7

3K 103 0
                                    

"Ada undangan mewah banget nih!" ujar seseorang yang baru kembali dari kantin.

"Undangan apa?" tanya Yunita yang baru juga kembali dari kantin sambil mengambil undangan yang tergeletak di meja dekat pintu masuk divisi keuangan.

"Udangan pernikahan," jawab Yuri.

"Siapa yang nikah?" tanya Jasmine.

"Pak Raz dengan Venuela Kaelin Caznery," jawab salah satu anak divisi keuangan.

"Siapa Venuela Kaelin Caznery? Kalau dari nama sepertinya anak Pak Bryan," ujar Yunita "Apakah Veve? Siapa nama asli Veve? Kenapa di mejanya gak ada undangannya."

"Hei, lo anak baru! Kemari lo," ujar Yunita saat melihat Veve yang baru masuk.

"Ada apa?" tanya Veve.

"Dasar lo wanita murahan! Merebut cowok orang lain!" ujar Yunita.

"Apa?" tanya Veve.

"Venuela itu pasti lo, 'kan? Tadi Selly bilang kalau tunangan Pak Raz ada di devisi keuangan, gue kira itu Claudia. Karena dari awal Claudia kan memang dijodohin sama Pak Raz, ternyata bukan. Jadi kamu gak usah menyangkal lagi deh, di divisi keuangan yang namanya berawalan v hanya lo!" ujar Yunita.

"Maaf, namaku bukan Venuela. Namaku Veve, just Veve. Tanya aja sama bagian HRD," ujar Veve.

"Kenapa di meja lo gak ada undangan?"

"Lo lupa? Gue kan sahabatnya Vivi, ngapain juga pakai undangan," ujar Veve.

"Bener juga sih lo," ujar Yunita "Kita semua siapin diri aja, pasti setelah Bu Claudia lihat undangan ini, kita akan kena semprot seharian ini."

"Huh ... welcome to the hell!" gerutu Jasmine.

"Kuy, balik tempat masing-masing! Bu Claudia datang," ujar Yuri.

"Apaan ini? Raz dengan Venuela? Siapa Venuela berani-beraninya dia ngerebut Raz dari aku!"ujar Claudia begitu melihat undangan di mejanya "Yunita coba kamu telepon Selly tanyakan apakah Raz ada di ruangan Pak Bryan!"

"Ba-baik, Bu."

"Apa kalian lihat-lihat? Kembali kerja!"

"Ada, Bu," ucap Yunita sambil meletakkan teleponnya.

Tanpa buang waktu Claudia pun meninggalkan divisi keuangan.

***

Tok tok tok

"Masuk!"

"Ada apa Bu Claudia? Penyerahan laporan masih dititipkan ke seketaris saya, peraturannya belum berubah!" sindir Bryan.

"Ah ... maaf, Pak Bryan. Saya ada perlu dengan Pak Raz," ujar Claudia.

"Keperluan apa? Bukan kah sekarang adalah jam efektif bekerja," ujar Bryan.

"Sebentar saja, Pak. Ini urusannya sangat penting, Pak," ujar Claudia.

"Silahkan bicara di sini dan waktumu hanya 5 menit!" ujar Cio.

"Apa maksudnya ini?" tanya Claudia sambil melemparkan undangan ke meja di depan sofa yang di duduki Cio.

"Saya akan menikah, ada yang salah dari itu?"

"Maksudmu apa? Kamu itu sudah dijodohin sama aku, gimana mungkin kamu bisa menikah begitu saja," ujar Claudia.

"Maaf sebelumnya, saya tidak pernah setuju dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtua kita. Lagian papi saya sudah setuju saya menikah dengan Ve-"

"Aku akan lapor ke Tante Kiara," ujar Claudia.

"Silahkan anda lapor, saya tidak peduli," ujar Cio "Sekarang anda bisa kembali bekerja atau mungkin anda mau dipecat oleh Pak Bryan?"

