Jangankan anak gadis, ibu-ibu komplek pun pasti akan tahu dan mengenal siapa itu Penda Abinata.
Soal harta, sudah pasti Penda mempunyai segalanya. Hanya saja dirinya belum mempunyai seorang pendamping yang dapat membuat lelahnya hilang saat pulang kerumah. Iya, diumur yang sudah menginjak kepala tiga ini Penda belum juga menikah ataupun menjalin hubungan dengan gadis manapun. Jadi jangan heran dengan wanita-wanita diluaran sana yang rela mengantri agar dipinang oleh aktor tampan ini.

"Pen, satu adegan lagi. Abis itu selesai," ucap seorang lelaki berbadan gempal dengan topi andalannya;sang sutradara.
"Ini film kudu lebih booming dari sebelumnya. Bahkan penulis novel berharap besar ke kamu supaya dapat melambungkan judulnya. Semangat ya!" Penda mengangguk saat tangan sutradara itu menepuk pelan bahunya.

Menjadi aktor memang bukanlah pekerjaan yang mudah, segala sesuatu yang dilakukan harus benar-benar dalam pengawasan. Salah sedikit, media akan meliput dengan berbagai judul yang menarik untuk menghadirkan berbagai komentar, cibiran serta nyinyiran yang membuat nama bintang meredup dan tidak muncul lagi. Dan Penda, ia sudah pernah diisukan oleh media yang sempat membuat namanya hampir lenyap dari dunia hiburan. Untungnya itu hanya gosip belaka dan manager mampu menangani kasus tersebut.

berdiri dari kursinya, Penda kembali beradu akting dengan seorang gadis yang juga sama terkenalnya seperti dirinya. Project film yang sering ia bintangi memang tidak jauh dari kesan romantis, maka tak heran melibatkan banyak model bahkan aktris ternama sebagai lawan mainnya. Dan mereka harus saling menjalin kemistri yang bagus. Karena ada beberapa adegan yang mengharuskan kedua pemeran kontak fisik melakukan ciuman dibeberapa part episode. Bagi Penda itu tidak masalah, karena pekerjaan yang menuntutnya untuk melakukan hal itu.

"CUT!"

Suara sutradara berhasil membuat seluruh crew bertepuk tangan atas kerja keras dari team. Meski masa syuting masih berjalan satu minggu, namun para penonton sudah tidak sabar menantikan film tersebut tayang di bioskop secepatnya.

"Kerja bagus Pen, El," ucap sutradara tersenyum kepada Penda dan perempuan disebelahnya;Elina--model sekaligus aktris--lawan main Penda.

"Kemistri kalian berdua sangat bagus, denger-denger kalian belum pernah ketemu?"

"Kita cuma coba belajar komunikasi biar gak canggung waktu adu akting," tutur Elina sembari tersenyum. Penda hanya mengangguk menyetujui ungkapan Elina barusan.

"Oh, ya Pen. Saya lihat kalian berdua cocok juga sih. Daripada kamu kelamaan sendiri, mending sama Elina aja Pen."
Penda hanya tersenyum tipis menanggapi lelucon dari sutradara tersebut. Iya lelucon, sebab bagi Penda itu hanyalah guyonan belaka yang tidak harus dianggap serius.

"Hari ini perfect seperti biasanya. Dan saya harap bisa seperti ini sampai syuting selesai. Selamat beristirahat, semangat terus!"
Penda dan Elina tersenyum dan menjabat tangan sutradara tersebut, sebelum akhirnya berkemas untuk segera pulang dan menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

Penda berjalan ke arah parkiran untuk menuju mobilnya. Namun belum sempat ia membuka pintu mobil, seorang perempuan menarik tangannya spontan ia membalikkan badan.
Dilihatnya Elina tengah tersenyum kepadanya. Penda mengernyit bingung.
"Aku cuma mau ajak makan malam. Bisa?"
Penda semakin bingung dengan ajakan Elina  yang tiba-tiba. Tidak mungkin kan, kalau Elina berubah agresif hanya karena ucapan dari sutradara yang mengatakan kalau dirinya cocok saat bersama wanita itu.

"Hari ini aku harus istirahat El, kayaknya gak bisa. Bang Wisnu udah nelpon Aku terus dari tadi."
Penda tidak bohong, sedari tadi kakak laki-lakinya itu menelepon hampir 15 kali panggilan. Namun Penda tidak bisa mengangkatnya sebab masih sibuk. Sebenarnya itu bukan sepenuhnya alasan untuk menolak ajakan Elina. Hanya saja Penda sedang tidak ingin terlalu dekat dengan gadis didepannya ini.

Elina sedikit menghela napas, mungkin sedikit kesal dengan penolakan halus dari Penda. Detik berikutnya ia tersenyum, "oh, lain kali bisa kan?"

Penda mengangguk agar tidak mengecewakan lawan mainnya tersebut. "Iya, tapi Aku gak janji."
Benar saja, bibir Elina tertarik keatas membentuk sebuah senyuman saat Penda mengatakan kalimat tersebut, dirinya pun mau tak mau ikut tersenyum pula.

"Kalau gitu, Aku duluan."
Membuka pintu mobil, Penda segera masuk ke dalam. Mengabaikan Elina yang masih setia berdiri dengan tangan melambai.

___

Buat para penanti OverProtective Girl maafkan aku:( soalnya aku gabisa lanjutkan cerita itu lagi karena udah aku deleted dan aku ganti dengan judul serta isi yang sangat berbeda.

Mulai hari ini, lapak ini akan menjadi lapak cerita dari Nikah, Om?
Iya, cerita baru lagi.
Semoga kalian suka sama cerita baruku ini:) have fun:)

Muach~~~

Nikah, Om?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora