Park Sibling Teen

23.7K 1.7K 320
                                    

"Adek, kakak! Ayo bangun, rotinya udah ayah siapin ya di meja, ayah mau berangkat" seru Jimin berhasil membuat dua pintu kamar terbuka berbarengan.

Terlihat si cantik yang sudah siap dengan seragam SMA-nya, sedangkan sang kakak masih dengan tampang beler yang tetap tampan bagi semua kaum hawa.

Aduh, Mas Jisung kapan jelek sih? Jeritan hati acu.hm

Jisung kembali tergolek lemas di atas sofa sedangkan Ahra menghampiri ayahnya yang tengah memakai sepatu kerja.

"Ayah mungkin tidak pulang malam ini, jadi adek sama kakak makan diluar aja. Kasus Tn. Seo belum tuntas"

Ya, Ayah Jimin kita sudah menjadi ketua detektif kepolisian sekarang, sudah bukan lagi polisi administrasi yang pulang dan datang ke kantor sesuka hati, mengingat anaknya juga sudah pada besar jadi Ayah Jimin merasa sudah tidak wajib lagi mengintai kedua anaknya secara berlebihan.

Beberapa tahun silam, Ayah Jimin ditawari untuk menjadi seorang detektif kepolisian, langsung dari atasannya sendiri yang tak lain dan tak bukan mertuanya sendiri pula bernama Ahn Jaesuk.

Cukup lama Ayah Jimin tidak menjawabnya karena merasa tak pantas untuk jabatan yang menurutnya sangat keren. Terlebih istrinya meninggal dalam jabatan itu. Hingga akhirnya Tuan Ahn berkata dalam wasiat terakhirnya sebelum meninggal, meminta Jimin untuk menyetujui perpindahan divisi menjadi detektif kepolisian.

Karena tak ada pilihan lain akhirnya Jimin mengamini, dan sekarang dia sudah menjabat sebagai kepala detektif kepolisian cabang Seoul.

Ayo kita tepuk tangan untuk Duda tertjinta kita, yureobun.

Ahra mengangguk, "hati-hati, yah" Ahra memeluk sang ayah tak lupa mengecup pipinya. "Adek sayang ayah" bisiknya setelah itu berlalu masuk meninggalkan Jimin yang tersenyum melihat kelakuan si bungsu.

Jimin berlalu masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan pelataran rumah sederhana mereka, tak lupa membunyikan klakson sebagai salam perpisahan untuk Jin yang sedang sibuk menyisiri si bungsu yang terus saja berlarian di halaman rumah.

Ahra menendang kaki kakaknya lalu menyambar roti yang sudah tersedia di meja yang berada di depan sofa yang Jisung tiduri.

"Bangun kak!" polusi suara dari Ahra.

Jisung menutup telinga dengan bantal, "Berisik"

"Buruan kak, antar Ahra sekolah"

"Naik ojek online aja kenapa dek,"

"Mau adek bilangin ayah?" Ahra mengeluarkan ponsel apel kegigitnya yang kini sudah ter-upgrade menjadi tipe tambah. Menempelkannya pada telinga seakan sedang menelepon sang ayah, "halo ayah, ini Kak Jisung gak mau nganter Ah..."

Jisung bangun dari sofa, mendorong jidat adiknya dengan telunjuk, "berisik" setelah itu berlalu pergi ke kamar mandi meninggalkan sang adik yang kembali mengeluarkan polisi suara.

Jisung sudah siap dengan pakaian seadanya, kaos putih ditambah jeans denim yang menambah kesan manly. Kalau Ahra tidak ingat punya hubungan darah sudah digeret saja itu kakaknya ke KUA.

"Kakak emang gak ada kelas hari ini?" tanya Ahra saat melihat kakaknya tengah mengikat sepatu neo-adidas, hadiah dari fansnya yang ke-639 di kampus.

Sekarang Kak Jisung sudah kuliah semester tiga jurusan Software Engineering, mengenai belajar cara mendesain dan menganalisis algoritma dan pemrograman menggunakan struktur data yang efisien serta mengembangkan sistem operasi dan aplikasi berbasis web atau mobile. Ini bisa digunakan untuk membuat games.

Ribet ya? Ya sudah lupakan saja, kamu juga pasti tak akan paham.

Iya memang sebegitu cintanya Kak Jisung dengan games, sampai rela berpusing ria bertemu algoritma. Ayah Jimin hanya bisa setuju saja dengan permintaan sang anak, walaupun dia sendiri tidak pernah dengar jurusan itu, yang penting anaknya bahagia.

Bangtan Daddy!Where stories live. Discover now