Signore ~ 17

1.4K 140 8
                                    

"Itu hanya lelucon. Kau benar-benar tidak mempunyai selera humor, ya, Jugo." Misaka tertawa kecil dan kembali menyentakkan kudanya pelan. Mulutnya bersiul dengan nada riang.

Jugo menatap Misaka yang terus melaju seakan-akan pernyataannya barusan merupakan sebuah pertanyaan humor biasa. Sebagai seorang pemuda yang telah menjadi mata-mata selama 8 tahun belakangan ini, nada Misaka merujuk pada sesuatu yang nyata. Bahwa gadis itu mengetahui jati dirinya.

"Apa Anda selama ini menjadi seorang humorian, Yang Mulia?" ujar Jugo sarkastik. Setelah hal tadi, instingnya mengatakan kalau ia memang harus berhati-hati pada kekasih Rajanya.

"Wow! Ternyata kau mempunyai selera humor juga. Yah, itu cukup bagus mengingat ... Sig bukan tipe humor."

"Beliau Guru yang hebat—"

"Yang keras? Ya, aku tahu itu."

Jugo tidak suka ada orang yang memotong ucapannya, kecuali Signore seorang. Sudah cukup, dia tidak akan menanggapi lagi dan ikut dalam pembicaraan Misaka. Jugo memilih diam sepanjang perjalanan. Sebentar lagi sungai-sungai kecil akan terlihat, yang artinya distrik Nift hanya tingga beberapa puluh meter lagi.

Suara ringikan kuda mengagetkan Jugo yang lengah. Misaka memandang tajam ke belakangnya. Bahkan meski hanya memiliki satu mata, warna biru yang menenangkan itu terlihat menakutkan, insting Jugo segera bereaksi. Tangannya menarik tali kekang dan melajukan kudanya secepat mungkin ke sumber masalah. Misaka tidak bergerak sama sekali. Dia hanya memperhatikan dari jauh.

Di balik salah satu pohon Apel, Jugo menemukan dua gadis kecil yang tengah ketakutan karena ketahuan mencuri-curi pandang. Pemuda itu turun dari kudanya dan menepuk pucuk kepala mereka, mengatakan kalau Ratu berterima kasih atas Apel yang jatuh padanya tadi.

Kedua gadis kecil itu tersenyum dan mengatakan kalau itu bukan seberapa. Saat mereka besar, mereka akan mengirimkan banyak sekali buah Apel untuk sang Ratu. Jugo menjawabnya dengan gembira.

Misaka kembali menjalankan kudanya begitu Jugo mendekat.

"Ternyata sandiwaramu tidak begitu jelek."

"Saya takut saya sama sekali tidak merasa tersanjung."

"Anggap saja itu pujian untukmu."

"Terima kasih?"

"Tidak masalah."

Jugo memutar bola matanya. Dia tidak habis pikir dengan Misaka. Gadis itu terlalu banyak bicara. Dan bagaimana mungkin Signore bisa menyukai gadis secerewet Misaka. Padahal Signore orang yang tenang dan waspada, tapi mengapa bisa pria itu tahan dengan gadis yang sedang bersamanya ini.

"Jugo, lihatlah." Misaka menoleh dan menunjuk ke depan. Di sana puluhan penduduk melambaikan tangan dan bersorak gembira. "Kita sudah sampai."

Jugo mengangguk singkat dan ikut mempercepat laju kudanya.

OLGH HOM SCOTTLOU VER GUSTAVSON AND MISAKA BRI GUSTAVSON

"Penyambutan yang meriah," komentar Jugo dengan suara pelan.

Misaka menghentikan kudanya dan melompat turun. Dia tersenyum terlalu lebar sampai Jugo takut kalau bibir gadis itu akan robek. Dia ikut menghentikan kuda dan melompat turun, membawa kudanya sampai sejajar dengan Misaka.

Semua penduduk distrik Sungai Nift serentak berlutut hormat.

"Tidak perlu," seru Misaka dengan suara serak. "Kalian keluargaku, tidak perlu berlutut hormat padaku."

"Mi-Misaka ...." Seorang wanita berusia baya maju menembus barisan dan menumpahkan air matanya.

"Bibi ...." Misaka tersenyum bahagia dan berjalan perlahan. Tangannya segera memeluk Bibi—istri pemilik kedai yang selalu memberinya permen saat kecil, menceritakan tentang laut, menyembunyikan dirinya ketika dicari Scott, dan yang selalu memberinya makan cumi gratis.

SIGNOREWhere stories live. Discover now