Azhura's Bride Part 4 : Awal Yang Baru

93.5K 7.7K 156
                                    

Part 1-10 Free Publish untuk umum. Part 11 ke atas Privat Publish hanya untuk follower  

Azhura's Bride Part 4 : Awal Yang Baru

Kereta kuda yang dikendarai kakek Bargeto melaju cepat menembus hutan. Kereta itu ditarik oleh dua ekor kuda, dengan kakek Bargeto sendiri sebagai sais keretanya. Di dalam kereta yang terbungkus atap kanvas putih itu, ada Armenia dan nenek Bargeto bersamanya.

Armenia duduk dengan tubuh terguncang-guncang di dalam kereta, berpegangan kepada nenek Bargeto. Sebelumnya dia tidak begitu mengenal nenek Bargeto, dia hanya tahu bahwa sang nenek adalah perempuan tua yang baik, tempat dimana ibundanya selalu membeli susu dan keju, salah satu produk dari peternakan yang dimiliki oleh kakek Bargeto.

Tetapi tadi pagi, ketika dia sampai di peternakan Bargeto, ternyata kedua pasangan suami isteri itu sudah menunggunya. Ibundanya entah bagaimana caranya sudah menghubungi kedua pasangan yang baik itu dan meminta mereka mengantarkannya ke kerajaan Marata.

"Ibundamu adalah perempuan baik." Nenek Bargeto menatap Armenia dengan lembut, suasana di luar jendela kereta sudah makin redup, pertanda sore sudah menjelang. Perjalanan mereka mungkin masuh satu malam lagi untuk menembus hutan kerajaan Garaya dan menuju kerajaan Marata, jika kereta kuda ini tidak beristirahat malam ini, mungkin pagi harinya begitu matahari menjelang, mereka sudah sampai di Marata.

Armenia menganggukkan kepalanya setuju, kemudian menatap Nenek Bargeto dengan tatapan mata emasnya yang polos,

"Apakah nenek tahu kenapa ibuku menyuruhku pergi ke tempat yang jauh?"

Mata Nenek Bargeto tampak meredup sebelum dia memalingkan mukanya, seolah tidak mampu menatap langsung mata Armenia yang polos,

"Nenek tidak tahu, Armenia." Jemari keriputnya yang keibuan mengusap rambut Armenia dengan sayang, "Tetapi apapun yang terjadi, kau harus tahu, ibundamu sangat menyayangimu, dan apapun yang ia lakukan, pastilah yang terbaik untukmu."

***

Malam sudah menjelang, binatang-binatang malam mulai mengeluarkan suara bersahut-sahutan, memberikan warna tersendiri menembus keheningan hutan di perbatasan kerajaan Garaya. Jalan yang mereka lalui sepertinya bukan jalanan biasa yang ditempuh para pedagang dan khalayak lainnya. Entah kenapa mereka malahan melalui jalanan kecil dengan menembus hutan lebat yang tampaknya semakin lama-semakin lebat.

Pada akhirnya Armenia tidak bisa lagi melihat apa yang ada di luar jendelanya, semuanya tampak semakin gelap dan pekat dengan suara-suara binatang malam yang mulai bersahut-sahutan. Nenek Bargeto sendiri sudah tertidur dengan pulas di sebelah Armenia. Sementara kakek Bargeto tampak begitu tangguh di luar sana, mengendalikan kudanya menembus hutan.

Armenia sudah mulai mengantuk ketika terdengar suara derap kuda-kuda lain di belakangnya. Rasa kantuknya pudar seketika, dan dia langsung memasang telinganya. Suara derap kuda itu seakan berasal dari berbagai arah, mengelilingi kereta kuda mereka. Dan kemudian kereta kuda mereka berhenti.

Armenia mencoba menatap ke luar jendela, tetapi suasananya masih sama, hanya gelap pekat yang terlihat. Tetapi telinganya mendengar suara-suara lain suara gerombolan laki-laki dengan suara tinggi yang bersahut-sahutan. Tiba-tiba saja Armenia merasa takut. Nenek Bargeto yang seketika terbangun ketika kereta berhenti tadi sepertinya juga merasakan hal yang sama, perempuan tua itu menggenggam tangan Armenia dengan cemas.

Setelah beberapa lama, pintu kereta kuda itu digedor dengan keras dan kasar, membuat Armenia terlompat kaget, dia mendongak dan menatap ke arah Nenek Bargeto yang tidak bisa menyembunyikan ketakutan di wajahnya. Mereka berdua tetap bergeming, menanti apa yang terjadi, karena memang tidak bisa berbuat apa-apa.

Azhura's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang