Hari Berteman (2)

3.7K 201 41
                                    

Nissa PoV

Tok tok...
Tok Tok...
"Permisi mas Rendra, saya izin masuk ya.." Aku mengetuk pintu dengan tangan sebelah kananku sementara tangan kiriku membawa nampan menunggu balasan dari dalam sambil menempelkan telinga kananku ke daun pintu. Kalau-kalau sahutan dari dalam tak terdengar jelas olehku.

Tok tok tok....
"Mas Rendra... Aku masuk ya.."

Udah hampir Lima menit, tapi masih belum ada sahutan apapun dari dalam. Tanganku cukup pegal juga membawa nampan ini. Nggak mungkin aku balik lagi ke dapur kan? Kenapa tidak ada sahutan apapun dari dalam? Apa mas Rendra tertidur? Apa aku masuk aja buat mastiin? Eh, tapi entar dikira gak sopan nyelonomg masuk kamar orang, cowok pula... Masuk-enggak, masuk-enggak, masuk-enggak, mukutku sudah mulai berkomat kamit diliputi keraguan.. Aha!! Masuk aja.. Dengan segenggam keberanian aku putuskan untuk membuka pintu...

Bismillahirahmanirrahim...

Ceklek...
Ups ternyata pintunya gak kekunci..

Wah!! Ini benaran kamar? Jadi kamar beginian memang benar ada di dunia nyata? Kirain hanya ada di negeri dongeng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wah!! Ini benaran kamar? Jadi kamar beginian memang benar ada di dunia nyata? Kirain hanya ada di negeri dongeng.. Kamar ini benar-benar mewah... Dari pertama kali aku masuk, mulutku belum sama sekali menutup masih mangap saking takjub dengan kemewahannya...

Aku jadi inget kajian ustadz di tv, Kata beliau Rahmat Allah di bumi ini hanya 1%nya saja sementara 99%nya ada di surga..  Gak kebayang seberapa indahnya di surga.. Pasti berkali-kali lipatnya.. Smoga kita semua menjadi penghuni surga... Aamiin ya Rabb..

"Mbk, Saya kan sudah bilang SAYA GAK LAPAR!!!!

Tiba-tiba khayalanku terputus setelah mendengar suara berat tegas yang cukup ku kenal... Siapa lagi kalo bukan mas Rendra..

Dia yang memunggungiku sedang fokus menghadap ke jendela, seperti ada sesuatu yang menarik perhatiannya di luar sana...

" Maaf mas ini saya Nissa, bukan mbak wik.."

Dapat kulihat bahunya bergedik seakan terkejut dengan apa yang didengarnya-suaraku, suara yang belum cukup familiar didengarnya. Seketika perhatiannya terputus dari taman, yang sedari tadi menjadi objek perhatiannya dibalik jendela transparan itu... Diikuti dengan gerakan memutar dari kursi roda yang tengah ia duduki.

Kini ia sudah persis menghadapku. Dapat kulihat wajahnya dengan jelas. Wajah yang beberapa hari belakangan menyita pikiranku. Dia tampak lebih segar dibandingkan terakhir kali bertemu. Dia sedang memakai sweater rajut dongker dengan kemeja putih di dalam, celana bahan dongker, dan disempurnakan dengan rambut klimis membuatnya terlihat sangat berbeda. Dia tampan dan terlihat sangat sehat. Kalau bukan karena aku tahu dia sakit, pasti aku sudah tertipu dengan penampilannya yang sekarang. Dia sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang sebelumnya menjerit menahan sakit tak tertahanbatinku

Ya Allah, semoga engaku angkat penyakitnya sehingga ia selalu dalam keadaan sehat, batinku

"Kamu, perempuan yang waktu itu nemenin aku di rumah sakit kan?

The Purity of loveWhere stories live. Discover now