Chapter 12. Bahtera Emosi? Kok Bisa?!

14.2K 2.5K 268
                                    

            Bahtera menggerutu kesal. Tapi meski dia kesal, dia nggak bisa menceritakan kekesalannya pada Jawen. Cowok itu sedang sibuk mengunyah dan bercengkerama dengan para fujo lainnya. Bahtera bingung bagaimana harus merayu Jawen. Sebenarnya dia mengajak Jawen kencan bukan tanpa alasan. Kalau ada Jawen, kencannya jauh lebih menyenangkan. Ada topik yang dibicarakan. Sementara kalau nggak ada Jawen, Bahtera serasa mati bosan.

"Kok suntuk, Bahtera?" Gilang tersenyum jahil, mengintip dari balik jendela. Bahtera sedikit memekik lantaran kaget.

"Ah, nggak..." jawabnya gugup.

"Gara-gara Jawen, ya?"

Bahtera menggeleng pelan. "Nggak, kok!"

"Gara-gara cewek?"

Bahtera menggeleng kencang. "Nggak, ah!"

"Oh... gara-gara Jawen, ya..."

Bahtera melongo. Dia tergagap, ingin protes dan menolak, tapi pada akhirnya menyerah dan mengangguk.

"Kali ini kenapa? Kamu bisa cerita ke aku..."

Bahtera menggeleng pelan. Dia nggak mau protes sekarang ini. Dia memang nggak berhak mengatur Jawen. Apalagi Jawentari bukan tipe orang yang bisa dikekang. Dia liar, dia bebas, dia semaunya. Tapi dia bertanggung jawab. Dalam beberapa segi, dia mirip sekali dengan... Samudera.

Nggak tahu kenapa Bahtera jadi super emosi ketika mengingat cowok nakal anak politisi itu!

"Nggak, ah!" Bahtera menggeleng pelan.

"Kok nggak? Kamu sedih karena Jawen nolak ikut kencan?"

"Kok tahu?" Bahtera melongo. Dia kaget sekaligus nggak menyangka Gilang bisa tahu masalah ini. Dia menatap wajah cewek itu dan memasang ekspresi ingin tahu.

"Udah sering, bahkan kayaknya ada agenda wajib kalau kamu punya pacar baru, harus kencan bertiga dulu sama Jawen."

Bahtera menghela napas. "Aku bingung..."

"Kali ini kamu yang salah, Bahtera..." Rulita mendadak nimbrung. Bahtera memekik. Dia nggak tahu kenapa Jawen punya dua selir yang sangat berbahaya seperti ini. Mereka berdua sangat tajam ketika membahas masalah Jawen.

"Kenapa aku yang salah?"

Gilang menepuk dahinya sendiri. "Aku nyerah beri nasihat, deh!"

"Emangnya salah, ya kalau ngajakin orang lain pas kencan? Kan aku nggak ngacangin Jawen juga!"

Gilang mengetuk jendela ruang club beberapa kali. "Gini, deh, Bahtera...! Bayangin kalau Jawen kesayanganmu itu punya pacar..."

Alis Bahtera naik. Lalu dalam beberapa detik, Bahtera tersenyum pias. Gilang dan Rulita saling pandang, lalu tersenyum licik.

"Kalau... kamu diajak pas Jawen kencan... kamu mau?"

Bahtera mengangguk. "Mau!"

Gilang dan Rulita lagi-lagi terkikik. Mereka punya jawabannya sekarang. Bahtera benar-benar nggak bisa mengungkapkan perasaannya seperti ini. Gilang mengembuskan napas, lalu menunjuk Jawen.

"Anak itu... dia kayak layang-layang, Bahtera. Kalau kamu tarik kenceng-kenceng, talinya bisa putus. Kalau kamu ulurin, dia bakalan terbang lebih tinggi. Kalau kamu lepasin, dia bakalan hilang. Ah, ada lagi! Kalau kamu nggak bisa jagain, bisa-bisa dia dibawa kabur sama angin atau diembat layang-layang lain!"

Mendadak Bahtera merinding. Dia jauh lebih peka dengan bahasa kiasan. Dibanding Jawen, Bahtera lebih peka dengan bahasa-bahasa seperti ini. Kebalikan Jawen!

Our Lovely Fudanshi...tWhere stories live. Discover now