Ketidaksengajaan

54 3 0
                                    



Berawal dari sebuah ketidaksengajaan, dimana aku bertemu satu sosok yang sebenarnya ingin ku lihat, tapi tak ingin ku temui. Dia adalah Koordinator Gugus-ku. Yap, mungkin kisah ini akan sedikit aneh. Awal mula aku masuk SMA, aku sudah terpikat oleh wajahnya. Begini ceritanya.

Saat itu adalah hari pertama aku masuk SMA, para siswa/siswi diwajibkan untuk sudah berada di sekolah jam setengah enam pagi. Hmm, yang benar saja! Jarak rumahku dan sekolah itu 15km, dan butuh waktu kira-kira 30 menit perjalanan.

Tentu saja, kalian pasti sudah bisa menebak. Aku telat di hari pertamaku MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Tidak benar-benar telat, sih. Hanya saja semua murid sudah berkumpul di lapangan parkir sekolah.

Aku benar-benar kalut, kucoba mengedarkan pandanganku. Ck, teman-teman SMP-ku tidak terlihat batang hidungnya. Ku putuskan untuk memasuki barisan dengan asal. Kami diperintahkan untuk memakai nametag. Eits, untungnya aku bawa, tapi aku belum mengisi nama. Sial!

Cepat-cepat ku keluarkan pulpen, dan ketika sudah selesai, ku taruh sembarang di tas. Kami pun digiring untuk masuk ke dalam lapangan sekolah. Disana, kakak-kakak osis meminta kami agar daftar nama terlebih dahulu di DPR –tempat untuk belajar di bawah pohon-- untuk dimasukkan ke dalam gugus mana kami akan tinggal selama tiga hari kedepan.

"Kamu di gugus Medang, ya!" kata kakak laki-laki yang telah mendaftarkan namaku di laptop.

"Oke, kak, makasih." jawabku langsung pergi menuju lapangan sekolah.

Mataku mencari palang yang bertuliskan "Medang", dan akhirnya ketemu! Langsung saja ku duduk lesehan di barisan anak perempuan.

Tiba-tiba saja, pembawa acara mulai berbicara. Di satu sisi, aku kagum dengan sekolah ini, karena mereka tidak butuh bantuan guru untuk melaksanakan kegiatan MPLS ini yang bisa dibilang agak ribet.

Pembawa acara pun terus-terusan berinteraksi dengan para siswa/siswi. Aku hanya diam sambil melihat-lihat ke kanan dan kiri, siapa tahu aku menemukan teman-teman SMP-ku. Namun, hasilnya nihil! HUH!

Sampai dimana saat pembawa acara memperkenalkan Koordinator dari masing-masing gugus. Setiap gugus ada dua koordinator, yang satu perempuan dan satu lagi laki-laki. Disitu mataku tak henti-hentinya melihat dia. Dalam hati aku hanya meyakinkan diriku. 'Kamu cuma kagum sama dia, nggak lebih'. Dari sinilah, kisah cintaku dimulai.

===============================================================

Koorgus kami menuntun kami menuju kelas yang akan kita pakai untuk tiga hari ke depan. Aku pasrah ketika mereka menyuruh kami duduk dengan lawan jenis. Bodo amat, aku akan diam saja selama MPLS ini!

"Tadi udah tau kan nama kita berdua?" tanya Teh Abil.

Sayangnya aku tidak mendengar nama laki-laki di sebelahnya tadi. Oh, iya, kita disini panggilannya "Aa teteh", ciri khas sekolahku jika memanggil kakak kelas.

"Udaahhh," teriak teman-teman gugusku. Aku berdecak dalam hati.

"Iyaa, nama aku Nabila Salsabilia, ya. Panggil Teh Abil. Nah, yang di sebelah aku namanya...siapa?" pancing Teh Abil kepada orang di sebelahnya.

"Aku Muhammad Raihan Putera Didel. Panggil A Raihan aja, ya," katanya lembut.

"Dia kelas 11, loh!" seru Teh Abil.

'A Raihan,' batinku.

===============================================================

Dua hari setelahnya, masa MPLS pun selesai. Kami diharap untuk membuat surat cinta kepada Koorgus kita. Untuk siswi, kami memberi surat cinta kepada Koorgus laki-laki, dan sebaliknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Koorgus-kuWhere stories live. Discover now