51. Firasat Ketua Kelas

100K 14.2K 7.2K
                                    



Theo menoleh saat melihat Hanbin, Lisa, Eno, dan Wondi muncul. Ia segera berdiri menghampiri mereka.

"Gima—"

"PERGI!" usir Lisa refleks, sampai Hanbin juga maju dengan sikap kuda-kuda mengepalkan tangan membuat Theo sampai terlonjak kaget.

"Jangan. Men. De. Kat," kata Hanbin memicingkan mata. Eno dan Wondi juga menatap Theo curiga.

"Apa? Kalian dapat?" tanya Theo tak terlalu memusingkan keanehan Hanbin mengingat betapa abstraknya wakilnya satu ini.

Mereka tak menjawab. Lisa menegak, menarik Wondi ke belakang seakan melindungi. Kemudian beranjak pergi membuat Hanbin segera mengekor dengan Eno yang juga merapat. Keempatnya tak saling menjauh satu sama lain membuat Theo memijat pelipisnya kembali dibuat pusing dengan kelakuan teman-teman sekelasnya yang tiap saat selalu saja mengejutkan.

Lisa, Hanbin, Eno, juga Wondi duduk menjauh. Di pojok tikar dan segera membuat grup diskusi.

"Denger, itu nggak mungkin Teyong," kata Eno berargumen. "Terlalu ketebak."

"No, please. Ini cuma acara sekolah jangan tinggi-tinggi mikirnya," kata Hanbin memerotes.

"Hm. Kepercayaan kita ya Teyong," kata Lisa setuju, "mungkin itu hint tiap kelas, kalau pembunuh di tiap kelas tuh ketua kelas sendiri."

"Kenapa bukan Jaebi?" tanya Wondi juga menyeletuk.

Mereka saling pandang, lalu menghela nafas dan diam berpikir. Walau keributan 2A3 membuat mereka kompak melirik.

"Woi bentar lagi mulai loh ini pada minggat kemana sih?" kata Rosi heboh dan panik.

"Riena tuh sibuk banget sama kamera!" kata Haylie menuduh.

"Elo juga tadi darimana aja?" balas Jesya mengomeli.

Haylie jadi memanyunkan bibir, "ya maap. Gue tadi nyari cahaya bagus buat selfie."

"Juan mana sih? Latihan bentar deh mumpung itu si Lisa dah datang," kata Bobi menunjuk sambil asik mengemeli keripik bersama Hanna di sampingnya yang juga sibuk mengunyah.

"Cari deh, sekalian panggilin Hanin suruh balik," kata Jane menunjuk Hanin yang ada di seberang sana sibuk dengan teman-temannya yang lain.

"Jiyo juga Jiyo," kata Jevon melihat Jiyo tak ada, "Jay Yoyo Miya juga anjir. Pada mana sih? Ngilang lama amat."

"Tadi dipanggil Jaebi, belum balik," Jesya juga menoleh kanan kiri.

"Ck, mana sih? Bentar lagi nih elah," kata Rosi kesal tapi ikut memasukkan tangan ke bungkus jajan Bobi untuk menenangkan diri.


Lisa, Hanbin, Eno, juga Wondi menghela nafas. Lalu saling pandang dengan tatapan penuh arti.

"Jaebi nggak ada muncul," kata Wondi pelan, "bisa aja dia dari tadi merhatiin kita."

Eno mengangguk kali ini, "menurut gue, maksud sejak tadi bersama kita itu video call. Orang yang video call bareng kita. Dia ngeliat kita, tapi kita nggak ngeliat dia," katanya menjelaskan perlahan. "Anak OSIS pastinya kan?"

"Tapi gini No," kata Hanbin masih tak setuju. "Kenapa misi ini harus gue yang mimpin? Kenapa bukan ketua kelas?"

"Nah itu," kata Lisa mengangguk satu pemikiran. "Teyong milih elo, Wondi, sama gue, karena menurut dia kita nggak bakal bisa nebak. Wondi sama gue males mikir, sementara Eno pasti mikirnya udah yang ribet. Kita bakal nggak kepikiran buat nunjuk dia."

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Where stories live. Discover now