"Lihat saja!" kesal Claudia kemudian keluar dari ruangan Bryan.

"Yakin gak peduli nih?" goda Bryan.

"Tenang aja, Pa. Aku sama Papi sudah mengatur semuanya, aku sama Papi membuat Mami naik pesawat komersial. Jadi Mami baru akan sampai Indonesia Jumat malam," ujar Cio.

"Kenapa harus seperti itu?"  tanya Bryan.

"Kalau tidak seperti itu Mami gak akan setuju, Pa," jawab Cio.

"Tapi mana baik seperti itu Cio?"

"Abisnya Mami selalu maksa aku nikah dengan Claudia, Pa. Padahalkan aku gak suka Claudia, Claudia juga gak sebaik yang terlihat, Pa. Nesha pernah hampir keguguran kandungannya karena Claudia dan Mami masih belain Claudia," ujar Cio.

"Tapi Papa kuatir dengan Veve kalau seperti ini," ujar Bryan "Papa takut kalau nanti pada akhirnya Veve yang akan tersakiti."

"Pa, tolong percayakan Veve ke Cio. Cio pasti akan jaga Veve," ujar Cio.

"Kita bilang hal ini bersama ke Mami kamu gimana?" tawar Bryan.

"Tapi Pa-"

"Kamu belum coba, 'kan? Apa salahnya kita mencoba," ujar Bryan "Kamu video call Mami kamu gih."

"Baik, Pa."

"Hai, Cio! Tumben vidcall Mami, ada apa?"

"Mi, sebenarnya Cio menikahnya bukan sama Claudia," ujar Cio.

"Apa? Kamu buang Claudia begitu saja?"

"Mi, dari awal Cio gak pernah setuju berhubungan dengan Claudia," ujar Cio.

"Gak, pokoknya kamu harus menikah dengan Claudia," ujar Kiara.

"Cio gak mau, Mi. Cio punya pilihan sendiri," ujarnya.

"Huh  ... sebaik apa sih pilihanmu sampai bisa mengalahkan pilihan Mami!" remeh Kiara.

"Anak aku yang akan menikah dengan Cio," ujar Bryan.

"Aduh ... bosan ya aku dengan kamu! Kenapa harus kamu lagi, kamu lagi, bisa gak sih kamu berhenti mengusik keluargaku," ujar Kiara.

"Kiara, apakah sampai sekarang masih sulit bagi kamu memaafkan aku? Kejadian itu sudah lama sekali," ujar Bryan.

"Sulit dan akan selalu sulit! Kamu gak tau gimana rasanya jadi aku yang kehilangan satu-satunya orang terdekat," ujar Kiar dengan nyalang.

"Mi, please ... kali ini biarkan aku dengan memilih sendiri. Mami sayang aku, 'kan? Mami ingin melihat aku bahagia, 'kan?"

"Tentu saja Mami sayang dan ingin kamu bahagia, Cio. Kamu ini bicara apa sih?"

"Kalau gitu biarkan aku menikah dengan Veve," ujar Cio.

"Fine! Kali ini kamu menang," ujar Kiara.

"Thanks, Mi!"

"Ingat ini demi kamu bahagia, bukan demi anaknya pembunuh! Bye," sinis Kiara lalu langsung mematikan sambungan video callnya.

"Pa, aku minta maaf atas ucapan Mami ya," ujar Cio.

"Santai aja, Cio. It's okay, yang penting kamu dapat restu dari Kiara," ujar Bryan.

"Tapi tadi Mami-"

"Sudah gak usah dipikirkan, sana balik kantor kamu sendiri."

"Ceritanya Papa ngusir aku nih?"

"Iya, kalau gak kamu gak akan kembali dan kerjaan Papa juga gak akan selesai-selesai karena kita keasikan mengobrol," ujar Bryan sambil beranjak dari sofa menuju balik meja kerjanya.

"Oke deh, sampai ketemu nanti di gereja, Pa," ujar Cio.

"Iya," balas Bryan.

***

VenuelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang