8. Pengendalian Diri

427 66 23
                                    

Iruka's point of view

Malam Senin, artinya malam sebelum aku mengajar lagi. Perjalanan dari Osaka membuatku sangat malas bahkan hanya untuk sekadar memeriksa ujian harian murid kelas 6. Sebenarnya aku sangat senang dengan acara penataran guru yang baru saja aku ikuti. Seminarnya mencerahkan dan ujiannya pun sangat mudah. Tetapi hasil obrolanku dengan Tsunade-sama menyentak otakku untuk kembali ke fase dimana pikiranku harus kembali lagi pada muridku.

Sambil menikmati segelas ocha hangat, aku menumpuk kertas ujian muridku di meja dan mengambil sebuah pena, lalu menggigit sedikit ujung pena itu; kebiasaanku bila aku sedang mengumpulkan konsentrasi. Aku harus menyelesaikan ini dan langsung merekap nilainya di kertas kosong agar bisa kubagikan langsung pada muridku. Lagi-lagi, rasa semangatku sedikit pudar karena kertas yang ada di tumpukan paling atas adalah milik Naruto. Tentu saja karena dia ujian paling terakhir.

Hampir setiap huruf yang ia tulis menimbulkan bekas pada kertas itu, seperti efek emboss dan tintanya sedikit merembes. Tulisannya besar-besar dan tidak rapi, tetapi terbaca. Lalu ada coretan seperti jari yang terkena noda tinta lalu jari itu digesekkan ke kertas. Pasti tinta pena yang ia gunakan meluber dan mengotori tangannya.

Aku senyum-senyum sendiri saat sedang memeriksa jawabannya. Soal yang aku buat terdiri dari sepuluh pilihan ganda, sepuluh isian dan tiga esai. Aku hapal betul Naruto biasanya tidak pernah mendapat nilai di atas 50, namun tampaknya jawaban Naruto sedikit lebih banyak yang benar daripada yang salah.

Aku beralih pada kertas selanjutnya. Kali ini milik Hinata. Tulisannya kecil, tekanannya sangat tipis. Agaknya ia berbanding terbalik dengan tulisan Naruto. Lalu selang beberapa kertas lagi, aku memeriksa kertas milik Kiba. Jenis tulisan yang sama dengan Naruto, namun lebih tidak terbaca. Sisanya kertas-kertas ujian itu tidak menarik, kecuali milik Sasuke yang ada di tumpukan paling bawah. Jenis tulisan yang mirip dengan tulisan Hinata, namun huruf-hurufnya lebih besar.

Selesai memeriksa seluruh jawaban itu, kertas ujian Sasuke akan kuhitung terlebih dahulu karena kali ini kertasnya ada di tumpukan paling atas. Nilainya nyaris sempurna, 92. Tidak buruk, Uchiha Sasuke.

Namun saat aku menghitung nilai Naruto, aku harus mengatakan bahwa Tsunade-sama benar. Ia mendapat nilai 64. Sepertinya aku harus memotivasinya sedikit agar pelajaran lainnya tidak mendapat nilai merah lagi. Oh jangan lupakan bahwa Naruto pernah mendapat nilai yang tinggi dalam beberapa praktikum dari Asuma-senpai.

Aku menumpuk kertas-kertas ujian itu sebagai penutup malam sebelum tidur. Kertas-kertas itu akan kubagikan hari Selasa, dimana aku akan mengajar di kelas 6. Besok aku akan mengajar kelas 4A, 5B dan 4B.

*

"Kau terlihat bahagia, Iruka. Apakah itu karena mereka?"

Oh, itu Kakashi-senpai yang baru saja masuk ke ruang guru, melewati dua muridku yang baru saja menghilang dari pandanganku. Kakashi-senpai meletakkan tas kerjanya di meja dan meminum air dari botol minumnya yang sangat besar. Ia tipe yang tidak tahan haus.

"Naruto dan Sasuke berada dalam satu kelompok dalam penelitian kecil mereka. Sebenarnya Sai bersama mereka, tetapi ia belum datang pagi ini dan tampaknya kedua anak itu terlalu bersemangat untuk bertemu denganku."

"Oh, apakah ide mereka menarik?", kali ini Asuma-senpai yang bicara.

"Lumayan. Mereka ingin melihat pasir di bawah mikroskop", jawabku.

"Pasir?". Kali ini mereka berdua ditambah Guy-sensei tampak terkejut dengan ide pasir ini.

"Yah, mereka ingin tahu apa bedanya pasir hitam dan pasir putih.", jawabku sambil menyiapkan buku teks dan peralatan tempur lainnya untuk kelas 4A.

ShōgakuseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang