[ Z-14 ]

10.4K 661 18
                                    

"Na? Kepala kamu sakit?"

Begitu mata Azrina terbuka, ia langsung memijat lembut pelipisnya. Rasa pening masih menjalar di kepalanya. "Aldi mana?"

Tatapan Zidan yang tadinya lembut berubah menjadi datar. "Aldi?"

"Cuma Aldi sama Kak Arham yang peduli sama aku, nggak salah kan kalo aku nyariin mereka?"

"Jadi maksud kamu, aku nggak peduli sama kamu?"

Azrina mengangguk sembari tersenyum tipis.

Azrina menutup buku matematikanya lalu menatap ke arah pantai. Ia mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sesuatu yang bisa membuatnya tidur dengan tenang tanpa memikirkan satu hal pun.

Sudah 3 hari lamanya semenjak Azrina keluar dari rumah sakit, ia tinggal di rumah Arham. Tidak pernah kembali ke rumah karena takut Ayahnya bertindak lagi. Buku pelajaran, seragam, dan baju sehari-hari Dewi yang membawakannya. Beruntunglah masih ada Dewi yang bekerja di sana.

Dan selama 3 hari juga Zidan tidak pernah berbicara dengannya. Mereka saling mengabaikan satu sama lain. Padahal di dalam hati mereka, mereka berteriak dengan amat sangat keras bahwa mereka rindu.

Mata mereka secara otomatis saling mencari dan ketika sudah ketemu, saling mengabaikan lagi. Mengabaikan memang, tetapi hati dan pikiran keduanya belum tenang bila tidak bertatapan walaupun hanya sedetik.

Sudahlah Azrina, jangan terlalu berharap, memangnya kamu siapanya Zidan? Tahu diri sedikit lah, apakah kamu tidak capek seperti ini terus? Menahan rasa sesak di dadamu dengan terus memperhatikan Zidan dengan perempuan lain?

Tidak bisakah kamu tidak mengeluarkan air mata saat melihat mereka berdua bersama? Nyatanya, mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih. Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?

Azrina mengeluarkan 3 butir obat tidur dari tempatnya dan meminumnya sekaligus.

Selamat malam, Azrina.

Selamat malam, perempuan yang paling menyedihkan.









-24 April 2018-

zidan | sedang revisiWhere stories live. Discover now